Prolog

1.5K 164 2
                                    

Dalam sejarah hidupnya, Aksara hidup dalam bayang-bayang kakak keduanya, Akra.

Lika-liku anak ketiga sekaligus bungsu membuat Aksara bingung sendiri dengan kepribadiannya. Mengenai bagaimana sifatnya yang sebenarnya, manusia macam apa dia, dan kadangkala berpikir tentang berapa kadar keegoisannya selama dia mendapat gelar bungsunya.

Anak pertama biasanya diidentikkan dengan tuntutan dan tekanan.

Bagi Aksara, yang sedari kecil sudah mengawasi tindak tanduk kakak pertamanya, menolak mitos picisan itu. Karena dari sudut pandangnya, di bagian mana tuntutan anak sulung itu jika kakaknya saja, Axel, justru mendapat kasih sayang paling tumpah ruah dari ayah mereka?

Anak pertama adalah harta pertama yang paling tidak bisa dijabarkan rasanya.

Bayangkan saja saat untuk pertama kalinya, sepasang suami istri mendapatkan buah hati mereka setelah menjalani pernikahan sakral. Haru, tak percaya, dan takjub.

Semuanya bergumul menjadi satu. Khusus untuk Axel.

Tentu. Dia anak pertama.

Apa yang dia dapat begitu terbaru. Perhatian seorang wanita yang pertama kali menjadi ibu, tanggungjawab ayah muda yang masih anget mendapat gelar kepala keluarga, dan tanggapan orang lain terpusat pada anak sulung secara keseluruhan.

Di bawah strata anak sulung, ada tengah yang sebenarnya ekspresif namun jarang memperlihatkannya untuk umum.

Akra begitu.

Sebagai anak tengah, dia banyak belajar dari Axel. Menjadikan sulung sebagai patokannya, jantungnya, dan panutannya. Apapun yang terjadi.

Si tengah yang naif.

Cara Akra mengekspresikan diri cenderung tertutup, bukan karena sulit bersikap namun karena lebih condong pada bakatnya yang banyak diam. Bakat yang bagus. Diam-diam menghanyutkan.

Bisa bertingkah seperti anak paling manja, melupakan siapa yang sebenarnya ingin dimanjakan.

Dan si bungsu.

Kalau di luar sana, orang berpendapat bahwa anak terakhir paling dimanja, kenapa Aksara tidak?

Aksara paham mengapa Axel, si workaholic itu lebih senang menyibukkan diri untuk bekerja di perusahaan sang Daddy dibandingkan bermain dengannya. Jujur, Axel menghabiskan waktu bermain dengan Aksara tidak lebih dari sedetik waktu yang pria itu habiskan bersama Akra. Sebuah diskriminasi terang-terangan yang dalam sekali lihat pun tampak.

Aksara juga paham masa-masa pemberontakan remaja yang dialami Akra membuat kakaknya yang menginjak kelas sebelas SMA itu selalu menghabiskan waktu di luar rumah. Sebagai wacana pencarian jati diri: yang Aksara tahu dengan cara tawuran dan balap liar.

Tipikal anak remaja pemberontak.

Tapi sejauh ini, tidak ada yang keberatan dengan itu kecuali Aksara.

Aksara, si tiga belas tahun yang diabaikan itu, selalu sendiri di rumah. Dia lebih paham apa yang terjadi pada Axel, Akra, dan bahkan Vero, Daddynya sendiri.

Tentang Axel yang sebenarnya lelah.

Akra yang bebas namun takut tersesat.

Dan Vero yang terjebak di masa lalu.

Aksara sendiri lahir untuk diabaikan.

Tapi yang Aksara tidak paham, apakah wajar kematian Aileen--sang Mommy--saat melahirkannya membuat Vero dan yang lain membencinya sejak dia lahir?

Di bagian hidupnya yang mana yang menunjukkan bahwa Aksara tumbuh di balik Akra?

Aksara, bocah tiga belas tahun itu, kini duduk di kelas tiga SMP. Usia yang seharusnya menjadi sisa waktunya di sekolah dasar, sudah dia habiskan untuk akselerasi. Dua tahun.

Tumbuh kembang kognitifnya begitu pesat untuk salah satu keturunan Vero Gelanggang Kartawinata. Aksara pikir, dengan kepintarannya, Vero akan sudi memperhatikannya.

Tapi tidak.

Vero bahkan lebih suka memuji nilai Akra yang naik--mentok sampai nilai 65 untuk setiap mata pelajaran: sebelumnya selalu di bawah itu, sering 0--dibandingkan melirik nilai Aksara yang selalu sempurna.

Bayangan imajiner mengenai Akra yang belajar sambil disemangati Vero walau nilainya selalu rendah, menghantui Aksara habis-habisan. Membuatnya iri.

Tiga belas tahun.

Keluarganya mengabaikannya.

Tempat yang selalu nyaman dalam khayalannya, ternyata tak lebih dingin dari antartika.

Di luar sana bisa jadi lebih hangat daripada rumahnya.

Aksara tidak pernah menuntut apapun, termasuk saat dia dilahirkan dulu. Dia tidak berharap dilahirkan dari keluarga elit Kartawinata kalau itu membuatnya harus dijauhi.

Apa sesusah itu bagi Vero, Axel, sekaligus Akra untuk sekali saja menatapnya dan mengganggapnya ada? Aksara tidak pernah meminta untuk dilahirkan, namun mengapa ini seolah salahnya? Terlepas dari doktrin bahwa kelahiran Aksara membuat Aileen meninggal.

Tiga belas tahun yang lalu.

Kenyataannya, Aksara bahkan tidak punya setitik pun keegoisan mengenai gelar bungsunya.

| EM-DASH |

Hajimemashite

Tanggal 18, kenalan gw ultah. Say 'omedetou!' @Shinzui04

Sebagai kenalan yang baik, harapan palsu di buku ini gw publish.

Terus gw sendiri...

//uhuk, ortu sendiri reaksinya: "lah? ultah? masa sih? tanggal berapa sih ini?"

gubrak!

gw nyimak doang pas pada rebutan kalender sambil mikir, kalender di hp buat apa dah. apa kg inisiatif setel reminder gitu? nasib.

EM-DASHKde žijí příběhy. Začni objevovat