14. Ketakutan dan kekahawatiran Ajeng

29.2K 1.6K 19
                                    

Saat ini di salah satu perusahaan terbesar Merek internasional.

Duduk di hadapan tumpukkan berkas, dengan tenang pria berbalut setelan biru itu menandatangani satu persatu dokumen di meja.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk .”

Pintu terbuka dan Faindra muncul.

Berdiri di depan Agra dia berkata, “Ketua, ada informasi baru dari sisi nona .”

Agra menghentikan pekerjaannya, dia menatap asistennya dengan tenang.

“Katakan! .”

“Menurut informasi, nona sudah bertemu dengan pria itu tak lama setelah kepergian anda, dan sejak saat itu Theodor sudah tinggal di rumah Nona .”

Agra tak tau apa yang akan di lakukan adiknya sehingga membiarkan pria itu tinggal bersama mereka.

Agra mencibir, “Itu artinya sudah satu minggu bajingan itu tinggal di sana .. apa dia terlalu luang sehingga memiliki waktu untuk merecoki adikku .. kalo begitu, Indra kirim proposal kerja sama padanya. Jika perlu tawarkan proyek besar, biarkan dia sibuk hingga lupa daratan .”

“Perusahaan mana yang akan mengajukan kerja sama, Ketua? .”

“Langsung kirimkan dari sini, jangan sampai bajingan itu berpikir hanya tawaran dari sebuah perusahaan kecil .. biarkan dia tau seberapa besar latar belakang adikku .. dan membuatnya berpikir dua kali jika ingin menyakiti adikku! .”

Faindra mengangguk namun dalam hati dia merutuki ‘Tanpa anda ikut campur pun, orang lain sudah akan berpikir dulu sebelum menyinggung Nona muda. Lagi pula setiap orang hanya memiliki satu nyawa .’

Melihat Faindra masih berdiri, Agra bertanya “Kenapa kau masih di sini? .”

“Ketua, anda ada meeting dalam sepuluh menit lagi ..”

Agra mendecak kesal, dia melihat tumpukan berkas yang belum selesai dan memikirkan jadwal pertemuan yang menumpuk setiap harinya.

Dia mulai menghawatirkan masa depannya, “Kapan aku bisa sebebas Diajeng? Setiap hari hanya duduk di sini melihat deretan huruf. Membuat mataku serasa akan buta .”

“Jika anda menjualnya, anda bisa bebas .”

TAK!

Sekian detik Faindra selesai berbicara, sebuah pulpen mendarat tepat di dahinya.
Sambil memungut pulpen yang berguling menjauh, Faindra bergumam “Aku tidak salah ..”

“Ya, kau tidak salah. Tapi kalo kau ingin menjadi pengangguran aku tak keberatan mengabulkannya! ..”

Agra hanya ingin berkeluh, dia tak bersungguh-sungguh ingin menjadi pemalas seperti adiknya. Bagaimana pun telah banyak hal yang dia lakukan untuk membangun perusahaannya hingga sebesar sekarang.

Faindra juga tahu itu, dia mengatak seperti itu hanya untuk bercanda.

“Maaf Ketua ..” Jadi dengan jujur Faindra diam.

🦋

Keesokan harinya.

Ajeng terbangun dengan bingung, dia sepertinya bermimpi melakukan seks dengan Theodor.

EXCUSE ME [END]] Where stories live. Discover now