CHAPTER 4 - NEVER PUT THE BLAME ON ME

2.6K 225 12
                                    

ETHAN RAY

Cypress Crescent, Shaugnessy, Canada

January 3rd, 14.40 PM





Terakhir kali aku kemari adalah beberapa bulan yang lalu, saat aku mengikuti kejuaraan judo di Kanada. Om Ivan mengusulkan aku untuk tinggal di tempatnya, tapi pihak lomba telah mengakomodasi setiap peserta dengan para sponsor sehingga aku tidak sempat merasakan nyamannya tinggal di salah satu kompleks perumahan paling mahal di Vancouver ini, atau lebih tepatnya di Shaugnessy.

Jalanan yang dipenuhi oleh dedaunan berwarna merah dan merah muda memberikan sensasi nyaman saat kita memasukinya. Di kanan dan kiri jalan berjejer rumah-rumah dengan desain sederhana yang nyaman, pas untuk keluarga. Salah satu dari rumah-rumah yang berjejer itu adalah milik Om Ivan, milik keluarga Laney. Sebuah rumah yang seakan memiliki tempat khusus, tepat di belokan jalan.

Kesan awal yang kuterima saat mobil kami berhenti di depan rumah yang secara ofisial adalah milik Sierra dan Sam kakaknya ini adalah wow. Bagian depan rumahnya tidak terlalu mencolok, karena terdiri dari bebatuan berwarna abu yang tampak di susun membentuk pagar, dengan nomor WS-20 terpampang di depannya. Bebatuan yang terlihat seperti batu-batuan dari zaman batu itu membentuk kotak setinggi kira-kira 2 meter, lalu di bawahnya terdapat pagar rumah mereka yang berwarna hitam dengan model minimalis. Tentu saja, pagarnya otomatis.

Tidak sampai di sana. Masuk ke dalam, terdapat sebuah tangga dengan ornamen rumit yang menghubungkan lantai garasi dengan pintu utama. Taman di depan rumah dipenuhi oleh tumbuhan-tumbuhan yang tidak aku ketahui. Seingatku, Sierra pernah bercerita kalau mamanya sangat suka dengan tumbuhan, mungkin karena itulah taman depan rumahnya ini mirip seperti cagar alam atau apalah. Keseluruhan tampang depan rumah tidak terlalu menarik perhatian, tapi sebagian besar rumahnya didominasi oleh bahan kaca, sehingga tampak transparan.

Mungkin karena itu Om Ivan memutuskan untuk memberi tembok Berlin di depan rumahnya setinggi hampir tiga meter untuk menghindari lemparan-lemparan batu usil dari luar oleh anak-anak nakal yang kurang kerjaan.

"Rumah yang bagus, Sier!" Javier tampak gembira. "Kamu jarang kemari?"

Sierra mengangguk sambil tersenyum kecut. "Jarang banget. Aku sendiri sampai lupa tempat ini ada. Malah ini bisa dibilang kali pertamaku setelah 10 tahun."

"Pastinya banyak perubahan di sini," jawabku sambil menyentuh pintu utama rumah mereka. "Jadi, bagaimana kita masuknya?"

"Ampun deh, ya masuk aja kayak biasa. Lo kayak nggak pernah masuk rumah aja, brey," ujar Bri sambil mendorong pintu yang baru saja kusentuh tadi. "Aduh, ini kenapa nyandet, ya? Sier, rumah lo nggak dikunci atau apa, kan?"

Ah, ya, mengingat Om Ivan dan papa masih sibuk menemui Om Howard tadi, kami berlima akhirnya memutuskan untuk mampir ke Safeway untuk membeli beberapa snack lalu pulang ke rumah lebih dulu. Lebih tepatnya, aku, Javier, serta Bri hanya menginap di sini.

"Sam, kode." Sierra menoleh pada kakaknya, yang langsung maju lalu mengetuk pintu itu beberapa kali (mungkin lima kali, kalau aku tidak salah), sebanyak dua kali. 

Itu yang mereka maksud dengan kode.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari dalam. Kemudian pintu terbuka dan tampaklah seorang ibu-ibu yang berumur kira-kira 50 tahunan, menatap kami berlima satu per satu tanpa berkedip. Tatapannya yang bingung berubah menjadi gembira saat melihat Sam. Ibu bertubuh gempal itu langsung memeluk Sam dan mengucapkan serentetan kalimat dalam bahasa yang tidak kukenal, tapi kuharap itu adalah bahasa Spanyol, bahasa yang dikuasai keluarga Laney setelah Indonesia dan Inggris.

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang