CHAPTER 6-1: THE LADY'S E-MAIL

2.2K 222 6
                                    

DETEKTIF BEX

Grindstone Café, West Broadway, Vancouver 

January 4th, 2014, 06.00 P.M 



Naik monorail membuatku mau tidak mau harus merelakan uang dua dolar dari dompetku. Kurasa, sekeras apa usahaku untuk berhemat tetap tidak akan berhasil. Ada sesuatu yang harus kubeli di sini, dan kalau anak-anak ini terus-terusan keluar sambil naik-naik monorail, kurasa jatah liburanku akan habis hanya karena naik alat transportasi yang satu itu.

 Ini hari kedua kami berada di Vancouver. Setelah seharian mengalami hari yang berat kemarin, si nona Sierra memutuskan untuk berdiam diri di rumahnya sampai larut malam, membuat si kakak protektif (jelas bukan aku sekali), Samuel, ikut-ikutan mojok di kamar. Dan kedua pacarnya, Ethan dan Javier, lalu mantan potensial, Brilliant, pada asyik membaca buku masing-masing. 

Kalau tidak salah ingat, Ethan membaca buku bergenre roman yang berjudul One Day (kuharap dia tidak mampus membacanya, aku saja sudah mau tewas pada halaman pertamanya). Javier, untungnya dia lebih pandai sedikit dari temannya yang sedang belajar romanologi itu. Inferno, tapi dilihat dari wajahnya, kuharap dia juga cukup pengetahuan untuk mencerna isinya, karena sejak tadi dia berkeringat banyak sekali setiap membalik halaman. 

 Sekitar sepuluh kali kulihat dia bertanya pada teman-temannya mengenai arti kata ini dan ono, dan sekarang buku Inferno itu dia bawa-bawa dengan alasan "Aku baru baca sampai halaman 5 dan hadiah yang batal diberikan ke sahabatnya yang mendadak tidak suka membaca". Sementara Brilliant, yang mungkin sesuai namanya ingin terlihat brilian dan jenius, malah memilih buku yang luar biasa unik. Sebuah novel teenlit berjudul Hari Tanpa Awan. Hebatnya, di antara tiga anak itu hanya dia seorang yang berhasil menyelesaikan bukunya, dengan wajah yang tidak bisa ditebak tentu saja.

 "Sumpah, gue nggak paham asli sama endingnya. Jadi si cowok tuh gimana, meninggal? Lalu si cewek masih aja nggak sadar? Buset gila, kalo gue jadi si cowok mah mending gue cari cewe lain." Brilliant terus saja berceloteh bahkan setelah kami akhirnya mendapat akses masuk setelah mengantri selama lima belas menit. "Lagipula, nggak enak kan kalo nyenengin orang tapi orangnya nggak tahu? Udah kayak creepy stalker gitu lah." 

 "Lo ngomongin apa sih?" Javier menjawab sambil menarik kursi, dan kalau kuperhatikan, dia duduk di depan si nona Sierra alias pacar rebutannya dengan Ethan. 

"Gue ngomongin buku kemaren, Say!" Dan aku hanya bisa mengangkat sebelah alis setelah mendengarnya berkata Say kepada teman cowoknya. "Sweet sih, tapi creepy stalker banget. Coba deh lo baca itu aja, daripada baca buku lo itu. Udah kovernya boring, isinya garing, elo bacanya pusing, mending ditinggalin." 

"Kalau begitu, lo harus belajar mengapresiasi semua karya, bro. Kalau lo baca ini bener-bener, ceritanya memeras otak  banget. Gue suka yang menantang begitu," jawab Javier.

 Sementara nona Sierra dan pacar pertamanya mengobrol gembira, aku dan Calvin sibuk membicarakan kafe ini. Sebuah kafe baru yang bergerak di bidang... perkopian? Karena sejak aku menginjakkan kakiku di dalam ruangan ini, aroma yang paling mendominasi adalah aroma kopi. Di sebelah kanan ku sekarang, aku melihat ada bar panjang yang diisi oleh banyak orang, mungkin sebagian dari mereka sedang menikmati acara khusus yang memang kebetulan sedang berlangsung sekarang. Pantas saja banyak sekali yang datang, rupanya hari ini ada workshop yang diajar oleh seorang barista yang nampaknya terkenal, walau aku tidak terlalu hapal dengan namanya.

Seorang laki-laki yang memiliki potongan rambut yang nyaris menyamaiku sedang sibuk berbagi ilmu di sana. Sementara itu, seorang waitres menghampiri kami, memperkenalkan menu-menu favorit mereka. Setelah kami semua memesan, si nona Sierra dan yang lainnya sibuk ngobrol soal buku yang mereka baca, walau aku yakin topic pembicaraan mereka bakal menyimpang. 

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang