Chapter 17

119K 5.8K 52
                                    

HAPPY READING

***

Misya yang berada di taman yang sedang santai menikmati udara dibuat terkejut dengan kedatangan Ana.

"Kenapa Lo nggak bully gue lagi?"

Misya mengerutkan alisnya bingung saat Ana bertanya seperti itu kepadanya.

"Gue udah nggak butuh Shaka. Ambil aja, gue nggak perduli."

Ana menarik tubuh Misya agar bisa berdiri dari duduknya. "Apaan si." Protes Misya.

Misya kaget dengan perilaku Ana yang berbanding terbalik seperti biasanya.

"Kalau Lo berhenti bully gue. Gue nggak akan bisa ngeliat Lo menderita dengan perlakuan Shaka lagi." Ucap Ana dingin.

"Lo punya dua kepribadian?" Celetuk Misya.

"Gara-gara Lo ngelupain Shaka dan nggak pernah bully gue lagi, Shaka jadi uring-uringan dan nggak perduli lagi sama gue." Emosi Ana.

"Apa peduli gue?" Ucap Misya tidak perduli kemudian mengambil langkah untuk meninggalkan Ana.

Ana menahan emosi saat Misya mengucapkan kalimat tersebut, ia mengepalkan kedua tangannya.

Ana berjalan mengejar Misya kemudian mencekal tangan Misya kuat sampai membuat sang empu meringis.

"Anjing! Lepasin tangan gue." Sentak Misya.

Bukannya melepaskan cekalannya, justru Ana semakin menguatkan cekalannya di tangan Misya. "Arghh." Ringis Misya.

"Oke gue minta maaf, tolong lepasin tangan Lo dari lengan gue plis." Mohon Misya.

Ana tertawa melihat wajah kesakitan Misya. "Sayangnya udah terlambat." Ucap Ana sambil tertawa.

"Gue pastiin Lo akan terbujur kaku di rumah sakit." Tekan Ana sambil menguatkan cengkeramannya ditangan Misya.

"Aaaaah." Misya terbangun dengan napas yang tidak beraturan.

Di dalam mimpi Misya, setelah kejadian bertemunya Ana dengan Misya kemudian ia diperlihatkan bagaimana Misya bisa tertabrak oleh mobil yang tidak bertanggung jawab. Itulah yang membuat Misya terbangun dengan napas yang tidak beraturan.

"Separah itukah kejadian yang dialami Misya dulu?" Monolognya.

Misya mengusap keringat dingin yang membasahi dahinya. "Anjing Lo Ana! Tunggu aja permainan gue."

Kemudian Misya berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan acara mandinya. Ini merupakan hari minggu yang membuat Misya lebih santai walaupun jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

Setelah selesai dengan acara mandinya dan sudah siap dengan pakaiannya kemudian Misya berjalan keluar menuju meja makan.

"Pagi ma, pa." Sapa Misya sambil berjalan menuruni tangga.

Atensi kedua orang tua Misya teralihkan karena mendengar sapaan dari sang anaknya.

"Tumben." Ucap Rani.

"Biasanya hari minggu tidur sampai jam dua belas siang baru keluar." Lanjutnya.

"Gitu banget liat anaknya rajin." Jawab Misya.

"Iya rajin. Bangun pagi terus makan." Ucap Rani.

"Udah-udah. Sini Sya duduk, makan bareng mama sama papa." Lerai Cakra yang dari tadi sibuk mendengarkan dengan menikmati makanan yang disantapnya.

TRANSMIGRASI REVAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang