21. PERTAMA DAN TERAKHIR

1.1K 104 2
                                    

"Ini gimana sih, Kar? Dari tadi gue kok nggak ngerti," kesal Reva yang mendorong bukunya.

Mendengar itu Sekar menoleh ke arah Reva yang menatapnya dengan ekspresi jengkel. "Sini aku ajarin. Kayaknya mood kamu lagi nggak bagus, Rev?"

Reva mengangguk kecil. Setelah pertemuannya dengan Varro, bukannya memperbaiki mood malah memperburuk mood-nya hari ini. Jika seperti ini semua materi yang ia pelajari tidak akan masuk ke otaknya.

"Kenapa emangnya?"

"Enggak apa-apa. Belajarnya udahan aja ya, percuma soalnya otak gue masih belum bisa menampung materi yang lu ajarin," kata Reva jujur.

Sekar menghela napas pelan, namun tak berselang lama ia menganggukkan kepalanya. Tangannya bergerak merapikan buku-buku yang berantakan di atas meja.

"Kamu kenapa, Rev? Aku perhatiin dari tadi kok banyak bengongnya?" tanya Sekar yang sesekali melirik sahabatnya.

Mendengar itu Reva menggeleng cepat. "Enggak kok, perasaan lu aja kali. Em- katanya lu mau kenalin gue sama temen lu yang ada di desa. Sekarang aja!"

Mendengar perkataan Reva membuat sudut bibir Sekar terangkat sedikit. "Eh iya. Benar coba aku video call dulu. Siapa tahu diangkat."

Perempuan itu meraih ponselnya lalu mulai menghubungi sahabatnya yang berada jauh di seberang sana. Sepertinya sudah lama ia tak bertukar kabar dengan kedua sahabatnya yang ada di desa.

"Sekar!"

Terlihat jelas wajah sahabatnya di layar ponsel milik Sekar. Gadis itu tersenyum manis saat mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar. Sungguh, ia rindu akan suara itu.

"Hey, gimana kabar kamu sekarang? Aku kangen banget sama kamu, Lin," ujarnya jujur.

"Allhamdulilah baik, Kar. Kamu gimana di sana? Kok kamu baru telpon aku sih! Aku baru aja pulang dari rumah Rere lho!"

Sekar terkekeh pelan. "Aku juga baik. Ya maaf, soalnya baru belajar buat ujian besok. Em- Lin kamu masih ingat nggak waktu itu aku pernah ngomong mau kenalin kamu sama Reva?"

"Iya! Mana Reva?"

Sekar mengarahkan kamera handphone miliknya ke wajah Reva hingga membuat Lina yang berada di seberang sana bisa melihat Reva dengan jelas di layar ponselnya.

"Wah cantik banget! Rere harus tahu sih ini kalo Sekar di sana punya temen yang lebih cantik dari aku."

Mendengar itu membuat Sekar dan Reva tertawa terbahak-bahak. Perkataan Lina itu entah jujur atau tidak, namun itu bisa membuat Reva tertawa lepas. Dan setelah itu obrolan mereka berlanjut lama.

♪♪♪

Kini kamar Sekar penuh dengan buku-buku tebal yang setia menemani waktu malam perempuan itu. Tadi setelah selesai telpon, Reva berpamitan untuk pulang lalu ia membersihkan diri dan memasak untuk suaminya nanti saat pulang kerja.

Setelah semuanya selesai perempuan itu kembali membuka bukunya untuk belajar ujian besok dan juga seleksi beasiswa kedokteran yang akan ia ikuti. Sebenarnya Zayyan masih cukup mampu untuk membiayai biaya kuliah Sekar nanti, namun kata Sekar jika ada peluang untuk mendapatkan beasiswa itu kenapa tidak? Lagipula otaknya juga bisa diandalkan.

"Assalamualaikum," salam seseorang dan tak lama terlihat pintu kamar terbuka.

"Waalaikumussalam," balas Sekar yang masih fokus pada buku-bukunya.

Melihat itu Zayyan menaikkan alisnya, ia tidak suka sikap Sekar seperti ini, dan ini tidak biasa istrinya lakukan.

"Assalamualaikum," ujar Zayyan kembali yang berdiri di ambang pintu.

Promise MeWhere stories live. Discover now