36. Pijatan di pagi hari🚫

8.8K 292 18
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Happy reading guys..
...

"Sayang!"

Ajeng terusik dari tidurnya, dia berbalik melihat Theodor dalam balutan jas. Ternyata dia tanpa sadar tertidur saat menyusui Alfarezi.

Melihat pemandangan di depannya, Theodor merasa tenggorokan nya kering. Dia secara tak sadar dia menelan ludah kasar.

Bagian payudara sang istri terbuka dan terlihat jelas, bagaimana dia tak kering. Saat ini dia hanya ingin menerkam langsung istrinya itu, tapi dia tahu ini belum waktunya.

Dia juga penasaran bagaimana rasanya melakukan itu di kantor. Itu pasti akan sangat menggairahkan.

'Sabar!' Ucapnya dalam hati.

Dia mengulurkan tangannya membantu merapihkan pakaian Ajeng yang berantakan. Ajeng hanya diam membiarkan Theodor melayaninya, walau sesekali tangan pria itu menyelinap.

Theodor puas, akhirnya aset berharga itu telah berhasil di amankan.

Ajeng membetulkan selimut Alfarezi, dia berkata tanpa menatap Theodor "Jam berapa sekarang?"

Sambil memijat pundak Ajeng, Theodor menjawab "Waktunya makan siang. Kamu mau makan apa?"

Ajeng memikirkannya sebentar sebelum menyebutkan beberapa makanan yang dia mau.

"Itu aja?" Ajeng mengangguk. Dia merasa cukup , toh hanya ada mereka berdua.

Theodor mengangguk, "Ya udah kalo gitu. Aku minta cakra beliin!"

Setelah itu Theodor berjalan meninggalkan ruang istirahat yang ada di kantornya.

Ajeng mengecup wajah putranya, "Tidur yang nyenyak, baby boy!"

Ajeng berjalan keluar, dia lantas duduk di sofa dekat meja kerja Theodor.

Sofa empuk yang di Theodor sesuaikan khusus untuknya. Sofa untuk menjamu tamu berada pada jarak paling jauh dari meja kerja.

"Nah, Beo. Cewek yang tadi kamu apain?" Tiba-tiba Ajeng mengajukan pertanyaan seperti ini.

Theodor tak berniat membuktikannya jadi dia menjawab "Aku pecat lah Yang. Ngapain juga mertahanin orang kayak gitu. Bikin jelek perusahaanku aja. Lagian perusahan EO's enggak kekurangan orang yang mau masuk."

Bisa-bisa dengan seenak jidat, orang itu yang hanya orang asing menghina istrinya. Dia saja tak pernah membentak istrinya karena begitu menyayanginya, jadi mana terima dia melihat orang lain menghina Ajeng.

Ada satu hal yang tak ia ceritakan pada Ajeng, perihal Yeni yang dia lemparkan ke daerah terpencil di negara lain. Bukankah wanita itu menghina istrinya sebagai wanita kampung, maka biarkan dia menjadi wanita kampung seperti dalam bayangannya.

Theodor tak peduli, tapi di sisi lain Yeni sangat menyesal. Jika saja dia bisa menahan sedikit mulutnya, dia mungkin masih tinggal di kota dan berbelanja barang-barang bermerek saat ini. Dan bukan kesana kemari melayani ibu mertua jahat.

....

DING!

Sebuah notip muncul di ponselnya. Ajeng melihat itu pesan dari Agra yang mengabarinya bahwa ia akan mengunjunginya di akhir pekan.

Ajeng menengguk air di gelasnya, dan bertanya apakah dia perlu di jemput.

Setelah mendapatkan jawaban dari kakaknya, dia berdiri menghampiri Theodor yang masih sibuk di meja kerjanya.

Walau masih lama, Ajeng memilih mengatakan itu sekarang. Ia khawatir melupakannya.

Theodor memperhatikan Ajeng berdiri di sampingnya, ia menepuk pahanya mengisyaratkan untuk duduk di sana.

EXCUSE ME [END]] Where stories live. Discover now