🪷7. Tahfidz House

14.9K 810 6
                                    

Jemari Gus Daiyan sibuk mengetik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari Gus Daiyan sibuk mengetik. Tatapannya pun fokus pada layar laptop. Berkali-kali pula laki-laki dengan setelan kemeja hitam dan celana hitam longgar itu memperbaiki posisi duduknya. Sudah berjam-jam ia menatap layar laptop, matanya mulai terasa perih tetapi karena tenggat terpaksa Gus Daiyan tetap duduk. Mengubur perasaan lelah dan ingin pergi.

Pintu ruangan terbuka. Sosok laki-laki paruh baya dengan tongkatnya berjalan mendekat. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Gus Daiyan mendongak. Menghentikan aktivitasnya. Laki-laki itu buru-buru beranjak. Menghampiri sosok paruh baya yang tak lain adalah Abah Yusuf, Abi-nya. "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Abi ada apa kemari?" tanya Gus Daiyan diiringi dengan mencium punggung tangan orang tuanya takzim.

"Ada yang mau Abi bicarakan," jawab Abah Yusuf yang kemudian duduk di sofa yang ada di ruang kerja sang anak.

Abah Yusuf duduk di sofa diikuti oleh Gus Daiyan. "Abi mau minum apa?"

"Tidak usah, Abi hanya sebentar di sini."

Gus Daiyan mengangguk.

Pandangan Abah Yusuf sempat teralih pada meja kerja Gus Daiyan. "Lagi sibuk?"

Gus Daiyan mengangguk lagi. "Iya, seperti biasa."

"Abi kira kamu sibuk nulis buku motivasi seperti sebelum-sebelumnya."

"Saya belum sempat menulis lagi. Seperti yang Abi tahu, saya sibuk mengurus Rumah Tahfidz dan sesekali mengisi kajian diberbagai tempat."

Abah Yusuf mengangguk. Matanya menatap sang putra tepat. "Abi mau tanya pendapat kamu soal perjodohan seminggu lalu."

Sejenak Gus Daiyan terdiam. Kemudian menjawab, "Soal perjodohan itu saya memang sempat kaget. Tetapi, selagi Abi ridho, saya akan setuju. Yah, meskipun sepertinya saya harus banyak bersabar menghadapi Mbak Ayesha nantinya."

"Sekalipun menikah tanpa cinta?" tanya Abah Yusuf, laki-laki paruh baya itu hendak mengetes Gus Daiyan sekaligus memastikan. Ia hanya tak mau perjodohan mendadak ini, justru akan berakhir dengan perceraian dengan alasan 'tidak saling cinta.'

Senyum Gus Daiyan terukir. Manik teduhnya menatap sang Abi dengan kesungguhan. "Saya tidak masalah. Insya Allah saya baik-baik saja. Karena menikah bukan perihal saling cinta saja."

"Baiklah, Abi jadi lega mendengarnya. Abi tidak memaksa atau membebanimu. Sekalipun nantinya kamu menolak perjodohan ini, Abi tidak keberatan. Hanya mungkin Abi akan tetap memintamu untuk menjaga Ayesha dari jauh."

AYESHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang