CHAPTER 9-2 : THE FIRST CLUE

2.1K 238 15
                                    

DETEKTIF BEX



Seperti biasa, William memintaku untuk menemuinya di kantor yang kudatangi kemarin. Kali ini, aku tidak akan membawakannya makanan karena terakhir kali aku datang ke sini dengan sekotak xiao long bao, dia bahkan tidak menggubrisku selama dua puluh menit. Kalau bukan karena kasus menarik yang dia ajukan, mungkin aku sudah kembali ke Indonesia untuk menuntut churros dari adikku yang tidak ada kabarnya itu.

"Bexton, senang rasanya kamu ada di sini," kata William saat aku dan Calvin memasuki ruangannya dengan tampang datar. Dia lalu mengambil beberapa berkas untuk ditandatangani. "Bagaimana dengan surel yang kukirim, apakah ada yang menarik perhatianmu lagi?"

"Tidak, sayangnya."

"Kalau begitu, ada baiknya kalau kamu melihat sendiri bagaimana kejadiannya."

"Maksudmu?"

William lalu membuka laptopnya, mengutak-atiknya sejenak, lalu memutarnya ke arahku. Di layar laptop, sudah terpampang video yang berupa rekaman CCTV di sebuah rumah yang tidak kuketahui lokasinya. Walaupun aku sering ke Vancouver, tapi tentu saja aku bukan Google Map yang hapal seluk beluk kota ini, kan?

Isi rekaman itu sungguh amat biasa. Hanya ada sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak yang kuperkirakan masih berumur sekitar tiga sampai tujuh tahun. Sang kakak adalah anak laki-laki satu-satunya, sementar adik-adiknya perempuan. Keluarga itu sedang sibuk makan-makan di ruang keluarga, sepertinya sambil menonton Smurf. Selama lima menit lamanya aku dan Calvin hanya duduk melongo memperhatikan rekaman itu, sementara William sudah asyik memakan muffin cokelatnya seperti biasa.

Lalu pada menit ke 05:31, ada pergerakan yang lain. Sang ibu, kurasa, berdiri lalu mengumpulkan piring-piring yang sudah selesai, kuperkirakan dia pergi ke dapur, sementara sang ayah masih duduk bersama ketiga anaknya. Mereka sibuk bercanda sambil sesekali melempari ayahnya dengan marshmallow. Kemudian pada menit ke 06:20, salah seorang dari dua anak perempuan itu, yang rambutnya lebih pendek dari yang lain, meninggalkan ruang keluarga. Kupikir, di sini yang mulai harus diperhatikan karena semuanya mulai menegangkan. Selama tiga menit lamanya anak itu tidak kembali, aku sudah akan berasumsi kalau dia diculik atau apa. Sang ibu sempat kembali untuk mengisi gelas-gelas mereka dengan sejenis minuman berwarna keunguan, aku tidak tahu apa namanya, tapi kuharap itu bukan alkohol.

Setelah sang ibu pergi lagi, si anak berambut pendek tiba-tiba muncul sambil membawa sebuah kotak yang dibungkus kertas berwarna cokelat, tidak jelas apa isinya. Anak itu memberikannya pada sang ayah, lalu dia seperti ngobrol kecil dengan saudaranya. Yang jelas, si saudara perempuan mengangguk lalu ikut pergi bersama si anak berambut pendek, sementara si kakak tampaknya masih asyik menonton. Sang ayah lalu meninggalkan sang kakak dan pergi ke arah yang dituju dua anak itu sambil membawa kotak yang sebelumnya diserahkan oleh si anak berambut pendek.

Dua menit lamanya, tidak ada yang terjadi selain si anak laki-laki yang duduk diam menonton televisi. Tapi kemudian semuanya mulai kacau.

Sang ayah kembali sambil berteriak-teriak, membuat sang ibu tak lama kemudian muncul untuk menanyakan apa yang terjadi. Si kakak juga ikutan panik dan berdiri. Sayang sekali CCTV mereka tidak bersuara sehingga aku hanya bisa menebak-nebak apa yang dikatakan oleh si ayah.

"Will, pause videonya, mundur sedikit," kataku menyuruh William yang langsung melakukan apa yang kusuruh.

"Apa yang kau lihat?"

"Tidak ada, tadi kurang perhatian aja."

"Tck. Kukira kau bakal berlagak seperti detektif keren yang menemukan sesuatu."

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now