32. WISH LIST

735 79 5
                                    

"Mas tunggu di sini aja- "

"Mas ikut masuk," potong Zayyan yang menatap mata istrinya dalam.

Seperti tidak ingin dibantah, Sekar hanya mengangguk kecil. Ia dan Zayyan berjalan masuk ke dalam sekolahannya untuk mengurus beasiswa itu yang tidak jadi ia ambil.

Tadi malam dirinya dan juga Zayyan sudah tiba di Jakarta, tepatnya di rumah orang tua Zayyan. Selain kedua orang tua Zayyan yang ingin melihat kondisi Sekar, lagipula barang-barang Sekar masih banyak yang ia tinggal di rumah mertuanya. Jadi mungkin nanti malam ia dan suaminya pulang ke rumah.

"Masih pusing?" tanya Zayyan lembut.

Sekar menggeleng. "Udah enggak."

Tangan Zayyan bergerak menggenggam tangan istrinya erat. Kali ini ia tidak akan membiarkan kejadian kemarin terulang kembali. Ia tidak mau kehilangan Sekar dan anaknya yang masih berada di dalam kandungan perempuan yang ada di sampingnya.

Keduanya berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sebelumnya ia sudah menghubungi wali kelasnya, dan beliau meminta Sekar untuk menemui kepala sekolahnya.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk, Sekar!"

Mendengar itu Sekar dan Zayyan masuk ke dalam. Di sana hanya ada seorang lelaki yang sering di panggil Pak Putro yaitu kepala sekolah SMA Ouranos.

"Silahkan duduk," ucap Pak Putro pada keduanya.

"Jadi bagaimana?"

Sekar menghembuskan napasnya panjang. "Saya tidak jadi mengambil beasiswa itu, Pak."

"Apakah kamu yakin, Sekar? Bukankah kamu sangat menginginkan beasiswa itu? Banyak sekali siswa yang menginginkan beasiswa ini, namun mereka gagal untuk mendapatkannya. Saya hanya tidak mau kamu menyesal nantinya," kata Pak Putro yang membuat Sekar terdiam.

Zayyan menggenggam erat tangan Sekar. Ia menatap istrinya yang masih terdiam. Dirinya tahu ini sangat berat untuk Sekar, namun lagi-lagi ia tidak akan setuju jika Sekar mengugurkan kandungannya.

"Saya yakin, Pak," jawab Sekar mantap.

"Kalo boleh tahu, apa alasan kamu tidak jadi mengambil beasiswa ini?"

Sekar menoleh ke arah suaminya yang tersenyum tipis ke arahnya. "Ada buah hati yang harus saya jaga."

♪♪♪

Seorang dengan hoodie hitam miliknya baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada di rumah sakit. Ia berjalan ke arah lift untuk menuju lantai paling atas. Tak berselang lama lift berbunyi kemudian pintu terbuka, dengan langkah pasti ia keluar lalu berjalan ke tempat tujuannya, yaitu rooftoop.

Hembusan angin kencang mengenai wajah dan juga rambutnya. Ia berjalan lurus menuju ujung rooftoop. Tidak ada pembatas pagar di sana, hingga memudahkan dirinya untuk naik ke atas sana.

Matanya melihat bawah, di sana banyak kendaraan berlalu-lalang. Pikirannya sudah kacau, bahkan untuk berpikir positif saja dirinya sudah tidak bisa. Hidupnya sudah tidak berguna lagu, semua orang di sekelilingnya tidak ada yang peduli.

Jadi, buat apa ia hidup?

"Andai aja gue nggak pernah lahir di dunia ini, mungkin gue nggak akan ngerasain sakit," ucapnya lirih.

Promise MeWhere stories live. Discover now