26. kabar yang mengejutkan

17.3K 1.1K 20
                                    

Setelah kepergian Agra barulah Ajeng mengobati suaminya, melihat wajah tampan Theodor penuh lebam dia merasa kasihan.

"Beo muka kamu jadi jelek!"

Meringis saat Ajeng menekan lukanya, Theodor melingkari pinggang istrinya menjawab "Nanti juga sembuh, ganteng lagi kok."

Ajeng terkekeh merasa lucu, membuatnya ingin menggodanya "Duh yakin banget bakal tetap ganteng nih? Gimana kalo lebam sama bengkaknya enggak hilang? Nanti malah kayak babi hutan loh .."

Menarik Ajeng ke pelukannya Theodor berkata dengan keyakinan penuh "Sayang masa seganteng ini di katain babi sih, enggak ada yang lain gitu? Bisakan harimau atau apa kek yang lebih buas gitu?"

"Tapi liat muka kamu yang sekarang, kamu cocoknya jadi babi hutan loh, terus kalo aku enggak salah ingat babi hutan juga termasuk binatang buas loh."

Terserahlah. Theodor terima nasib saja di bilang babi hutan. Tapi dia penasaran "Sayang, tumben kamu cara ngomongnya beda, kenapa?"

Ajeng duduk bersandar di pelukan suaminya, "Jadi aku punya janji dulu waktu aku hamil aku enggak akan kasar apa pun itu, entah itu cara ngomong atau kelakuanku. Nah karena sekarang aku hamil lagi jadi aku harus kasih contoh buat baby nya sejak dini. Toh, hal baik harus di bentuk sejak dini!"

'Walaupun baru sebesar biji.' Lanjut Ajeng dalam hati.

Theodor mengangguk setuju, jika di pikir cara bicara istrinya selalu berbeda jika dengan putra mereka. Kini dia paham alasannya, sebenarnya dia tak keberatan dengan cara berbicara atau perilaku istrinya yang biasanya tapi jika menurut istrinya itu yang terbaik maka biarkanlah. Lagi pula tak ada ruginya.

Theodor ingat dia masih punya beberapa pertanyaan lagi jadi dia bertanya "Sayang, kok kamu enggak pernah cerita kalo Agra itu kakak kandung kamu?"

"Eh. Bukannya dulu kamu sendiri pernah liat Agra ya!" ucap Ajeng ragu.

Dia ingat Theodor pernah memintanya bercerai dari Agra saat itu, tapi melihatnya diam saja. Dia ragu apakah pria ini lupa tentang kejadian itu, seharusnya tidak bukan.

"Kapan?"

Nah. Theodor benar-benar melupakannya. Pantas saja dia masih bisa santai saat menjalani kerja sama tempo dulu ternyata lupa.

Jadi Ajeng akhirnya menceritakan semuanya terkecuali tentang pekerjaan dan kejadian di mana dia hampir keguguran.

Theodor mendengarkan dengan baik, walau dia entah kenapa masih merasa ada yang ganjal, tapi ya sudahlah. Jika memang ada sesuatu biarkan waktu yang membuktikannya.

Keduanya menikmati waktu kebersamaan dengan tenang, sambil sesekali Theodor mengecup leher istrinya.

Dengan mata terpejam Ajeng berkata "Beo, kamu mau anaknya cewek atau cowok?"

Mendengar ini Theo berpikir "Hm, kalo di tanya maunya apa, Ya pasti aku jawab ceweklah. Soalnya kalo cowokan udah ada Zayyan!"

"Kok cewek, kalo di kasihnya cowok lagi gimana?"

"Ya enggak papa juga tapi lebih bagus lagi kalo cewek supaya ada anak yang mirip kamu!" bisiknya.

Ajeng merasa sesuatu berdesir di dadanya, dia merasa rasa manis memenuhi dadanya.

EXCUSE ME [END]] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang