Prolog

256 58 151
                                    

Assalamualaikum teman-teman semua! Ini adalah cerita pertamaku di Wattpad, semoga kalian suka.

Jangan lupa untuk follow, sebelum membaca, vote dulu ya! 😊 Jangan lupa juga untuk memberikan komentar.

Entah bagaimana dengan diriku, hanya aku yang mengerti. Baik buruk, itulah hidup, bukan? Semua orang pasti mengalami hal itu. Tapi bagaimana dengan orang yang selalu mengurus hidup orang lain, yang bahkan hidupnya lebih sulit daripada itu?

"Safa, bangun nak. Kamu nggak mau berangkat kuliah," panggil sang Bunda.

"Lima menit lagi, Bunda," kata Safana sambil tertidur lagi.

"Nggak ada lima menit, ayok bangun Safa. Kakakmu sudah menunggu dari tadi di meja makan," ucap sang ibu sambil melihat Safana tertidur lagi.

"Iya, Bunda, ini bangun nih," ucap Safana sambil berjalan ke kamar mandi.

"Ya sudah, Bunda turun ke bawah dulu, jangan tidur lagi," peringatkan sang ibu.

"Waduh, putri tidur baru bangun, anak gadis kok bangunnya siang mulu," kata seorang laki-laki yang tak lain adalah kakak dari Safana, Aditya Bagus Pramana. Seorang kakak sekaligus ayah bagi adiknya, Safana.

"Apaan sih, Kak? Sewot banget sih. Bunda, lihat kakak nih," adu Safana kepada sang ibu.

"Sudah, nggak usah bertengkar. Kalian ini sehari aja nggak akur, nggak bisa. Aduh, pusing Bunda dengernya," ucap sang Bunda.

"Kakak, habis ini langsung berangkat," ucap sang ibu bertanya.

"Iya, Bun, di kantor lagi banyak kerjaan."

"Kalau Adek berangkat jam berapa nanti?"

"Jam 11, Bun. Nanti aku izin ya, mau nginap di rumah Lily, ada tugas soalnya," ucap Safana.

"Iya, nanti bawain Lily kue ya dari Bunda, salam sama bundanya  juga."

"Bunda," panggil Safana lirih.

"Hm, kenapa?" ucap sang ibu.

"Safana boleh tanya tentang Ayah nggak?" tanya Safana hati-hati.

"Adek, bisa nggak? Nggak usah ngomongin Ayah lagi," ucap sang kakak marah.

"Tapi Safa, mau tahu tentang Ayah Kak. Apa Safa salah? Saya juga mau kayak Kakak yang waktu kecil pernah merasakan sosok Ayah. Hiks-hiks, apa segitu bencinya ya Ayah sama Safa? Dia meninggalkan Safa waktu Safa baru lahir. Hiks-hiks," ucap Safa sambil berlari ke kamarnya.

"Adek, bukan gitu maksud Kakak," sambil mengejar sang Adik.

Brak! Suara pintu tertutup, pelakunya adalah Safana.

"Astagfirullahalazim," ucap Adit sambil mengusap wajahnya kasar.

"Di mana Safana?" tanya Bunda sambil menangis.

"Di dalam, Bunda. Maafin Adit, seharusnya tadi Adit nggak bentak dia," ucap Adit meminta maaf.

"Ini salah Bunda nak. Seandainya Bunda menerima permintaan Ayahmu, mungkin Ayah masih bersama kita sekarang."

~Bersambung~

Ayok, gimana ceritanya? Apakah menarik? Kira-kira apa ya yang disembunyikan oleh Bunda dan Kak Adit? Komentar ya!

Terima kasih telah membaca.

Takdir Cinta SafanaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora