37. BAYI KEMBAR.

511 47 0
                                    

Seperti yang dikatakan Sekar kemarin, malam ini Sekar tengah setoran ayat pada Zayyan. Meskipun laki-laki itu belum sembuh total namun di atas bangkarnya Zayyan tetap menyimak dengan baik bacaan Sekar.

"Shadaqallahul Adzim... "

"Bacaan kamu sebenarnya udah bagus, tapi tajwidnya harus lebih dibenerin," ucap Zayyan yang diangguki Sekar.

Laras dan Panji sore tadi ijin pulang ke rumah, dan besok pagi keduanya akan kembali lagi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Zayyan.

Sekar menyimpan Al-Qur'an miliknya lalu berjalan ke arah meja yang di sana terdapat beberapa macam buah-buahan. "Mas, Sekar kupasin apel mau?"

Zayyan mengangguk kecil. "Boleh."

Gadis itu beranjak mengambil pisau lalu mulai mengupas apel merah yang tadi sempat dibelikan oleh mertuanya.

"Mas Zayyan kenapa lihatin Sekar gitu?" tanya perempuan itu saat Zayyan menatapnya dengan lekat.

"Mas nggak bisa bayangin gimana hidup Mas kalo suatu saat yang pergi duluan itu kamu,"celetuk Zayyan.

Sekar mengerutkan keningnya lalu berjalan ke arah Zayyan membawa buah apel yang sudah terkupas dan diletakkan di atas piring. Perempuan itu mendudukkan dirinya di samping Zayyan yang tengah berbaring.

"Kenapa Mas tiba-tiba ngomong gitu?" tanya Sekar.

"Nggak ada yang abadi di dunia ini. Tapi untuk pertama kalinya Mas takut kehilangan sesuatu yang Allah titipkan. Mas takut kehilangan kamu," kata Zayyan yang menatap mata Sekar dalam.

"Mas nggak usah takut kehilangan Sekar. Toh, Sekar juga enggak akan pergi ke mana-mana," balas perempuan itu sembari terkekeh kecil. "Nih, dimakan dulu," katanya yang memberikan sepotong buah apel.

Zayyan menerima lalu memakannya dengan khitmad. Ia juga tak mengerti mengapa tiba-tiba terbesit di otaknya pernyataan seperti itu. Apa mungkin setelah kejadian yang menimpa dirinya ia takut jika Sekar kenapa-napa.

◇◇◇◇

"Mas pulang aja, biar Sekar ditemenin Bunda," ujar perempuan itu pada Zayyan.

Lelaki itu menggeleng. Hari ini memang dirinya sudah diperbolehkan pulang, dan menurutnya kondisi tubuhnya saat ini sudah benar-benar sehat, memang masih ada perban yang melilit tangannya tapi ia merasakan sudah baik.

"Mas suami kamu loh, Dek. Lagian Mas juga udah sehat kok, pokoknya Mas ikut," kekeh lelaki itu.

Mendengar perdebatan anak dan menantunya membuat Panji dan Laras menggelengkan kepalanya. "Ya udah, mau berangkat sekarang atau kapan ini?" tanya Panji.

Kali ini Sekar akan mengalah, lagipula kali ini tidak hanya dirinya, namun ada kedua mertuanya, jadi kemungkinan buruk jika Zayyan merasa sakit masih ada yang membantunya.

Mereka bergegas menuju runah sakit tempat Sekar USG. Wanita itu tidak USG di rumah sakit yang sama seperti Zayyan dirawat karena dokter yang selama ini sekar percaya terhadap kandungannya ialah Dokter Hana.

Satu jam perjalanan telah mereka tempuh, hingga kini mobil milik Panji tiba di salah satu rumah sakit yang terletak Di Jakarta. Keempatnya bergegas masuk untuk menemui Dokter Hana. Sebelumnya Sekar sudah membuat janji, jadi wanita itu tak perlu repot-repot menunggu.

"Eh, Ayah ke toilet dulu ya," celetuk Panji ketika berada di depan ruangan Dokter Hana.

"Ya udah, jangan lama-lama," balas Laras dan diangguki Panji.

Promise MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang