🪷9. Ayesha and Her Heart-2

14.9K 870 5
                                    

Kepala Ayesha tertunduk dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepala Ayesha tertunduk dalam. Perempuan itu benar-benar merasa bersalah. Ini kali pertama Farhan terlihat semarah ini. Ayesha bahkan tak berani untuk sekadar menatap wajah ayahnya.

Helaan napas panjang terdengar dari mulut Farhan. "Ayah mengerti ... kamu hijrah karena merasa bersalah dengan kepergian Mama. Ayah paham kamu gak terima tiba-tiba dijodohkan dan didaftarkan pada program tahfidz. Tapi, apa ayah salah? Salahkah ayah menginginkan kamu berubah menjadi lebih baik, Ayesha?" Nada bicara Farhan terdengar lemah lembut, tapi Ayesha sadar dalam tiap katanya ada penegasan. Itu menandakan sang ayah marah. Meski marahnya Farhan bukanlah membentak, tapi Ayesha justru lebih takut dengan kemarahan tersebut.

Ayesha perlahan-lahan mendongakkan wajahnya. Menatap manik mata sang ayah yang terlihat sendu. Juga Ayesha sadar satu hal, ekspresi Farhan terlihat lebih lelah dari terakhir kali Ayesha ingat.

Bibir Ayesha ragu-ragu terbuka. "Maaf, Ayah."

"Ini baru jalan sebulan, Ca. Tapi, ayah udah berkali-kali dapat laporan dari Nak Daiyan. Bahwa kamu tidak terlihat serius belajar, bahkan berkali-kali kamu melanggar aturan."

Farhan memijat pelipisnya pelan, padahal ia sudah cukup lelah dengan kondisi usaha mebeul-nya yang kacau. Sekarang ditambah dengan kelakuan putri semata wayangnya pula. Farhan menatap Ayesha yang tampak memainkan ujung bajunya gugup. "Kalau kamu memang tidak ingin dijodohkan atau tidak ingin melanjutkan program tahfidz, ayah gak akan memaksa." Farhan berdiri dari duduknya membuat Ayesha refleks ikut berdiri.

"Maksud ayah?"

"Sudah jelas, Ca. Ayah gak akan memaksa kamu lagi. Kalau kamu memang tidak terima dijodohkan dan ikut program tahfidz ... kamu bisa bilang sama ayah. Gak harus dengan cara buat masalah, Ca."

"Tapi, Yah ... Echa gak papa, kok. Maafin, Echa karena masih belum bisa memulai hijrah dengan baik," aku Ayesha dengan kepala tertunduk. Perempuan itu benar-benar merasa bersalah.

Ayesha teringat akan perangainya yang memang sedikit nakal dan bar-bar. Rasanya memang tidak mudah untuk mengubah perilakunya. Bahkan sekalipun ia sudah berulang kali mendapat wejangan dari Gus Daiyan atau mendengarkan ceramah sesekali.

Farhan hanya mampu menghela napas berulang kali pun melantunkan istighfar pelan. Ia berusaha untuk tak memperpanjang masalah lagi. Ia tak ingin memaksa kehendak sang anak lagi. Rasanya sia-sia saja, Farhan teringat akan mendiang istrinya. Kalau Ayesha itu, semakin dikekang maka akan semakin nakal. Kali ini Farhan melihat dengan jelas bagaimana perangai Ayesha. Laki-laki paruh baya itu sudah lelah.

"Pikirkanlah baik-baik, Nak. Sampaikan saja kalau semisal kamu tak menginginkan perjodohan ini dan ikut program tahfidz."

Farhan menatap sang putri yang nampak kembali tertunduk. Kemudian mendongak menatapnya. Laki-laki paruh baya itu dapat melihat ada keraguan dalam ekspresi Ayesha. Terlihat dari bagaimana perempuan itu hendak bersuara, namun urung.

AYESHA [TERBIT]Where stories live. Discover now