AZ || DUA TIGA

26.8K 2.3K 69
                                    

Keegan menyingkir dari lapangan karena mereka tengah beristirahat. Lebih tepatnya Keegan menghampiri Azello. Padahal Azello ingin berpura-pura tidak kenal dan berlalu. Tahu begini dia tidak usah ikut kemari. Lagipula, kenapa Keegan bisa ikut basket lagi? Padahal hari-hari kemari juga tidak ada tanda-tanda Keegan ikut latihan basket.

"Jangan panggil kayak gitu bisa nggak?!" semprot Azello berkacak pinggang. Makin kesal lagi dia melihat raut wajah Keegan yang datar.

Bukannya takut, Keegan malah gemas. Mana mungkin juga dia takut dengan bocah.

"Kan fakta."

Keegan mengacak-acak rambut Azello.

"Ngeselin, ayo."

Azello menarik Deon, dia juga mengkode Galaksi dan Kale untuk segera beranjak.

Daripada menonton Keegan bermain basket, lebih baik ke kantin untuk mengisi perut.

"Gue traktir," kata Azello.

"Gue siap ngabisin uang jajan lo yang seabrek itu."

"Pesen aja sampe perut lo mau meledak."

Kale dan Galaksi tak bereaksi apa-apa. Dua patung itu hanya mengikuti dari belakang.

"Lo tau nggak?"

"Nggak," balas Galaksi dan Kale bersamaan.

"Elah nggak asik lo pada."

Deon menyikut Azello yang asyik dengan dunianya sendiri. Makan es krim dengan banyak toping di atasnya. Deon sendiri heran bisa-bisanya memesan es krim dengan toping sebanyak itu. Mendadak Deon khawatir jika Azello diabetes.

"Katanya mau ada murid baru lagi masa."

"Halah, hoaks kali," kata Azello, dia menyuap es krimnya. Saat akan menyuap lagi, gelas berisi es krim itu malah ditarik Galaksi yang duduk di depannya. Azello ingin meraihnya, tapi dijauhkan lagi oleh Galaksi.

"Es krim gue!" Azello melotot galak. Galaksi menggeleng, artinya melarang Azello untuk makan es itu lagi. Karena ini sudah ronde kedua Azello memakan es krimnya.

"Nggak."

Galaksi tak menghiraukan, dia malah memakan es itu, sesekali menyodorkannya pada Kale yang ada di sebelahnya.

"Nggak asik kalian." Sudahlah, Azello menyerah.

"Lo dapet info darimana?" tanya Azello yang melihat Deon kesal karena tak ada merespon obrolannya.

"Dari grup lambe. Terus katanya, murid barunya dari gua."

"Gua?"

"Anak homeschooling, nggak pernah keluar kan sebutannya anak gua."

"Daripada lo, anak setan." Azello menaikturunkan alisnya.

"Lo bocil kematian."

Azello tak terima, dia menarikkan lengan seragamnya siap gelut.

Lalu disinilah peran Kale memisahkan mereka berdua dengan duduk di antara mereka.

Memang pertemanan itu harus saling melengkapi.

***

Langit mendung tak membuat Azello malas ke sekolah. Karena di rumah dia selalu merasa sedih, juga teringat dengan mendiang bundanya.

Tak apa, perlahan tapi pasti, Azello berusaha bangkit dan tak larut dalam kesedihan. Mau bagaimanapun hidup harus terus berjalan. Bundanya pasti juga sedih di atas sana jika tau dirinya sedih.

Turun dari bus dengan langkah santai dia berjalan.

Sayangnya dia tak melihat adanya sebuah kaleng, yang kemudian membuatnya tersandung. Untung saja Azello masih bisa mempertahankan keseimbangannya.

AZELLO [END]Where stories live. Discover now