Kazanara 16

6.7K 577 106
                                    

"Cinta itu ditanam, bukan dipaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta itu ditanam, bukan dipaksa."
-Kazam

*****

"Nak..." Kasih menghampiri Kazam yang barusaja selesai menunaikan sholat magrib dimasjid. Ya, putranya itu memang rajin berjamaah di masjid dekat rumahnya.

Kasih menghadang Kazam yang hendak masuk kedalam rumah.

"Nggeh, bu. Ada apa?" Kazam menghentikan langkahnya.

Kasih menarik lengan Kazam menjauh dari pintu rumah.

"Ada apa, bu?" Tanya Kazam lagi, lantaran melihat Kasih seperti ada sesuatu yang serius.

"Nak, kamu dengar tidak, apa yang di omongin para tetangga soal istri kamu?" Tanya Kasih bersuara pelan, raut wajah perempuan baya itu tampak khawatir.

Kazam menghela nafas panjang. Tadi saat ia pergi menuju masjid pun banyak sekali para ibu-ibu yang berkumpul membicarakan Kanara.
Kazam tidak menyangka, jika akan menyebar secepat ini.

"Sudah, Bu." Jawab Kazam sedikit lemas.

Kasih menatap putranya itu kasihan, pasti gosip ini membuat Kazam merasa terluka hatinya. "Sabar ya, Nak. Ini ujian buat kamu."

"Ibu gak marah?"

Kasih menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum. Meski dirinya dapat imbasnya di olok-olok karena salah memilih menantu, Kasih sama sekali tidak menyalahkan Kanara.

"Ngapain ibu harus marah, Nak. Ibu mengerti, merubah seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dan istri kamu pasti butuh waktu untuk merubah kebiasaannya. Apalagi dikota dan didesa lingkungannya memang jauh berbeda." Jelas Kasih. "Pasti butuh waktu panjang untuk merubah itu semua."

Kazam menghela nafas lega. Jujur saja, Kazam sedikit khawatir Kasih akan marah, tapi ternyata tidak. Ibunya jauh lebih mengerti.

"Sekarang Kazam hanya khawatir, ketika Kanara mendengar gosip ini, dia akan sakit hati. Kazam yakin, pasti Kanara akan lebih memberontak nantinya. Ditambah, para tetangga begitu mencemooh istri Kazam dengan segitu pedasnya, Bu." Ucap Kazam khawatir.

Suami mana yang tega mendengar istrinya dibicarakan tidak baik. Meskipun kenyataannya sedikit ada benarnya, tetap saja mereka tidak bisa menghakimi dengan satu sudut pandang saja. Yang lebih menyakitkan lagi, mereka mengatakan jika Kanara perempuan tidak benar.

Kazam tidak peduli dengan reputasinya yang diolok-olok hanya karena mereka berpendapat dirinya sudah salah memilih istri. Sungguh, Kazam tidak peduli. Yang tahu siapa istrinya hanyalah dirinya, bukan mereka.

Mereka sama sekali tidak berhak menghakimi Kanara sedemikian rupa.

Lagi, Kasih mengelus bahu putranya itu. "Sabar ya, Nak. Sekarang, lebih baik jangan biarkan istri kamu keluar rumah dulu sampai gosip-gosip itu reda dulu." Saran Kasih.

KAZANARA ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang