21. Ulang tahun

9.9K 496 3
                                    

Happy reading ..
..

Pada tanggal 9 Desember semua orang sibuk menyiapkan hadiah ulang tahun untuk keponakan/putra tersayang mereka yang akan segera berulang tahun siapa lagi kalau bukan Zayyan Dhia Radyta putra Ajeng dan Theodor yang akan berulang tahun pada tanggal 10 Desember yaitu keesokan harinya.

Tapi sangat di sayangkan paman kesayangan bocah itu yaitu Agra tidak bisa ikut hadir karena harus menangani akibat dari masalah penggelapan dana tempo hari yang belum selesai sepenuhnya dan masih menyisakan beberapa masalah.

Membuat Agra tak mungkin meninggalkan perusahaan untuk beberapa waktu ke depan. Apalagi Faindra menolak untuk lembur menggantikannya.

Faindra bilang sebagai pria lajang dia terlalu sibuk dengan urusan kantor hingga tak ada waktu untuk mencari pacar, dia khawatir dia hanya akan terus menjadi lajang jika begitu.

Dan pada tanggal 10 Desember saat Zayyan masih tertidur, di ruang tamu lantai bawah banyak orang sudah berkumpul. Semuanya sibuk memasang dekor ulang tahun dan Ajeng pun tak terkecuali, ibu satu anak itu kini sedang berada di dapur berkutat dengan kue ulang tahun.

Sebenarnya Ajeng bisa membelinya namun dia lebih suka membuatnya sendiri, toh ulang tahun itu setahun sekali jadi apa salahnya buat yang sedikit spesialkan?


Dan jangan lupa di mana ada Ajeng di situ pasti ada Theodor.

Yang sedari tadi menemani istrinya. Atau lebih tepatnya sedang menonton, karena pria itu hanya berdiri di belakang Ajeng sambil sesekali mengacaukan krim dan menempelkannya pada wajah Ajeng yang membaut Ajeng kesal.

"Theodor, Lo itu Ngeselin Yah? Bisa enggak jangan ganggu Gue! Terus Lo juga di sini cuman diam mending bantu yang lain sana .. Biar berguna dikit!"

Entah ke berapa kali Ajeng mengatakan kalimat ini, namun respons Theodor selalu sama.

Dia mencium bibirnya sebentar dan berkata "Enggak mau, Aku maunya di sini berduaan sama kamu sayang!"

Ajeng memutar matanya jengah, dia tahu ini hanya alasan Theodor untuk menjadi pemalas.

Tuhan tahu seberapa malas Theodor sebenarnya, jika bukan karena harus bekerja setiap harinya pria ini pasti akan tidur hingga siang hari.

Jadi jangan lihat luarannya yang pendiam dan dingin tapi sebetulnya pria itu hanya seorang pemalas, hingga membuatnya malas berekspresi.

Ajeng saja sempat heran saat mengetahui sifat malas Theodor, karena rasa malasnya betul-betul bisa mengalahkan rasa malas Ajeng.

Meninggalkan Ajeng di dapur, di ruang tengah para orang dewasa yang tengah mendekor di ruang tamu akhirnya menyelesaikan tugasnya.

"Ahk! Encok Gue kambuh!" ucap Bianca sambil memegang pinggangnya.

Dia tak menduga bahwa membuat dekorasi ulang tahun akan melelahkan jika dia tahu dia akan datang terlambat saja.

Bianca mulai sedikit menghawatirkan pinggangnya.

Serly yang melihat itu hanya menatap Bianca. Dia mengejek "Ca, Masa baru sebentar udah encok! Gue kasihan sama pacar Lo anjir, di kasih servisnya bentar!"

"Apa urusannya anj*ng encok Gue sama servis?"

"Lah, bukannya udah jelas, kalo Lo udah encok cuman karena bikin dekor yang itu pun di bantu banyak orang, apa kabar nanti naik turun ranjang? Pingsan langsung kayaknya!"

"Tai Lo Ser! Kayak Lo udah pernah aja kasih servis .. perawan ting-ting juga tingkahnya kayak udah suhu"

Haira menatap kedua makhluk tak tahu malu itu dengan acuh, dia melirik ketiga pria di dekat mereka dan sedikit bersimpati 'Ada cowok masih bahas kayak begini, hancur sudah imej kalian sobat!'

Sesuai dugaan Haira, baik Zacky, dan Sean saling memandang dengan kebingungan dalam tatapan mereka.

Kecuali Cakra, Mereka tak tahu bahwa wanita saat ini begitu santai membicarakan hal seperti itu di depan pria asing, maafkan kedua sahabat Theodor ini yang biasanya menemukan wanita lemah lembut, genit dan pandai urusan ranjang.

Jadi di mata kedua pria itu wanita seperti sahabat kakak iparnya ini mungkin masuk ke spesies langka.

Tak berselang lama Ajeng muncul dengan Kue ulang tahun yang di bawa Theodor.

"Wih, Kue ulang tahun!" seru Zacky melihat Kue di tangan Theodor.

"Siapa yang bikin Bos?" tanya Sean.

Theodor meletakkan kuenya di meja sebelum menjawab, "Istri Guelah, masa iya Gue!"

"Hebat banget kakak ipar bisa bikin kue sendiri!" puji Zacky yang di balas senyuman sopan oleh Ajeng.

Saat pertama kali melihat Ajeng baik Zacky dan Sean akhirnya mengerti kenapa Theodor orang yang tak pernah dekat wanita sebelumnya secara tiba-tiba menikah.

Melihat kecantikan Ajeng yang memesona menurut mereka pria mana yang tahan membiarkan wanita yang di sukainya berkeliaran tanpa ada ikatan.

Apalagi memikirkan karakter Theodor, sangat tak mungkin membiarkan kakak iparnya itu berlarian apalagi sampai menjadi milik pria lain.

Alamat perang dunia ke tiga.

"Ya udah sana bangun in anaknya!"

"Siap Nyonya!" Theodor memberikan gerakan ala militer sebelum berlalu menuju kamar putranya.

Di saat Theodor menghilang di balik tangga, bel rumah terdengar.

Ajeng menatap yang lain "Harusnya itu mereka! Bentar ya, Gue buka pintu dulu!"


"Azy, bangun Yuk! Katanya mau pergi ke rumah nenek!" Ucap Theodor sembari menepuk pelan putranya.

Mungkin karena sebentar lagi waktu bangunnya jadi Zayyan tak perlu waktu lama untuk di bangunkan, hanya dua atau tiga tepuk bocah itu sudah bangun.

Zayyan mengerjap melihat Theodor di dekatnya "Dady .."

Melihatnya menggosok matanya, Theodor mengecup gemas putranya itu. Mengelus kepalanya, dia berkata "Bangun yuk! Udah siang."

Zayyan mengangguk, mengulurkan tangannya minta di gendong. Jadi dengan senang hati Theodor menggendong anaknya menuju kamar mandi.

Saat membuka pintu rumahnya, Ajeng melihat dua orang yang di tunggu-tunggu kedatangannya. Siapa lagi kalau bukan Kakek dan Nenek Zayyan, Nyonya dan Tuan Lyman.

Ajeng tersenyum menyapa ke duanya "Ayah, Ibu .. Ayo masuk!"

Nyonya Lyman yang melihat menantunya segera memeluknya dan berkata "Sayang, Udah lama kamu enggak main ke rumah .. katanya mau pergi belanja bareng, kapan?"

Membalas pelukan ibu mertuanya, "Maaf ya Bu, Ajeng belum ada waktu buat pergi belanja bareng ibu. Soalnya Theo kayak anak kecil enggak bisa di tinggal pergi!"

Nyonya Lyman mendengus jijik memikirkan putranya itu "Ibu heran, Dia itu udah kayak anak ayam liat induknya kalo sama kamu!"

"Udah-udah, masa mau berdiri aja di sini!" Sela Tuan Lyman.

"Hehe, maaf Ayah. Ya udah ayo masuk!"

