09. Bertemu

34K 2K 15
                                    

Happy reading guys..

...

"Saya kurang yakin tentang ini namun memang ada beberapa wanita dan dua orang yang seharusnya menjadi sepasang kekasih beserta anaknya ."

Theodor sedikit kecewa tapi dia merasa masih ada harapan. Jadi dengan tegas dia memerintahkan Cakra, "Suruh orang itu mengambil foto mereka tak terkecuali pasangan itu .."

"Baik Presiden .."

Sambil menunggu, Theodor terus menyesap rokoknya hingga batang ke tiga barulah email muncul di ponselnya.

Menatap foto ketiga wanita tak ada orang yang dia cari dia pikir mungkin memang bukan wanitanya. Namun saat melihat foto orang yang di katakan sebagai pasangan seketika itu juga dia membeku "Bagaimana bisa ..."

Theodor menatap tak percaya pada foto terakhir di ponselnya. Dia merasa kepalanya berdengung dan dadanya penuh amarah, tapi sorot matanya penuh kebingungan dan kekecewaan.

Ternyata wanita yang selama ini dia cari sudah memiliki pasangan dan juga anak. Di lihat dari ukuran tubuh anak itu kemungkinan baru berusia tiga tahun atau lebih. Namun karena terhalang masker dia tak bisa melihat tampangnya.

Segala macam pikiran berkecamuk membuatnya tak bisa berpikir jernih, mengambil kunci mobilnya menuju parkirkan.

Theodor melajukan mobil hitamnya dengan kecepatan tinggi ke alamat yang selama ini selalu ada dalam ingatannya.

Entah akan seperti apa tapi saat ini dia hanya ingin memastikan dugaannya.

Akankah Auristela Diajeng Radyta benar-benar menjadi milik orang lain jika ternyata mereka bukan pasangan maka dia bersumpah, wanita itu hanya akan menjadi miliknya.

Theodor tak berani memikirkan kemungkinan yang lain, dia takut dia akan melewati garis bawahnya dan melakukan hal yang mungkin dia sesali di kemudian hari, seperti dengan paksa merebut wanita itu.

Di lain sisi Ajeng tak tahu masalah akan segera datang menjemputnya, saat ini dia tengah bermain bersama bayinya di kamar.

🦋



Keesokan paginya hanya tinggal Ajeng dan Zayyan di rumah, Agra sudah sehak pagi buta telah pergi.

Sebagai bos dengan rantai industri di mana-mana Agra tak bisa selalu meninggalkan pekerjaannya, apalagi baru tiga hari yang lalu dia kembali bekerja setelah satu bulan libur.

Jadi tumpukkan berkas sudah menggunung di ruang kantornya. Jika Ajeng tak sesekali membantu dia pikir berkas yang menumpuk akan memenuhi seluruh ruangan.

Sedangkan ketiga teman Ajeng sudah pergi sejak semalam. Lagi pula mereka masih harus masuk kerja.

Saat hari sudah sore, Ajeng duduk di sofa menemani Zayyan menonton kartun dalam pelukannya sebelum memandikan putranya.

"Momy, kenapa burung bertelur? .." Zayyan menanyakan ini saat menonton saluran hewan dalam dekapan Ajeng.

"Oh, soalnya nanti bayi burungnya keluar dari sana .."

Ajeng bertanya-tanya apakah semua anak kecil punya tingkat penasaran yang tinggi.

Karena kalau menurut gen baik dia ataupun Diajeng adalah tipe orang yang malas belajar, jadi berbanding terbalik dengan Zayyan yang bisa penasaran tentang semua hal.

"Oh, Kayak Azy dulu, Azy juga kan lahir dari perut mama .." Tanya Zayyan polos, membuat Ajeng melongo.

'Nah Loh, Anak ini tau dari mana? .'

"Azy tau dari mana kalo lahir dari perut mama? .." Tanya Ajeng.

Dia ingin tahu siapa yang sudah merecoki otak polos anaknya.

"Azy tau dari Anty caca .."

Melihat putranya menjawab dengan jujur, Ajeng merasa gemas.

Ajeng mencubit pipi tembem putranya saking gemasnya. Dan Zayyan hanya pasrah membiarkan Momy nya mencubit pipinya, Toh enggak sakit.

Sepertinya dia harus berbicara empat mata dengan Bianca, jangan biarkan orang itu terus mengatakan hal tak berguna.

Mengelus puncak kepala anaknya, Ajeng berkata dengan lembut "Sayang, kalo nanti Anty Caca mengajak bicara jangan di dengar Yah .."

"Why, Mom? ..."

"Soalnya nanti jadi ikutan bodoh kayak Anty Caca, emang Azy mau bodoh kayak Anty caca? .."

Mendengar pertanyaan sang Momy, Zayyan menggelengkan kepalanya dengan panik.

Walau pun dia masih anak kecil dia tahu bahwa menjadi bodoh itu tidak baik.


"Momy nanti kalo Anty Caca datang, bilang Yah ke Azy biar nanti Azy sembunyi. Azy enggak mau jadi anak bodoh, Azy mau jadi anak pintar, Oke Momy? .."

"Oke Baby .."

Ya mau sepintar apa pun anak kecil dia tetap gampang di kibuli, Ajeng hanya mengangguk sambil menahan senyumnya.

'Mampus Lo Ca, di jauhi anak Gue' batinya tertawa terbahak-bahak.


HACHOO

Bianca yang tengah bekerja menggosok hidungnya yang terus menerus bersin.

