30. ANUGRAH TERINDAH

879 90 12
                                    

Flashback :

Sudah beberapa tempat Reva datangi tapi ia belum juga melihat keberadaan sahabatnya. Beberapa temannya juga sudah ia hubungi untuk menanyakan keberadaan Sekar, tapi tidak ada yang tahu di mana perempuan itu.

"Lu ke mana sih, Kar," gumam Reva sembari mengemudikan mobilnya.

Kali ini tujuannya adalah rumah sakit, barangkali ada petunjuk di sana yang bisa memudahkannya untuk mencari Sekar.

Sesampainya di rumah sakit, Reva memarkirkan mobilnya lalu bergegas masuk ke dalam. Ia akan ke ruangan tempat Sekar dirawat.

Namun, saat ia berjalan, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang hingga mau tak mau membuatnya berhenti. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap kesal orang yang berdiri di depannya. Ya, ia sangat mengenal jelas siapa dia, dan Reva tak suka melihat keberadaan hadis ini di depan matanya.

"Lu mau cari masalah lagi? Nggak puas waktu itu udah bully Sekar? Atau lu nggak terima kalo nggak lolos- "

"Lu cari Sekar 'kan? Gue tahu di mana dia," potong gadis itu.

Reva terdiam mendengar perkataan Celsia, mana mungkin gadis ini tahu keberadaan Sekar sekarang. Tapi tunggu, bagaimana Celsia bisa tahu kalo ia sedang mencari Sekar?

"Gue nggak percaya sama lu," ujar Reva lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Celsia. Namun perkataan Celsia mampu membuat langkahnya berhenti.

"Gue mau bantu lu bukan karena gue kasihan sama Sekar. Tapi gue kasihan sama anak yang dia kandung."

Jantung Reva berdetak tak karuan kencangnya. Bagaimana Celsia tahu jika Sekar sedang mengandung? Bukankah yang mengetahui ini hanya beberapa keluarga Sekar saja? Gadis itu membalikkan tubuhnya lalu melangkah kembali mendekati Celsia.

"Di mana, Sekar?" tanya Reva sembari menatap gadis di depannya.

"Nemuin bapaknya."

Reva mengerutkan keningnya. "Bapaknya Sekar bukannya udah nggak ada?" gumam Reva yang masih dapat didengar oleh Celsia.

Mendengar itu Celsia sedikit terkejut. "Meninggal maksud lu?"

Malam itu saat Sekar meminta bantuannya, ia memang pergi begitu saja meninggalkan Sekar. Namun entah dorongan dari mana membuat Celsia kembali menghampiri Sekar yang berusaha berdiri.

Ia membantu Sekar dengan syarat ia harus tahu ke mana Sekar akan pergi, dan perempuan itu mengatakan akan menemui bapaknya. Mengetahui hal itu Celsia tak memberi respon apapun dan juga tidak bertanya kembali di mana bapaknya berada. Ia hanya membantu Sekar untuk mencarikan taksi.

"Tempat asal Sekar!" Reva bergegas pergi dari rumah sakit ketika mengingat bahwa gadis itu bukan asli Jakarta. Jadi bisa saja Sekar kembali ke desanya.

Namun belum jauh melangkah Reva kembali memberhentikan langkahnya lalu membalikkan badannya. "Makasih, Cel," ujar Reva yang menatap Celsia.

Gadis itu mengangguk. "Jangan kasih tahu Sekar kalo gue yang ngomong ini sama lu."

♪♪♪

"Kalo ada masalah cerita, Kar. Nggak kaya gini, semuanya tuh khawatir, apalagi suami lu," kata Reva sembari mengelus puncak kepala Sekar yang menyender di bahunya.

Sekar hanya diam, gadis itu menutup matanya. Sangat sulit di posisinya saat ini. Pikirannya benar-benar kacau, ia belum ikhlas dengan apa yang terjadi pada hidupnya saat ini.

"Udah, jangan dipikirin. Mending lu tidur aja, pasti lu capek kan."

Sekar menurut apa yang Reva katakan. Tetap di posisi yang sama, di pundak Reva ia mencoba untuk menenangkan pikirannya sejenak. Semoga setelah ia bangun isi kepalanya tidak sekacau ini.

Promise MeWhere stories live. Discover now