63

9K 880 8
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Baru saja Ian menutup pintu itu. Varrel tiba-tiba melintas di depannya. Dapat Ian rasakan aura suram dan dingin terpancar dari tubuh Varrel. Kenapa lagi kakaknya itu?

Ian tak sempat bertanya. Karena Varrel sudah masuk terlebih dulu ke kamarnya.

Ian semakin dibuat keheranan.

"Ervan sudah tidur?" tanya Steve.

"Sudah, ada apa dengan kak Varrel?" tanya Ian pada Steve.

"Marah mungkin karena hanya kak Ansel saja yang diperbolehkan ikut ke sekolah Ervan besok," balas Steve acuh tak acuh. Varrel memang seperti itu orangnya. Tak suka ya marah, emosi, dan menjadi orang yang paling sensitif.

"Siapa saja yang akan ke sana?" tanya Ian lagi.

"Mungkin daddy, mommy dan kak Ansel. Itu saja," balas Steve.



Ian mengangguk dalam diam. Jika bisa, ia pun akan ikut serta. Tak perlu meminta izin pada yang lain, ia akan langsung ke sana.






........



Pagi pagi sekali Ervan sudah bangun. Entah keberapa kalinya Ervan bangun pagi. Biasanya salah satu anggota keluarga akan ke kamar Ervan  dan membangunkannya.

Setelah mengumpulkan nyawanya, Ervan bangun dari tidurnya. Menggaruk kepalanya yang gatal sembari celingukan.

Apa yang harus ia lakukan? Seragam sudah disiapkan oleh mommy nya, Ervan tinggal mandi saja. Tapi, Ervan malas mandi. Lagi pula ini masih pagi juga.

Pagi yang dimaksud oleh Ervan adalah jam empat pagi.

Bosan tak melakukan apa-apa, akhirnya Ervan berinisiatif keluar dari kamar.

Lebih baik ia menjenguk ikan-ikannya. Aquarium itu berada di lantai bawah dan ditempatkan di pojok ruangan. Hari itu Ervan ingin sekali meletakkan aquarium itu di dalam kamarnya, tapi kata kakaknya tidak boleh.

Entah apa yang dipikirkan kakaknya, tapi kakaknya bilang nanti pemandangan di kamarnya akan jelek.

Ervan nurut nurut saja. Daripada kakaknya berubah menjadi monster ketika ia membangkang. Fyuhh, menakutkan. Ervan pun tak ingin itu terjadi.

Berjalan menuruni tangga dengan hati-hati. Suasana di lantai satu benar benar sepi. Hanya ada beberapa maid yang sedang melaksanakan tugasnya.

Berjalan melewati ruang keluarga. Tapi ternyata di sana sudah ada keluarganya. Ada mama papanya, Aric dan Megan.

Ervan berinisiatif berjalan mendekat pada mereka. Posisinya Ervan berada di belakang. Dan dua pasutri itu duduk di sofa menghadap ke depan.

"Kita culik saja Ervan, bagaimana?" Ervan mendengar itu. Suara mamanya.

Ervan [End🤎]Where stories live. Discover now