16. WINNER

1.3K 141 10
                                    

"Reva hari ini nggak berangkat, Ca?" tanya Sekar yang melihat sebelah bangkunya masih kosong.

Caca mendongak lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak deh kayaknya. Emang lu marahan sama Reva?"

Sekar menggeleng lemah. Walau bagaimanapun ia tidak boleh membeberkan masalahnya dengan Reva pada orang lain. Walaupun ini Caca sepupu Reva sendiri.

"Sementara lu duduk bareng gue aja, kalo duduk sendiri takutnya digangguin anak cowok. Vara ijin sakit, jadi hari ini nggak masuk," kata Caca yang menggeser posisi duduknya.

Perempuan itu tersenyum tipis lalu mengangguk, dan tidak lama Sekar mendudukkan dirinya pada kursi yang semula di tempati Caca.

"Em- Ca, kamu tahu kalo ayahnya Reva- "

"Iya. Gue juga bingung mau berpihak siapa. Soalnya calon mama tirinya Reva itu sholehah," jawab Caca yang membuat Sekar mengerutkan keningnya.

"Maksud kamu?"

Caca menghela napas panjang. "Jadi awal mulanya mamanya Reva itu selingkuh, waktu itu bokapnya Reva marah besar dan mereka memutuskan buat cerai. Dan beberapa hari yang lalu gue denger-denger bokapnya Reva mau nikah lagi, dan calonnya itu wanita sholehah, pakai jilbab yang panjang itu lah. Katanya dulu suaminya meninggal, terus dia memutuskan buat nikah lagi."

Sekar menyimak cerita Caca. Ia baru tahu tentang kehidupan Reva, dan itupun dari orang lain bukan dari Reva sendiri. Sekar menghela napas panjang, mungkin memang Reva sedang membutuhkan waktu untuk sendiri.

"Kamu pernah ketemu sama calon mama tirinya Reva?"

Caca menggeleng. "Belum sih, tapi gue pernah dikasih lihat fotonya sama bokap."

Setelah itu terdengar suara bel berbunyi dan tak lama guru yang mengajar kelas Sekar datang, dan pelajaran pun di mulai.

♪♪♪

"Rame banget, Ca. Nggak usah istirahat aja kali ya," ujar Sekar yang melihat kantin sudah penuh dengan siswa-siswi.

Caca menggeleng. "Jangan! Lu harus makan, kata Reva waktu itu lu punya maag jadi nggak boleh telat makan."

Sekar tersenyum tipis, ia tahu diam-diam Reva memang sangat peduli dengannya. Namun gadis itu memang tipikal manusia yang tidak mau memperlihatkan perhatiannya secara langsung.

Kini keduanya berjalan memasuki kantin. Kali ini benar-benar tidak ada bangku kosong. Jadi bagaimana caranya untuk makan? Jika dibawa ke kelas terlalu jauh karena kelasnya yang terletak di lantai tiga, jadi dirinya malas jika harus bolak balik.

"Sekar!"

Mendengar itu Sekar dan Caca menoleh, terlihat Varro yang melambaikan tangan ke arah kedua perempuan itu. Dengan ragu keduanya berjalan ke arah meja Varro.

"Mau makan?" tanya lelaki itu.

Sekar mengangguk kecil. "Iya, Kak."

"Duduk sini aja, gue udah selesai makannya," ujarnya yang mengubah posisinya menjadi berdiri.

"Iya Kak, makasih."

"Jangan panggil Kak, kita seumuran."

"E-eh iya, Varro. Makasih ya."

Varro mengangguk sembari tersenyum tipis. "Ayo balik kelas!" kata Varro yang menarik seragam temannya.

"Lah makanan gue belum habis, Ro," balas teman Varro.

Promise MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang