23. MUKBANG

742 82 2
                                    

Jangan baca kalo lagi puasa!
Jangan terlalu halu pada tokoh di sini!

••••••

"Biar Sekar aja yang bawa, Mas," pinta gadis itu namun dijawab gelengan oleh Zayyan.

"Udah kamu nurut aja. Biar Mas yang bawa troli, kamu ambil barang yang mau di beli," ujar Zayyan dan dituruti Sekar.

Keduanya kini berada di supermarket untuk belanja kebutuhan Sekar. Hari ini dan besok Zayyan memutuskan untuk tidak kerja supaya bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Sekar sebelum ia pergi ke luar kota.

Tadi Sekar sempat ke sekolah untuk melihat jadwal besok ia mengikuti tes beasiswa, dan selepas itu ia memutuskan untuk pulang saja, karena di sekolahan ia juga tidak ada kegiatan.

"Mas, beli ini ya?" tanya Sekar yang menunjuk rak tempat mi instan.

Zayyan diam sejenak, lalu selepas itu mengangguk kecil. "Boleh. Tapi jangan banyak-banyak."

Mendengar itu Sekar sangat senang. Bukan tanpa alasan, melainkan Zayyan selalu melarangnya membeli mi instan, karena itu tidak sehat.

"Kalo kita mukbang gimana, Mas? Kaya yang di Korea itu, enak kayaknya deh," katanya yang menatap Zayyan.

Lelaki itu tersenyum kecil sembari mengelus puncak kepala istrinya yang terbalut kerudung. "Gemes banget sih."

"Ish, gimana mau apa enggak mukbang?" tanya Sekar lagi sembari membenarkan kerudungnya yang sedikit berantakan akibat Zayyan.

"Mau banget!"

Mendengar jawaban dari Zayyan membuat Sekar tersenyum senang. Ia mengambil mi instan yang pedas, sepertinya enak mukbang mi yang pedas-pedas walaupun ia tidak bisa makan yang terlalu pedas.

Setelah selesai membeli keperluan Sekar, keduanya menuju kasir untuk membayar semuanya. Mereka tidak langsung pulang, melainkan pergi ke salah satu kafe hanya untuk menghabiskan waktu berdua.

Jangan salah, kali ini bukan Sekar yang mengajak melainkan Zayyan. Lelaki itu ingin dua hari ini waktunya ia habiskan bersama istrinya, jadi ia tidak mau menyia-nyiakan.

Sesampainya di kafe keduanya memesan coklat panas dan carrot cake untuk keduanya. Setelah itu mereka mencari tempat di lantai dua untuk mereka tempati.

Suasana yang tidak terlalu ramai, ditambah alunan musik yang tersedia di kafe ini membuat suasana kian romantis. Jika dipikir-pikir, sangat jarang keduanya pergi berdua seperti ini, mungkin setelah ini Zayyan akan sering-sering mengajak istrinya untuk makan di luar.

Bukan tanpa alasan. Tapi menurut Zayyan masakan Sekar itu enak, jadi ia tidak tertarik untuk makan di luar. Jadi ia memutuskan untuk selalu makan di rumah berdua dengan istrinya.

"Besok jam berapa tesnya?" tanya Zayyan menatap istrinya yang sedang memakan carrot cake milik Sekar.

"Jam sembilan udah mulai. Jadi mungkin Sekar berangkatnya lebih awal biar di sana bisa belajar dulu," jawab perempuan itu.

"Udah tiga hari ini Mas nggak denger cerita kamu. Nggak mau cerita nih, gimana harinya?" tanya Zayyan yang membuat Sekar menatapnya sembari tersenyum kecil.

Promise MeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin