42

18.4K 1.4K 71
                                    

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.









Hari telah berganti. Begitu pun sikap Ervan yang kini berganti menjadi sosok yang lebih diam dan tidak cerewet. Di meja makan, Ervan dengan diam menghabiskan makanannya. Celoteh-celoteh yang biasanya  ia lontarkan  saat sedang makan kini hilang entah kemana. Suasana ruang makan sedikit lebih tenang dari biasanya.

Semua kakak Ervan saling bertukar pandang. Merasa aneh dengan tingkah Ervan. Tidak biasanya. Adik mereka sedang kerasukan apa? Kenapa tiba-tiba diam seperti ini? Tak betah dengan situasi yang sepi, Freya mulai membangun suasana di ruang makan.

"Ervan, makanannya enak gak?" tanya Freya dengan tatapannya menghadap penuh ke arah Ervan yang duduk dihimpit oleh Ian dan Ansel.

Ervan tidak menyadari jika Freya melontarkan pertanyaan padanya. Ia fokus dengan makanannya, memasukkan makanannya dengan cepat meskipun sisa makanan yang berada di mulutnya belum ditelan sepenuhnya. Ia ingin cepat-cepat pergi ke sekolah.

Freya mengerutkan keningnya, tumben anaknya mengabaikannya. Ia menoleh menatap suaminya yang sama-sama menatap Ervan dengan tatapan heran.

"Ervan," panggil Axton dengan suara bariton. Tapi panggilan itu belum juga di respon oleh Ervan. Ian tidak tinggal diam. Tangannya memegang pundak Ervan dan mengguncangnya sedikit seraya memanggil namanya.

"Ervan," panggil Ian.

Uhukkkk…uhukkkk…

Ervan yang kaget pun tersedak makanannya. Batuknya tidak kunjung mereda dan itu membuat keluarganya menatap khawatir pada Ervan. Ansel dengan segera menuangkan minum di gelas dan membantu Ervan untuk meminum air itu. Mencoba meredakan batuk Ervan.

"Hati-hati, jangan terburu-buru," ucap Gio dengan tatapan tajamnya menatap Ervan.

Ervan masih fokus dengan acara minumnya. Kedua tangan mungilnya juga ikut memegang gelas tersebut, tangan kekar dan berurat Ansel bertemu dengan tangan mungil Ervan yang halus dan lembut. Setelah berhasil meredakan batuknya, Ansel menjauhkan gelas tersebut dan mengusap punggung Ervan dengan lembut, meskipun terkesan kaku.

"Maaf, kakak tidak sengaja," sesal Ian dengan tatapan datar.

"Iya kakak tidak apa-apa," jawab Ervan dengan kalem.

Dan sikap Ervan barusan mampu membuat keluarganya menampilkan tatapan heran. Tidak biasanya bungsu Orlando itu kalem seperti ini. Biasanya  menjadi-jadi dengan tingkah absurd nya.

"Ada apa denganmu?" tanya Kenzie dari seberang sana. Ervan seperti bukan Ervan yang biasanya.

"Ada apa dengan Ervan?" tanya balik Ervan dengan polos.

Kenzie yang ditanya balik malah menaikkan sebelah alisnya ke atas. Benar, sepertinya adiknya sedang kerasukan saat ini. Danita menggelengkan kepalanya melihat interaksi mereka dengan Ervan versi kalem. Tak dipungkiri jika Danita pun juga heran dengan Ervan saat ini.

Ervan [End🤎]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant