1. Pertama

1.7K 143 5
                                    

Cyra Shaqueena buru-buru berangkat ke kampus, karena pekerjaan paruh waktunya ia jadi lupa jika ada kelas pagi. Cyra bangun pagi kok, hanya saja ia masih bermalas-malasan di tempat tidur. Cyra pikir masih jam enam pagi. Eh, tidak tahunya ia salah lihat jam. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Jadilah seperti ini, berangkat buru-buru tanpa berpamitan kepada Ibunya yang tengah menjemur pakaian di halaman belakang. 

Sambil mengendari motor bututnya, Cyra mendumel pada dirinya sendiri pun menyalahkan sepasang mata bulatnya. Syukurnya Cyra tahu jalan tercepat menuju ke kampus tanpa bermacet ria di jalan umum besar meski jalannya tidak mulus asal bisa ke kampus tepat waktu, tidak ada masalah.

Sampai di parkiran kampus, Cyra melihat temannya duduk di bawah pohon. Cyra menghampiri temannya itu dengan berjalan mengendap dan dalam sekali lompatan Cyra menepuk pundak temannya, perbuatannya tersebut menyebabkan temannya kaget dan hampir menjatuhkan ponsel.

"Cyra, kau gila ya?!"

Dengan polosnya, Cyra menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak gila. Kalau aku gila, aku tidak mungkin jadi temanmu."

Teman Cyra bernama Nessie memutar bola matanya kemudian berkata, "terserah dirimu sayang. Aku tidak peduli."

Cyra tertawa-tawa saja. Ia senang melihat wajah cemberut Nessie. "Kau tidak ke kelas?" tanya Cyra, ia lalu duduk di samping Nessie.

"Cyra sayang, kau tahu?" Cyra menggelengkan kepalanya atas pertanyaan tak langsung yang Nessie berikan padanya. "Aku ada di sini, ya karena aku menunggumu. Kau sudah membuatku gelisah tahu." Nessie berdiri tepat di hadapan Cyra seraya berkacak pinggang. "Di mana ponselmu? Kau tak melihat ponsel sama sekali ya?"

Cyra menunjukkan ponselnya sambil menggelengkan kepala. "Aku sama sekali tidak melihat ponsel. Aku buru-buru tadi. Kau tahu Nes, sepertinya mataku bermasalah. Pukul setengah delapan malah aku lihatnya pukul enam pagi," curhat Cyra tanpa melihat wajah kesal Nessie padanya.

"Sekarang yang terpenting bukan itu Cyra sayang. Kita harus segera masuk kelas!" Nessie menarik tangan Cyra begitu saja, ia sedikit berlari karena matanya sudah menangkap seorang dosen keluar dari ruangan dan akan menuju ke kelasnya.

Nessie dan Cyra berlari mendahului sang Dosen tanpa mengucapkan sepatah kata pun walau sekedar sapaan. Mereka hanya fokus berlari menuju ruang kelas mereka.

"Hah, beruntung kita selamat," ucap Nessie dengan sedikit ngos-ngosan. Usai tenang, ia segera mencari tempat duduk. Di belakangnya Cyra juga bertingkah sama seperti Nessie. Cyra memilih duduk di samping Nessie, keduanya bersebelahan.

"Kau harusnya memberitahuku pelan-pelan. Kenapa harus berlari coba?"

"Perbuatanku adalah cara terbaik. Tidak usah protes Cyra sayang. Yang penting kita aman. Kau harusnya berterima kasih padaku. Daripada tidak diizinkan masuk kelas."

"Terima kasih, Nessie sayang," balas Cyra, nada bicaranya terkesan dibuat-buat.

"Dosen Sastra sesungguhnya di kelas kita akan muncul kali ini."

Cyra mengerutkan dahi. "Sesungguhnya?"

Baru selesai bertanya, belum ada sedetik, tangan Nessie sudah mendarat sempurna di atas punggung tangan Cyra. "Kau tidak tahu? Selama ini yang mengajar kita itu hanya Dosen pengganti."

"Iyakah?" Cyra tertawa bodoh, ia mengelus punggung tangannya yang agak sakit akibat pukulan Nessie padanya tadi.

"Jangan-jangan waktu Dosen Sastra kita mengenalkan diri, kau tidak mendengarkan ya?" tanya Nessie, wajahnya sangat mencurigai tingkah laku Cyra.

Suamiku Mantan Kakak IparkuWhere stories live. Discover now