Hari berganti dengan hari. Kehidupan tidak selalu tentang hal yang tidak menyenangkan. Akan selalu ada hari esok yang pasti dinanti-nanti. Kesedihan itu tidak selamanya, dan pasti diiringi dengan kebahagiaan.
Jadi jika kalian merasa hari ini hari yang paling buruk, percaya aja kalau besok pasti tergantikan dengan kebahagiaan yang tiada tara. Mungkin memang tidak bisa langsung besoknya, tapi masih ada banyak hari dan bulan untuk menanti kebahagiaan-kebahagiaan yang akan datang.
Begitu pula dengan bungsu kesayangan keluarga Orlando yakni Ervan. Setelah tiga hari menjalankan hukumannya, akhirnya masa hukumannya sudah berakhir dan kini ia sedang duduk di dalam mobil bersama daddynya untuk mengantarkannya berangkat sekolah.
Mobil tengah disetir oleh sopir, Axton dan Ervan duduk di kursi belakang.
Geram dengan anak serta ponakannya yang saling berebut untuk mengantarkan Ervan ke sekolah. Axton tanpa banyak basa basi langsung menarik Ervan ke dalam mobilnya. Di samping Axton ada Ervan yang sampai saat ini tidak melunturkan senyuman manisnya, pipinya yang tembem kian mengembang, pancaran mata yang penuh binar menatap luar jendela.
"Seberapa senangnya masuk sekolah lagi?" Tanya Axton memecah keheningan di dalam mobil.
Ervan langsung menoleh menatap Axton, merentangkan tangannya lebar-lebar untuk mengutarakan sebesar apa rasa senangnya.
"Sebesar ini." Jawab Ervan dengan memeragakannya.
Tawa lirih Axton mengalun. "Cukup cukup, nanti tanganmu sakit." Ucap Axton menurunkan tangan Ervan dengan lembut.
Ervan merespon dengan cengiran lucunya, ia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya lagi.
"Ingat, jangan lari-larian lagi. Makan bekal dari mommy sampai habis. Jangan jajan sembarangan, itu tidak sehat. Jika ada yang mengganggumu, mengadulah ke bodyguard, nanti daddy akan langsung datang. Dan jangan melakukan sesuatu yang dapat menjerumuskanmu ke dalam hukuman lagi. " Axton memberikan wejangan ke Ervan sebelum Ervan sampai ke sekolah.
Dengan memberikan sedikit kekangan agar Ervan tau apa yang dibenci dan tidak disukai oleh keluarga Orlando.
Ervan menaikkan bola matanya ke atas sambil bergumam, jari tangannya yang mengetuk-ngetuk kepalanya sambil berpose layaknya orang yang sedang berpikir keras.
"Oke, Ervan sudah mengingatnya di kepala Ervan." Lapor Ervan ke Axton dengan polosnya.
Axton menatap teduh Ervan, mengusap lembut surai Ervan sembari berucap. "Semoga kepala mungilmu ini tidak melupakannya."
YOU ARE READING
Ervan [End🤎]
Teen Fiction[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Ervan. Seorang anak kecil laki laki yang polos dan penurut. Hidup penuh dengan penderitaan bahkan untuk...