AZ || LIMA PULUH

9.6K 1.3K 57
                                    

Lagi-lagi Azello menyesal kenapa harus makan malam disini. Karena hanya ada dia, Luna, dan Louis.

Padahal tadi malam Azello tidur dengan Asher. Azello sudah mengusir kakaknya itu, tapi Asher tak ingin pergi. Lalu Azello memberikan syarat, Asher boleh tidur disini asalkan mau menceritakannya sebuah dongeng. Setelah itu Asher menceritakan tentang seorang kelinci yang memelihara singa dan angsa. Tentu saja Azello protes dengan cerita Asher yang sangat aneh.

Berakhir dia yang tertidur hanya karena Asher mengelus kepalanya.

Sedangkan Dariel, ada acara pelatihan dokter di luar kota. Sungguh, Azello merasa sebal karena semua terjadi bersamaan. Mereka meninggalkannya dengan Luna dan Louis.

Kembali ke masa sekarang. Luna menatap Azello yang hanya mengaduk makanannya diseberangnya.

"Kenapa cuma diaduk saja?" Mau Tante suapi?"

Azello terdiam, Luna berdiri, berjalan memutar meja hingga ada di samping Azello.

Luna yang akan mengambil  sendok untuk menyuapi Azello pun terkejut saat tangannya ditepis tiba-tiba.

Prang!!!

Piring berisi makanan itu juga ikut jatuh sampai pecah berkeping-keping.

Azello berjengit, dia baru sadar akan itu.

"Mami, Mami nggak papa?" Louis sudah berada di samping Luna. Karena Luna yang mengenakan rok pendek, kakinya terkena pecahan beling di bagian betis.

"Puas kamu? Kalau nggak mau kan bisa baik-baik nolaknya!"

Louis membawa Luna duduk di sofa. Memanggil maid untuk membantu mengobati luka sang ibu.

Azello hanya mematung, dia terlalu hanyut dalam berpikir sehingga terkejut saat tiba-tiba ada tangan yang muncul.

Rasa bersalah menguasainya.

"Tuan Muda, maaf saya tadi ke belakang sebentar. Tuan Muda tidak apa-apa?" Johnson datang memeriksa tubuh Azello, apakah ada luka atau tidak.

"Enggak Om," jawab Azello pelan. Dia kembali melirik ke arah Luna. Walau bagaimanapun dia harus meminta maaf.

"Tante, Azello minta maaf."

Luna menatap Azello lalu tersenyum, "nggak apa-apa, mungkin tadi kamu kaget."

"Tuan Muda, sekarang sudah jam tidur Anda. Lebih baik kita ke kamar."

Azello menurut, sesekali melirik ke arah Luna.

***

"Papa kok kemarin nggak pulang?!" Azello berkacak pinggang. Dia menatap Gillion tajam.

Namun dimata pria paruh baya itu malah terlihat sangat lucu.

"Maafkan Papa Prince, ada pekerjaan penting disana."

"Oh gitu, jadi aku nggak penting gitu?"

Gillion yang sudah ada di depan Azello pun menunduk, lalu mencium pipi putra bungsunya.

"Jangan marah, nanti cepat tua."

"Kalau aku tua, terus Papa apa?! "

"Papa masih muda."

Azello memberi gestur ingin muntah. "Pokoknya Aze marah sama Papa, titik!"

Remaja 13 tahun itu berbalik, ingin menemui para hewan kesayangannya. Sebelum itu tubuhnya merasa melayang.

"Bagaimana kalau kita pergi keluar?" tawar Gillion, berusaha menenangkan Azello yang merajuk, karena ini sekolah libur. Dia memegang dagu Azello agar sang anak menatapnya.

AZELLO [END]Where stories live. Discover now