🦋



Setelah pesta ulang tahun kecil-kecilan yang di adakan sepanjang hari barulah, semuanya bubar saat malam hari.

Dan saat inilah sesi yang paling di tunggu-tunggu oleh Ajeng. Ya, oleh Ajeng, kalian tak salah. Bukan oleh Zayyan yang berulang tahun namun oleh ibunya.

Karena Ajeng sudah tak sabar untuk membuka kado dari yang lain, yang dia rasa pasti tak murah harganya.

Theodor melihat ke tidak sabaran istrinya itu hanya bisa mendesah, dia bingung bukankah dia sudah memberikan kartu debit sekundernya jadi kenapa istrinya ini selalu bertingkah seakan kekurangan uang.

Padahal dia rasa uang miliknya tak akan habis selama puluhan tahun ke depan jika pun di gunakan secara boros. Jadi kenapa Ajeng tak pernah pergi berfoya-foya dan lebih suka bertingkah sederhana.

Kalau pun pergi berbelanja itu pasti di bayarin orang. Jadi secara kasarnya Ajeng tak pernah mengeluarkan uang sejak menikah dengan Theodor.

Contohnya sekarang, kaos oblong miliknya membalut tubuh sang istri. Wajah tanpa riasan, dan rambut yang di jepit secara acak tengah berjongkok di depan tumpukan kado ulang tahun Zayyan. Terlihat sangat sederhana, untungnya di rumah jika di luar mungkin orang akan berpikir gembel cantik dari mana ini?

Ajeng yang sibuk dengan kado tak tahu bahwa suaminya berpikir dia seperti gembel jika Ajeng tahu. Dia pasti tak keberatan membuat Theodor menjadi gembel.

"Momy! Azy mengantuk!" ucap Zayyan yang tengah berbaring di sofa sambil menguap.

Theodor menepuk pantatnya, dan berkata "Ya udah kamu tidur aja sayang, nanti Dady bawa ke kamar!"

"Em .."

Hingga Zayyan tertidur dan di pindahkan ke kamarnya, Ajeng masih asyik dengan kado-kado.

Padahal menurut Theodor isi kado ulang tahun itu pasti tak jauh-jauh dari mainan. Jadi untuk apa istrinya ini begitu asyik hingga melupakannya.

Dengan tangan di dada, Theodor berkata "Sayang!"

"Hm .."

"Udah malam, tidur yuk!"

"Hm .."

"Ya udah ayo, kenapa masih di situ?"

"Nanti! Tanggung nih .."

Kesabaran Theodor sudah habis, jadi tanpa berkata lagi dia segera memeluk istrinya itu menuju kamar.

Theodor khawatir jika di biarkan pasti tak akan berakhir dalam waktu singkat, karena walau hanya mengundang keluarga dan orang terdekat tapi setiap orang tak membawa sedikit hadiah jadi tumpukan kado bisa di bilang lumayan banyak.

Karena terkejut refleks Ajeng mengalungkan tangannya di leher Theodor, dengan cemberut dia berkata "Bentar ih, tanggung Theo!"

"Tunggang-Tanggung enggak ada .. kalo kamu tungging aku setuju!"

Ajeng memutar matanya dan berkata "Mesum!"

"Enggak masalah, mesum sama istri sendiri ini!"

Membaringkan Ajeng di ranjang, dengan Theodor berada tepat di atasnya.

Dengan wajah saling berhadapan dia mulai menghujani ciuman pada wajah istrinya itu. Yang pada akhirnya menjadi sesi pertempuran lidah.

Ajeng mengelus surai hitam suaminya yang tengah mengubur wajahnya pada payudaranya. Mendengar deru napas yang teratur Ajeng berkata "Beo! Masa mau tidur kayak gini? ganti posisi!"

Menggosokkan wajahnya pada gunung kembar istrinya dulu sebelum menukar posisi keduanya.


Dan dengan begitu keduanya tidur dengan saling berpelukkan.






...
.
Desember2023.09

EXCUSE ME [END]] Where stories live. Discover now