44

16.4K 1.1K 20
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










Saat hujan sedang turun dengan deras. Ian keluar dari kamarnya. Sebelum mommynya memasuki kamar Ervan, Ian duluan yang mengecek keadaan Ervan. Tidak mendapati Ervan di kamarnya. Ian langsung menutup pintu itu dengan kencang. Buru-buru menuruni tangga dengan cepat. Sebelum ia mengetahui sendiri keadaan adiknya, ia tidak akan tenang.

"Ervannnn,"

Teriakan nyaring seseorang terdengar jelas ditengah-tengah ramainya deras hujan. Ian mengenali suara itu. Suara itu milik kakaknya, Gio. Buru-buru ia mempercepat langkahnya. Di depan pintu taman. Berdiri neneknya dan mamanya. Pintu itu lebar dan cara membukanya di geser. Jadi mempermudah Ian untuk membuka lebih lebar pintu itu agar bisa masuk dengan leluasa.

"Ian cepat ke sana." Megan tak sengaja menoleh ke samping dan melihat ada Ian yang baru saja datang. Terlanjur panik, Megan langsung menyuruh Ian untuk membantu Gio dan Kenzie membawa Ervan masuk ke dalam mansion. Bagaimana bisa Ervan masuk ke kolam itu di saat sedang hujan deras. Ia takut Ervan sakit nanti.

Ian membeku. Ia melihat Gio yang ikut masuk ke dalam kolam itu untuk menarik Ervan kembali. Mata Ian menggelap, kilatan amarah terlihat jelas di kedua matanya. Tangannya mengepal dengan erat. Adiknya semakin hari semakin nakal. Apakah Ervan tidak tau jika perbuatannya ini akan sangat berdampak besar nantinya.

Ian mengambil langkah cepat untuk menuju ke tempat adiknya berada. Tidak mempedulikan bajunya yang akan basah, yang terpenting membawa anak nakal itu terlebih dulu.












………
















Dan saat ini Ervan digendong ala koala oleh Ian. Dengan tatapan datar menghunus ke depan, Ian berjalan menuju ke kamar Ervan. Tidak mempedulikan Ervan yang sedang memberontak di gendongannya. Ian tidak peduli. Ia sedang marah saat ini. Ervan sekali-kali harus diberi pelajaran.

Gio, Kenzie, Megan dan Danita mengikuti dari belakang. Megan dan Danita menampilkan raut muka khawatir. Sedangkan Gio dan Kenzie, tetap dengan tatapan datarnya. Jika dilihat lagi, mereka sedang menahan emosi sama seperti Ian.

Mereka tidak menyangka jika Ervan akan melakukan hal seperti ini.

"Kakak, mau turun. Kakak," pinta Ervan dengan suara nyaring. Mencoba menggerakkan tubuhnya secara brutal. Ia masih ingin bermain hujan-hujanan, ini mengingatkannya pada masa itu. Dimana ia sangat menantikan mandi hujan. Karena dengan mandi hujan, Ervan yang dulu tidak mempunyai alasan untuk bahagia, akhirnya memilikinya. Ervan suka main hujan-hujanan.

Ervan mengurungkan niatnya  mencarikan teman baru untuk ikan-ikannya. Ervan malah keasikan bermain hujan. Sampai dimana ia dipergoki oleh Gio dan Kenzie. Bukan maksud Ervan ingin memberontak. Hanya saja, Ervan sangat merindukan momen  ini, tidak rela rasanya jika dipaksa berhenti seperti ini.

"kakak, mau main lagi. Turunin Ervan kakakkkk," teriak Ervan tepat di telinga Ian. Sengaja, agar Ian terganggu. Tapi respon Ian? Tidak ada. Ian tetap menatap lurus ke arah depan dengan sorot mata datarnya. Ervan mendengar gigi Ian yang bergemeletuk dengan keras.

Ervan [End🤎]Where stories live. Discover now