"Masa sih Pilek .."

Turun dari mobil hitamnya Theodor berdiri di pintu, mungkin karena ada orang jadi gerbangnya tidak di tutup.

Mengetuk pintu dengan wajah datarnya, hingga terdengar suara wanita yang di ingatnya.

Menunggu sebentar, pintu terbuka hingga sepasang mata saling menatap untuk waktu yang lama.


Deg


Deg

Seketika itu juga Ajeng mematung, dia tak menyangka pria ini akan muncul sangat cepat di depannya.

Ajeng sangat mengenal pria di depannya karena saat tinggal di luar negeri dia melakukan penyelidikan tentang Theodor Frey Lyman si penjahat dalam novel dan juga ayah dari anaknya termasuk foto wajahnya.

Ajeng juga tahu Theodor selalu mencarinya.

Namun dengan tegas Ajeng langsung menutup kembali pintunya namun dia terlambat.

Theodor sudah meletakan sebelah kakinya di pintu, dia tak membiarkan pintu tertutup sesuai keinginan Ajeng.

Namun Ajeng tak peduli, dia masih berusaha menarik pintunya 'peduli setan tuh orang kesakitan .'

Tapi pada akhirnya Ajeng kalah kuat. Pintu berhasil di buka.

'Untungnya Zayyan udah tidur di kamar .'

Theodor tak menyangka dari sekian banyak reaksi yang dia pikirkan pada akhirnya Diajeng malah mau menutup pintu tanpa mengucapkan satu kata pun.


Dia melangkah masuk, Theodor membelakangi pintu dan menguncinya. Dia takut Diajeng akan menghilang lagi.

Jika Ajeng tahu apa yang di pikirkan Theodor dia pasti akan berkata 'Lo pikir Gue hantu, bisa hilang begitu aja .'

"Siapa pria itu? ."

Berkedip, Ajeng tak mengerti apa yang di katakan Theodor. Namun di mata Theodor diamnya Ajeng hanya penolakan.

Menolak mengatakan yang sebenarnya.

Seringai muncul di wajah Theodor, mengulurkan tangannya menyentuh wajah cantik Ajeng yang sangat lembut, mendekatkan bibirnya ke telinga Ajeng membisikkan sesuatu yang membuat Ajeng membelalak tak percaya.

"Sayang apa suamimu tau kalo First nya saya yang ambil Hm? ."

'EH Anj*ing kok Mesum .'

Merasa tak ada perlawanan dari wanita dalam pelukannya membuat Theodor senang.

Jika Theodor tahu pikiran Ajeng mungkin dia akan membawa Ajeng langsung ke kamar, biarkan wanita satu ini tahu seperti apa orang mesum itu.

Saat Ajeng merasakan tangan besar Theodor Menyentuh lehernya, Dia sudah tak bisa lagi diam 'Gawat' Instingnya mengatakan demikian kemudian Ajeng tepis tangan kekar Theodor dan mulai mundur beberapa langkah.

Ajeng berkata dengan wajah santainya "Lo siapa? .."

Alis Theodor mengernyit "Jangan pura-pura lupa siapa saya, karena saya yakin anda tidak akan mau saya bantu ingatkan, bukan? .."

'Kalo Ini Cowok benaran bantu dia ingat besar kemungkinan Zayyan punya adik .'

Pikiran itu tiba-tiba terbesit dalam kepala Ajeng membuat dia merinding di sekujur tubuhnya.

"Gue bingung, bukannya normal Yah kalo Gue tanya 'Lo siapa' ke orang enggak di kenal kan, So Gue enggak salah dong .." mari jadi ber bego-bego ria sebentar batinnya.

"Kamu enggak ingat siapa Saya? .."

"Emang lo siapa? presiden? harus banget Gue ingat .." jawab Ajeng sambil mendelik.

Theodor tak yakin Ajeng berbohong atau tidak tapi dia tahu jika topik ini terus dilanjutkan maka tak akan ada ujungnya.

Menghela napas menekan emosinya dia langung ke intinya "Agra, apa dia suamimu? .."

Butuh beberapa detik untuk Ajeng mengerti apa yang pria ini maksud.

Menahan tawanya dia berkata dengan tenang "Kalo dia suami Gue emang apa urusannya sama Lo? perasaan kita enggak saling kenal .."

Emosi yang berusaha di tekan Theodor akhirnya pecah, mendorong Ajeng hingga terbaring di sofa dan menindihnya, mengabaikan perlawanannya Theo mencium bibir ranum itu.

Merasa kurang dia berusaha membuka mulut Ajeng tapi tak kunjung di buka sang pemilik, dengan marah dia menggigitnya hingga membuka celah dan membuat lidahnya menyelinap masuk.

Saat mengacaukan wilayah pihak lain Theodor tak mengabaikan penghuni di sana yang terus menghindarinya.

Theodor menciumnya hingga merasakan pihak lain mulai tak melawan dan malah menanggapinya, seketika Theodor membuka matanya menatap mata terpejam Ajeng dengan kedalaman yang tak bisa di mengerti.

Menutup kembali matanya Theodor melanjutkan ciuman panas itu hingga dia merasakan pukulan di dadanya.

Terengah Ajeng akhirnya bisa merasakan paru-paru kembali dipenuhi oksigen, menoleh ke samping dia tak berani menatap Theodor yang masih berada di atasnya.

'Ini gimana malah nagih .'












....

Nov2023.11





EXCUSE ME [END]] Where stories live. Discover now