39. Aku Diajeng! Tapi panggilannya Ajeng.

11.2K 946 46
                                    

Aku gk bosen2 ngingetin buat vomen nya say..

Happy reading..

...

Pada akhirnya Ajeng menceritakan segalanya kepada Theodor tentang kenyataan bahwa ia bukanlah Diajeng yang sebenarnya.

Kecuali perihal pekerjaannya sekarang dan yang dulu.

Dia hanya menceritakan secara singkat bahwa di dunia sebelumnya ia bekerja di sebuah perusahaan swasta kecil. Ajeng merasa pekerjaan dia yang sebenarnya tak perlu di ceritakan. Anggap saja itu sebagai rahasia kecilnya.

Jika Theodor tahu istri cantiknya masih menyembunyikan sebuah rahasia, ia pasti akan bergegas menghukumnya.

Hanya saja Theodor tak tahu, ia justru merasa tersentuh mendengar rahasia hidup sang istri.

"Jadi. Kamu itu bukan Diajeng melainkan Ajeng? Pantas waktu itu kamu kekeh banget harus di panggil Ajeng!" Ucap Theodor begitu Ajeng selesai dengan ceritanya.

Ajeng mengedikan bahunya, "Aku Diajeng! Cuman orang manggil aku Ajeng bukan Diajeng. Jadi kebiasaan deh"

“Jadi kalo mau Diajeng kembali, gue gak bisa bantu, dia atau pun gue gak mungkin bisa kembali ke tubuh kita masing-masing!" Sambungnya kembali ke gaya bicaranya yang dulu.

Theodor merenung mendengar ucapan Ajeng, dia terkejut apakah transmigrasi itu benar-benar ada.  Pria itu mengabaikan gaya bicara Ajeng yang kembali ke setelan pabriknya.

Menatap wajah tenang Ajeng lekat dia tak melihat sedikit pun kebohongan, membuatnya yakin apa yang di jelaskan istrinya bukan lelucon.

Sejak awal Theodor tahu, ada yang aneh dengan istrinya tapi dia tak memusingkan hal itu. Baginya selama wanita ini menjadi miliknya mau dia seorang pembunuh sekalipun dia tak peduli. Melihatnya berpura-pura dia juga tak membongkarnya kebohongannya jadi mereka berdua yang satu berpura-pura yang satu lagi menemaninya berpura-pura. Sangat cocok bukan.

Tapi ia tidak pernah berpikir bahwa istrinya dan Diajeng adalah dua orang yang berbeda. Orang normal mana yang akan berpikir begitu.

“Kapan kamu mulai tinggal di dunia ini?”

“tepat saat tubuh ini hamil 4 minggu! Apa masih ada yang mau ditanyain? Tenang di jawab kok." Ucap Ajeng sedikit bercanda.

Theodor tak menjawab, dia sedang berpikir ‘4 minggu itu cocok dengan perasaan yang tiba-tiba gue rasain saat itu’ pikirnya.

Itu artinya  Tuhan memang ingin mereka bersama. Ia tak bisa menahan senyumnya saat memikirkan itu.

Menatap Ajeng dengan senyuman. Theodor akhirnya mengerti kenapa dirinya yang tidak pernah tertarik pada wanita tiba-tiba memikirkan wanita ini setelah 1 bulan terlewati dari pertemuannya, ternyata dia hanya menunggu wanita di depannya datang ke kehidupannya.

Ajeng memperhatikan Theodor mendekat ke arahnya. Dia bertanya-tanya apa yang akan di lakukan pria itu, saat tiba-tiba dunianya berputar.

Dia segera mengalungkan tangannya, menatap pria itu yang berjalan mendekati ranjang. Melihat sorot matanya yang dalam, Ajeng sepertinya paham apa yang akan terjadi selanjutnya.

Berpikir malam ini akan menjadi malam yang panjang, ia mendesah.

Theodor membaringkan Ajeng kembali di atas ranjang. Ia menunduk dan mulai mengecup seluruh wajah hingga leher jenjang sang istri. Dia terkekeh saat merasakan tubuh istrinya menggeliat geli.

"Ya, apa pun alasan. Pada akhirnya kamu hanya milikku. Istriku sayang!" Bisiknya tepat di telinga Ajeng. Ia tahu bahwa leher dan telinga Ajeng adalah area sensitif nya.

EXCUSE ME [END]] Where stories live. Discover now