CHAPTER 11: PLAN A TO B

2.1K 218 22
                                    

CALLENSY REECE

Klub Bunga Butik Resort, Batu, Malang

January 6th, 03.00 A.M



Jam sudah menunjukkan pukul tiga subuh, kata mereka, ini saat-saat di mana setan biasanya keluar mencari mangsa lantaran portal perbatasan dunia kami terbuka (Carlo mengkonfirmasikan, walaupun aku tahu cowok itu cuma berusaha menakut-nakutiku yang mudah percaya akan hal-hal begini). Sejak jam sebelas tadi, mataku betul-betul betah sekali terbuka seperti mayat hidup dan tidak berniat membuatku mengantuk, jadi aku duduk diam bagaikan patung di teras depan salah satu kamar kami dan hanya ditemani suara jangkrik yang bersahut-sahutan. 

Semua anak-anak yang lain sudah bisa dipastikan tidur lelap, karena kami ingin bersama, mereka rela tidur di atas ubin lantai yang dingin, sisanya yang tidak kebagian space memilih tidur di atas kursi dan meja sekalian. Aku bisa stres berat kalau hanya aku yang terjaga, tapi untungnya, pacarku yang pengertian luar biasa dan membuatku makin cinta saja dengannya ini ikut-ikutan bangun dan menemaniku tanpa pamrih. 

Tidak hanya pacarku yang tampan, tapi hampir semua orang, kecuali si Gris, masih terjaga. Gris mungkin sudah mimpi indah, katanya sih dia ingin bertemu Patrick Schwarzenegger di mimpinya (walau aku ragu karena baru saja aku bertemu dengannya di pikiranku, tidak mungkin kan dia bisa pindah lokasi secepat kilat begitu). Bahkan setelah Carlo menyetel lagu Kings and Queens saja, Gris masih tertidur pulas seperti sleeping beauty yang tak akan bangun hingga seabad kemudian. 

Di sebelahku, yang masih terjaga banget, ada juga sosok baru yang tadi mendadak bergabung dengan kelompok kita, Kathy, atau yang suka dipanggil Gris sebagai Keket. Cewek berwajah imut-imut itu rupanya adalah gebetan baru Carlo. Sebenarnya, aku sempat bertanya pada cowok itu, apa alasannya mendekati Kathy. Tidak banyak yang dikatakan oleh cowok cuek itu, selain karena dia merasa Kathy bisa menggantikan sosok Sierra di hatinya, walau aku yakin, dua cewek itu cukup berbanding terbalik.

Yah, mereka cantik, pembawaannya baik dan cukup ramah, sama-sama manis tingkah lakunya, hanya saja aku merasa temanku itu jauh lebih baik dibanding Kathy. Entah mengapa, aku dan Gris menangkap adanya aura-aura aneh dari kehadiran Kathy. Pertama, Gris bilang mungkin Kathy ini siluman kucing yang sengaja nemplok dengan Carlo agar dijadikan pacar. Sedangkan menurutku, si Kathy ini ingin numpang eksis aja, yang sesungguhnya membuatku agak sungkan karena kami sudah berpikiran buruk soalnya. Padahal, selama kami berdiskusi tadi, cewek imut ini berusaha nimbrung dan memberikan masukan-masukan.

Walaupun begitu, insting memang tidak bisa dibohongi. Aku kerap merasakan sesuatu yang ganjil setiap berada di dekatnya. Rasanya seperti cewek ini bisa menerkamku kapan saja tanpa pemberitahuan. Yang jelas, aku merasa kurang nyaman berada di dekatnya. Tapi sebagai satu-satunya cewek di sini (oke, Gris kuhitung juga deh), dengan amat sangat terpaksa aku harus berada dekat dengannya, seakan-akan kami klop-klop saja.

Dan kalau kalian kira sekarang kita cuma begadang gila dan lupa waktu, kalian salah. Lebih tepatnya, kami sedang berusaha memikirkan apa kiranya yang dimaksud Rapunzel dengan gelang yang ada kaitannya dengan kelipatan enam dan 12. Sebuah gelang, kawan, mungkin dengan charm angka 6 dan 12? Kalaupun iya, apa pula maksudnya itu?

"Love, tunggu bentar ya, kebelet buang air nih," ucap Ricco sambil kemudian menghilang sebelum aku sempat menjawab.

Sementara itu, aku duduk saja menikmati angin malam bersama Kathy yang juga tampaknya belum terlihat mengantuk sama sekali. Sesekali, mataku melirik cewek di sebelahku dengan was-was, khawatir kalau dia memergokiku sedang memelototinya. Aku menarik napas sekali lagi. Sekali lagi, insting memang tidak bisa bohong.

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now