Chapter 13.

35.9K 3.5K 65
                                    

Siapa ya, yang kemarin bilang double up?

Eh iya, aku. Maaf ya kemarin aku... MAGER. MAGER BANGETTT.

Selamat membaca..

Makan malam telah usai, Lendra dan Enzi telah kembali ke kamar sedangkan Alera sedang berada di dapur, membereskan beberapa peralatan dapur beserta alat makan. Satu lagi, ia juga akan menyusun sabun-sabun buatannya yang sudah siap pakai. Jumlahnya cukup banyak, sekitar lebih dari selusin.

Tentu saja semua itu akan ia jual, diekspor ke kota. Pertanyaannya, bagaimana ia bisa mengekspor semua itu? Sedangkan ia sendiri belum mempunyai modal yang meliputi uang, alat transportasi dan lain sebagainya.

Ah, persetan dengan semua itu. Yang pasti sekarang tubuhnya sudah cukup lelah. Bekerja dari pagi hingga petang tentu saja menguras tenaganya hingga akhir.

Alera meregangkan sendi-sendinya yang terasa pegal dan kaku. Selanjutnya, ia melangkah masuk ke dalam kamar. Dapat ia lihat Enzi sedang tertidur begitupun dengan Lendra yang juga tertidur dalam keadaan telanjang dada dengan posisi tertelungkup.

Kulit eksotisnya terekspos dan itu cukup mampu untuk menggoda iman Alera. Namun, ada suatu kejanggalan yang didapati Alera, pria itu--Lendra--terlihat sedang mengernyitkan dahinya dalam tidur, seperti sedang menahan sakit.

Lekas saja Alera mendekat. Ia mengamati lebih dekat untuk menemukan permasalahannya. Beberapa saat kemudian, ia mulai menyadari jika sang suami sepertinya merasakan nyeri sendi. Hal wajar untuk laki-laki yang hampir menginjak kepala tiga.

Senyum kecil tersungging. Untung suaminya sedang tidak mengenakan baju sehingga ia dapat dengan mudah untuk melakukan pemijatan. Ya, pemijatan adalah hal yang paling tepat untuk solusi pegal dan nyeri sendi, setelah obat tentunya.

Alera duduk bersimpuh di sebelah sang suami. Perlahan tangan halus itu mulai menyentuh permukaan kulit kasar berwarna eksotis tersebut. "Aduh, kasihan sekali suamiku. Pasti lelah 'kan, harus merasakan rasa sakit seperti ini hampir setiap bekerja," celotehnya seakan Lendra sedang bangun dan dapat mendengar ucapannya.

Keterampilan Alera dalam memijat tak dapat diragukan lagi, karena ia dulu sering memijit temannya yang ada di zaman modern. Namanya Vany,  sahabat karib dari Alera Ananta. Vany adalah seorang work holic atau dalam bahasa kasarnya seorang budak korporat sebuah perusahaan.

Sebenarnya hal ini tidak bisa dianggap sebagai perbudakan karena gaji yang diberikan pun juga besar yaitu sekitar dua puluh juta sebulan. Nominal yang fantastis bahkan gajinya menandingi seorang dokter.

Mengingat sahabatnya, Alera jadi rindu. Entahlah apakah ia bisa kembali ke dunia modern atau tidak.

Setelah kurang lebih setengah jam, kerutan di dahi Lendra menghilang, pertanda jika pria itu sudah merasa lebih baik. Alera pun turut menghentikan kegiatannya. Kebetulan setelahnya, Alera menguap.

Karena tubuh yang lelah serta rasa kantuk yang tidak bisa di tahan lagi, Alera akhirnya merebahkan tubuh, kemudian turut terlelap di sebelah sang suami. Dengkuran halus mulai terdengar.

Bertepatan dengan itu, kedua netra Lendra terbuka. Ia membalik tubuh yang semua tertelungkup menjadi terlentang. Ia menoleh ke arah Alera seraya tersenyum manis. "Ya, aku cukup lelah karena rasa pegal ini." Lendra menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Ia mengecup lembut ubun-ubun Alera masih dengan senyum yang menghiasi wajah.

"Terima kasih, Sayang. Pijatannya cukup membuat tubuhku lebih baik," ujarnya seraya menempelkan kedua tangannya di punggung sang istri.

Perlahan, cahaya kehijauan melingkupi tangan Lendra beserta punggung Alera. Warnanya terang bahkan sedikit menyilaukan. Hanya sebentar, sebelum akhirnya cahaya itu kembali menghilang. "Semoga sihir penyembuh ini bisa membuat kamu merasa lebih baik, Sayang," lanjut Lendra.

Ia mengeratkan pelukannya dan sekali lagi mendaratkan kecupan pada dahi sang istri. "Selamat tidur istriku." Setelah mengucapkan hal tersebut, Lendra terlelap, menyusul sang istri.

~o0o~

Pagi-pagi sekali, Alera terbangun terlebih dahulu. Ia mendudukkan tubuhnya seraya menguap. "Aneh sekali, seharusnya pagi ini tubuhku terasa lelah, tapi ini justru terasa segar bugar," gumamnya saat merasakan ada yang berbeda dengan tubuhnya.

Ia menolah ke samping, menatap suami dan anaknya yang masih tertidur. Selanjutnya, Alera bangkit berjalan menuju dapur, tapi sebelum itu, ia mendaratkan sebuah kecupan hangat pada pipi suaminya.

Seperti hari-hari biasanya, Alera memulai aktivitas dengan memasak. Namun bedanya, pada pagi hari ini ia tidak bisa berhenti tersenyum. Rasanya sangat menyenangkan memiliki suami seperti Lendra, walau pria itu hanya berprofesi sebagai petani.

Ditambah lagi, rasa bahagia semakin membuncah ketika mengingat ia yang memijat sang suami. Entah ia yang bermimpi atau tidak, ia tadi malam mendengar suaminya mengucapkan terima kasih. Ia jadi merasa cukup berguna bagi sang suami.

Entahlah kenapa Alera merasa sebegitu bahagia ini. Mungkinkah karena cinta telah tumbuh di hatinya untuk pria yang sudah menjadi suaminya?

TBC.

ESOK SAHUR, JAN LUPA ISTIRAHAT BUAT YANG PUASA...

Farmer's Wife (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang