Bab 4

27.4K 1.2K 80
                                    

Isabella kesulitan menelan salivanya sendiri lantaran terkejut dengan isi ruangan bernomorkan 429 itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isabella kesulitan menelan salivanya sendiri lantaran terkejut dengan isi ruangan bernomorkan 429 itu.

Ruangan ini lebih cocok disebut sebagai ruang penyiksaan, dilihat dari banyaknya alat untuk menyiksa yang terpajang di dalam ruangan ini.

Isabella bukan orang yang polos, Isabella tahu tiap benda yang terpajang tersebut serta apa fungsinya. Mantan kekasih Isabella dulu ada yang menyukai hal serupa dan menjadikan Isabella sebagai target permainannya. Sebelum hubungan mereka berakhir karna mantan kekasih Isabella itu menyebut nama adik perempuan Isabella —Olivia— saat tengah bercinta dengan Isabella.

Hal tersebut membuat Isabella marah, marah karna ia sudah berkorban banyak untuk mantan kekasihnya, memberikan apa yang mantan kekasihnya inginkan walau Isabella harus menahan sakit dari cara mantannya memuaskan diri.

Setiap laki-laki yang Isabella kencani pasti berakhir jatuh cinta pada Olivia, meninggalkan Isabella karna Isabella tidak secantik Olivia, tubuh Isabella juga tidak seindah tubuh Olivia.

Isabella berdecih, bisa-bisanya di saat seperti ini ia justru teringat dengan adiknya yang sangat ia benci itu.

Pintu yang Isabella belakangi terbuka, jantung Isabella mendadak berdebar kencang karna mengetahui siapa yang baru saja masuk ke ruangan ini.

Ruangan yang sunyi membuat Isabella bisa mendengar langkah kaki Judas mendekatinya dan berhenti tepat di belakang Isabella.

"Turn around." perintah Judas dengan suara beratnya.

Perlahan Isabella berbalik menghadap Judas, tinggi Isabella hanya sampai se dada Judas jadi saat Isabella berbalik yang ia lihat adalah dada Judas dalam kemejanya yang dua kancing teratasnya terbuka.

Dagu Isabella diangkat oleh Judas dengan tangannya yang kasar, hingga Isabella mendongak menatap Judas yang berdiri di hadapannya.

Wajah Judas tampan, Isabella akui itu. Tapi aura dan cara Judas menatapnya membuat Isabella menciut takut, laki-laki di hadapannya ini bukan laki-laki sembarangan. Melainkan ketua mafia yang memperdagangkan organ manusia secara ilegal dan hal keji lainnya yang belum Isabella ketahui.

“Kau gemetar, apa kau ketakutan? Kalau kau takut seharusnya kau tidak menuruti perintah Killian untuk kemari.”

Isabella menggigit bibir bawahnya pelan, “Aku tidak punya pilihan, pilihannya hanyalah mati di penjara atau mati di sini.”

“Lalu kau lebih memilih mati di sini begitu?” Judas berdecih, ia memperhatikan setiap inci wajah Isabella dan tanpa aba-aba, tanpa alasan yang jelas Judas tiba-tiba saja menampar pipi Isabella hingga Isabella terhuyung ke belakang.

Plak!

Isabella terkejut dengan tamparan Judas, sudut bibirnya terasa perih dan Isabella bisa merasakan rasa anyir di dalam mulutnya. Sudut bibirnya pasti terluka hingga mengeluarkan darah akibat tamparan keras yang Judas berikan.

JUDAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang