64

11.1K 1.1K 76
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










Mobil yang ditumpangi oleh Ian dan Ervan sudah sampai di kawasan sekolah.

Ervan sudah turun dari mobil. Dengan semangat muda nya ia menenteng tasnya. Bersiap masuk ke dalam sekolah, tentunya bersama dua bodyguard, lagi. Padahal kemarin seru, tak ada bodyguard. Gak bisa pamer ke Niko.

"Tunggu, Ervan," cegah Ian pada adiknya sebelum adiknya benar-benar masuk ke sekolah.

"Kenapa kak?" tanya Ervan pada Ian. Bukannya berjalan mengarah ke gedung sekolahnya, Ian malah berjalan ke arahnya.

"Kakak antar," ucap Ian yang mendekat pada Ervan.

Ervan menaikkan sebelah alisnya. Tumben, kerasukan apa kakaknya ini. Masa bodo, Ervan tak mempedulikan itu.

Sesampainya di depan kelas Ervan, Ian berhenti tepat di pintu kelas. Tatapannya mengedar menatap ke sekeliling. Dan sorot matanya terpaku pada tiga teman Ervan yang kemarin.

Jangan terkejut bagaimana Ian bisa tau. Karena kemarin ia juga melihat rekaman itu. Matanya berkilat amarah. Suasana kelas Ervan seketika menjadi hening. Mereka semua tentu mengenal Ian. Ian dari keluarga Orlando. Tak ada satu pun dari mereka yang berani bersuara.

Termasuk tiga teman Ervan. Diam tak berkutik. Merasa terintimidasi oleh tatapan Ian.

Ian berinisiatif masuk ke dalam kelas Ervan dan menghampiri tiga anak itu, tapi suara khas Ervan menghancurkan suasana mencekam ini.

"Hush hush, kak Ian sana berangkat," usir Ervan dengan menarik-narik lengan Ian supaya cepat pergi.

Ervan mengetahui niatan Ian. Tentu saja, dari reaksi yang dikeluarkan oleh Ian, siapa pun dapat melihat gejolak amarah tersebut. Pasti kakaknya itu tau rupa tiga teman yang Ervan maksud. Bahaya, harus segera di cegah.


Emosi yang sempat melingkupi Ian perlahan menghilang. Kepalanya menunduk melihat Ervan yang berusaha menarik lengannya untuk segera pergi.

"Ya, kakak pergi dulu," pamit Ian. Sebelum pergi, ia sempat melirik ke dalam  kelas. Sekilas, tapi menegangkan.

Dengan santai Ervan masuk ke dalam kelas. Menganggap tidak ada yang terjadi barusan ini.

"Hai Niko," sapa Ervan pada teman sebangkunya.

"Hm," balas Niko dengan singkat. Jujur, Niko sedikit merinding ketika melihat Ian. Bagaimana bisa Ervan yang polos ini menjadi adik dari seorang Ian Orlando. Pertemuan mereka bagaimana? Asal usul Ervan menjadi bungsu Orlando bagaimana? Terkesan mustahil jika melihat tabiat keluarga Orlando. Tapi ya sudahlah, bukan urusannya juga.

Jangan berurusan dengan keluarga itu jika tak ingin hal yang tak diinginkan terjadi.

"Kemarin Ervan gak bawa bodyguard, mau pamer sama Niko, tapi Niko gak masuk," ucap Ervan menceritakan kejadian kemarin. Tanpa memasukkan kejadian tentang tiga anak itu.


Ervan [End🤎]Where stories live. Discover now