CHAPTER 8-2: ACTIVATING THE BOMB

1.7K 223 28
                                    

Ethan's Villa

Satu jam sebelumnya


Setelah menerima email dari Rapunzel, Carlo menyuruh Callen dan Kathy serta Gris tinggal di hotel, sementara Ricco, Jay, dan Pierre ikut dengannya untuk pergi ke villa Ethan. Karena jalanan yang sepi dan jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel mereka, dalam waktu dua puluh menit mereka sudah sampai di lokasi. Sepertinya, pagar yang terdapat di bagian terluar kompleks villa telah dilewati oleh orang-orang pemilik villa, mengingat sebelumnya ada garis batas polisi yang dipasang di sana, mengitari lokasi villa itu seperti kandang untuk melindungi orang-orang luar dari entah apa yang ada di dalam sana.

Suasana di sana tidak seseram waktu itu, tapi tetap saja bisa membuat bulu kuduk siapapun yang memaksa pergi masuk merinding. Suhu udara yang dingin membuat para cowok itu mau tidak mau mempererat jaket mereka untuk melindungi serangan flu mendadak. Lebih lagi, dalam situasi seperti ini, kemampuan Carlo jadi semakin sensitif dan harus bolak-balik berusaha keras untuk tidak terpengaruh oleh energi roh-roh di sekitar sana.

Jalan setapak menuju villa milik Ethan tampaknya becek, mungkin tadi sempat hujan di daerah ini. Tampak dari jauh, villa Ethan berdiri kokoh dengan kondisi lampu dimatikan. Tidak berpenghuni. Di sebelahnya, rumah lego yang legendaris itu juga masih berdiri tegak, walaupun sebelumnya lokasi itu sudah terombang-ambing oleh peristiwa berdarah yang memakan korban jiwa. Sementara rumah pak Rafa di samping lainnya tampak lebih suram dari terakhir kali kami lihat, nampak mati tanpa tanda kehidupan.

Carlo pikir, mengunjungi rumah lego itu ada bagusnya juga. Dia bisa menyelidiki hal-hal lebih dalam. Tapi entah mengapa, instingnya berkata lain.

Dia malah harus masuk ke villa Ethan.

"Anu, kenapa kita harus masuk ke sana, Carl?" tanya Pierre, tampak ragu-ragu. "Villa-nya jadi serem sekarang. Kayaknya lebih baik aku balik ke hotel dan mainan laptop, deh."

Jay mengangguk setuju. "Terakhir kali aku kemari, villa nya masih terlihat... indah. Sekarang malah menyeramkan begini. Pie, balik mau?"

"Jangan takut, anak-anak, tidak ada penyihir di dalam sana," sahut Carlo santai. "Aku hanya ingin memeriksa saja, barangkali ada... sesuatu. Kalian bisa menunggu di luar kalau mau."

"Sesuatu yang kamu maksud itu bukan sesuatu yang biasa, Carl, jadi tolong jangan main-main," ujar Ricco tidak tenang. "Terakhir kali begini, aku ditipu sama Javier. Anak itu mendekatkanku dengan setan." 

Carlo terkekeh. "Nggak, nggak ada apa-apa. Daritadi semuanya kosong kok, Ric."

"Bagus. Ayo kita masuk, jadi kita bisa pulang secepatnya."

"Tenang aja, kita nggak bakal pulang cepat kalau aku harus berhadapan dengan beberapa setan kepo," sahut Carlo santai.

"Jadi, m-maksudmu, di sini ada setan beneran?" tanya Ricco tergagap.

"Aduh, ada atau nggak santai aja kali, badan aja gede, punya cewek, tapi sama setan aja takut," ujar Jay cuek sambil berjalan masuk melalui pintu pagar villa Ethan. 

Mereka berempat kemudian masuk ke dalam villa besar yang saat ini sedang kosong tersebut. Rasanya seperti kembali ke hari-hari itu, di mana mereka tiba dan duduk di ruang tamu, lalu disambut oleh sepupu Ethan, Ernest, yang sekarang sudah kembali ke Singapura untuk melanjutkan pekerjaannya. Penjaga villa itu bahkan sudah tidak ada, karena keterlibatannya yang mengejutkan dengan Mr.L. Itulah sebabnya, tempat ini mendadak berubah menjadi sarang para setan yang kapan saja bisa muncul.

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now