05. Di ikuti

38K 2.2K 34
                                    

[🦋]

Suara dering memenuhi ruangan mengganggu penghuni kamar, dari bawah selimut tangan ramping muncul meraba sekitar. Mencari benda yang mengganggunya namun tak ketemu.

Kesal, Ajeng terbangun mencari ponselnya yang sedari tadi berdering.

Di lihat ponsel yang berada di samping kakinya, pantas di cari pakai tangan enggak ketemu.

Ajeng ambil dan tanpa melihat siapa peneleponnya langsung dia matikan. Suasana kembali sunyi, Ajeng lantas kembali tertidur.

Setelah dua jam kemudian Ajeng terbangun secara alami. Di liriknya angka sembilan pada jam, Ajeng bangun dengan malas.

Menatap pada cermin yang menampilkan wajah cantik itu, berapa kali pun Ajeng melihat wajah tubuh ini dia tak pernah bosan.

Walaupun wajah aslinya sama cantiknya tapi sebagai penggemar wajah dia tak bisa menolak kecantikan.

Melirik ke payudaranya yang seakan membuncah dari Bra nya, Ajeng bertanya-tanya bagaimana mereka bisa menjadi semontok itu.

Satu bulan yang lalu saat dia datang ke dunia ini Ajeng ingat mereka tak sebesar sekarang, ukurannya hanya sedikit lebih berisi dari pada miliknya.

Ajeng bukannya tak bersyukur hanya saja dia sering merasa sesak di tambah usia kehamilannya sudah menginjak bulan ke tiga membuatnya mulai mengalami ngidam.

Mending kalau ngidam hal normal, nah kalo saat yang abnormal kayak mau petik durian dari pohonnya kemarin. Kan cape.
Mana duriannya mentah, enggak bisa di makan. Pada akhirnya dia beli yang matang.

Untungnya ada tiga orang yang siap di jadi in kacung, coba kalau enggak. Berabe urusannya.

Jika bukan demi kesehatannya atau agar bayinya tak ileran, Ajeng akan memilih berbaring seharian tanpa bergerak. ‘cape anjir’ pikirnya.

Ajeng melihat orang lain hamil kebanyakan menggemuk tapi kenapa dia semakin bahenol saja, tidak terlihat seperti wanita hamil malah pernah suatu waktu ketika di pergi ke mal membeli beberapa barang seseorang pria menggodanya dan ketika dia mengatakan dia seorang wanita hamil pria itu tak percaya dan berakhirlah dengan Ajeng meninjunya, habis kesel udah tahu ibu hamil sensitif masih aja cari masalah.

Mengganti gaun tidurnya dengan kaos oversized yang menutupi hingga pahanya.
Ajeng turun untuk sarapan lagi pula tak ada pria di rumahnya termasuk pak mamat sopirnya yang tinggal tak jauh dari sini dan jika ada sesuatu dia hanya perlu meneleponnya.

Bukannya Ajeng tak bisa membeli baju wanita hamil hanya saja dia pikir itu tak akan terpakai setelah dia melahirkan jadi sekarang hampir seluruh lemari penuh dengan baju oversized entah itu kaos, kemeja atau yang lainnya.

Sengaja Ajeng beli baju kaos banyak dari internet, lumayan dapat harga diskon. Ajeng juga malas jika harus belanja langsung.

Bisa di katakan selain waktu ngidam, Ajeng sama sekali tak keluar rumah.

Setelah sarapan yang di siapkan bibi, Ajeng duduk di depan televisi mencari saluran favoritnya.

Ajeng menyewa bibi paruh waktu karena jika dia sendiri yang mengerjakan semuanya, kasihan pinggannya bisa kena encok. Mengurus dirinya sendiri saja sudah lelah di mana ada waktu mengurus rumah.

EXCUSE ME [END]] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang