65

13K 1.2K 206
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












"Maafkan kami Ervan, kami tidak bermaksud."

Secara serentak tiga siswa itu berucap dengan kepala tertunduk. Tak berani untuk sekedar mengangkat pandangan mereka. Jika tadi aura dingin di ruangan ini tak seberapa. Tapi karena kedatangan kakak Ervan lagi, suasana semakin dingin dan mencekam. Yang mampu membungkam mulut tiga siswa itu.

Dari sisi lain, pak Edi selaku kepala sekolah memijat pelan pelipisnya sembari menutup matanya. Dalam hati ia mengumpati tiga siswa itu yang bisa-bisanya mencari masalah dengan keluarga Orlando. Jika sudah begini, ia pun otomatis ikut terseret juga. Susah-susah membangun relasi yang baik pada Axton, harus retak seketika gara-gara tiga siswa itu.

Ervan? Ervan tengah duduk di antara Axton dan Freya. Ervan meringis mendengar perkataan tiga temannya itu. Sebenarnya ini bukan masalah besar sampai harus di panggil ke ruang kepala sekolah ini. Hanya saja keluarganya sangat sensitif perihal sesuatu yang menyangkut tentang dirinya.

Teman-teman, maafkan keluargaku ya. Ervan pun takut juga. Ucap Ervan dalam hati. Di sini yang takut pada aura keluarga Orlando tak hanya tiga siswa itu saja, ia pun juga takut.

"Iya, bukan ma-" ucapan Ervan yang akan mengiyakan perkataan tiga temannya itu terpotong dengan suara berat milik Ansel yang mendominasi ruangan ini.

"Diantara kalian, siapa yang mengatai adikku," tanya Ansel tak kalah dinginnya. Tangannya terkepal erat, merasa gatal dan ingin segera menghajar tiga anak itu. Tapi sampai kapan pun ia tak bisa, karena mommy nya melarang.

Axton cukup diam saat ini. Biarkan anak-anaknya dulu yang menghadapi mereka. Biar ia dan istrinya yang mengakhiri masalah ini.

Tiga anak itu diam tak berkutik. Apalagi yang berada di samping kanan. Ia lah yang mengatai Ervan hari itu. Saat itu ia spontan saja, sifatnya memang seperti ini. Ceplas ceplos, dari dulu memang ia seperti ini.

Anak itu bernama Danar dan dua temannya yaitu Galuh dan Candra.

Danar yang paling merasa terintimidasi karena ia lah yang mengatai Ervan.

Ervan takut jika temannya itu mendapat amukan dari kakaknya. Akhirnya dengan bermodal keberanian setipis kapas, Ervan bersuara membela temannya.

"Sudahlah kak, me-" Lagi-lagi ucapan Ervan dipotong. Kali ini bukan Ansel, melainkan Ian.

"Diam atau kembali ke kelas," ancam Ian dengan sorot mata berkilat amarah.

Lihat, Ervan pun takut juga dengan kakaknya. Ervan langsung berlari ke pelukan sang mommy. Seperti biasa, Freya tempat perlindungan Ervan nomor satu.

Freya segera mengelus lembut surai milik Ervan yang sedang asik mendusel-dusel di dalam dekapannya. Tak ada sedikit pun senyum yang terbit di celah bibirnya. Biasanya ia akan tersenyum ketika mendapati anak bungsunya bertingkah seperti ini padanya. Tapi kali ini tidak. Ia sedang tidak mood karena tiga anak itu.

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang