CHAPTER 9-1 : THE REASON WE GO

1.8K 228 19
                                    

BEXTON ADRIANNO 

Cypress Crescent, Shaugnessy, Canada

January 5th, 2014 03.00 P.M



Tak kusangka, urusan dengan para remaja ini bisa menjadi hal yang rumit. Kabarnya, ada surat yang datang di Surabaya, diarahkan pada mereka semua, anak-anak yang anehnya di usia mereka yang masih terbilang muda, sudah terkena masalah yang besar dan menuntut nyawa sebagai imbalannya. Kasihan mereka, tapi sebagai salah satu yang bertanggungjawab, aku harus turut membantu. Walau begitu, aku khawatir aku tidak bisa benar-benar turun tangan karena William baru saja memberitahuku bahwa ada kasus lagi yang terjadi, jadi setelah mengurusi ini, aku benar-benar harus menemui William dengan Calvin. Bagaimana lagi, bayaran yang diberikan William padaku sanggup membiayaiku, mama, dan adik perempuanku selama ini, jadi walaupun dia suka memerasku dengan minta dipesankan Chinese setiap kali datang ke kantor, aku mau-mau saja jadi budak hariannya.

Si nona superparno Sierra bilang kalau dalam surat itu ada angka 60. Setelah dibuka-buka, aku tahu kalau angka 60 itu adalah halaman yang berisi bagian keempat, yaitu rencana yang mungkin akan terjadi setelah ini. Setelah urusan di villa milik Jody Ray, rupanya orang-orang itu (siapapun mereka, tapi kurasa Cerveau Bang ada kaitannya dengan ini), masih belum puas juga.

Masalahnya mereka melampiaskannya pada anak-anak ini, yang secara harafiah tidak bersalah. Jadinya, anak-anak ini pada ketakutan, bahkan sekarang mereka rada bingung.

"Kabar dari Surabaya bagaimana?" tanyaku datar.

"Salah satu teman kami menemukan sesuatu di villa Ethan." Si nona Sierra menjawab. "Katanya, saat dia sedang menggeledah sana sini, dia tidak sengaja menabrak perabotan di sana, dan seketika itu juga ada sensasi aneh yang menyerang tubuhnya."

Aku mengangkat sebelah alisku meminta penjelasan.

"Sensasi seperti apa?"

"Intinya..." Brilliant menyela. "... itu tanda kalau chip yang katanya ada di dalam tubuh kami sudah aktif."

"Oh." Aku menjawab sambil menganggukkan kepala. "Oke kalau begitu. Chip itu memang sudah aktif sejak teman kalian mengaktifkannya. Ini semua menjawab pertanyaan kalian soal Rapunzel yang berkata kalau kalian sendiri yang memulai semuanya."

"Bapak detektif santai banget ngomongnya, jadi khawatir gue." Brilliant menyahutiku. "Tapi, Pak, kalau gue boleh bertanya, bapak kok yakin sekali kalau chip, dan semua hal itu, memang benar?"

"Siapa yang bilang yakin? Aku kan bilang, mereka ingin melakukan sesuatu dengan mengajak serta kalian. Aku hanya ingin teror ini berakhir, dan kalian sebagai anak muda bisa hidup tentram dan damai. Tapi kalau kalian diam saja, teror itu akan terus datang, dan bisa-bisa kalian bunuh diri dalam keadaan mengenaskan. Itu malah makin merepotkanku. Karena itu, kalian ikuti permainannya. Lagipula, aku pernah bilang pada kalian kan, dari sebagian besar orang yang tidak beruntung, kalian yang kena perangkap hipnotis adalah yang paling sial. Kamu dan si nona saja yang lepas dari perangkap maut itu. Sayangnya, kalian mungkin kena juga, itu yang masih menjadi pertanyaan. Ketika kemarin semua benda itu selesai diangkat, kenapa masih ada lagi yang tersisa. Apa mereka ditanam lagi, atau mereka menanam dua sejak awal."

"Dan bapak membiarkan kita melakukannya sendirian?" tanya Samuel. "Dengar, sudah tiga insiden terjadi, Pak. Adik saya hampir mampus dibuatnya. Kita ini juga masih di bawah umur..."

"Kamu udah dua puluh tahun, nggak usah sok merasa muda begitu," jawabku tajam.

"Bapak ngomongnya santai dong, saya juga santai tanyanya," jawabnya tak kalah jutek, tapi sayang kejutekannya tidak berpengaruh padaku. "Tapi aku benar kan berkata begitu? Masak iya, bapak yang seorang detektif, membiarkan anak-anak... yang masih punya masa depan menyelesaikan ini sendirian? Bisa jadi ini mengancam nyawa kita. Setidaknya bapak kirimkan anak-anak didik bapak untuk mengawal kami kek..."

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now