Menelusuri Jejak Kaki Sang Guru

Mulai dari awal
                                    

Appendiks-1: Persamuan Sangha............................................................................. 200

Appendiks-2: Meditasi dan Pandangan Theravada ................................................ 204

Appendiks-3: Sutra dan Pandangan Mahayana ...................................................... 219

vi

1

Siswa-Siswa Pertama

Aku, Yasa adalah siswa keenam dari Sang Bhagava Buddha

Gautama, yang terpanggil untuk mengikuti jejaknya, mengerti dan

memahami ajaran-ajarannya. Aku adalah putra seorang bangsawan di

Benares dan seperti Sang Bhagava, aku pernah hidup bergelimang

kemewahan. Beberapa minggu sebelum saat yang kuceritakan ini, aku

gelisah dan tidak dapat istirahat, seperti pada saat kita mendengar

alunan nada yang samar-samar dari kejauhan, kita berusaha untuk

menggapainya namun tidak mampu. Demikianlah yang terjadi padaku,

sepertinya aku mendengar nada yang bukan berasal dari dunia ini,

tetapi ketika kucoba untuk menjangkaunya, musik tersebut telah

terbang dan hilang. Kini kutahu bahwa semua kesenangan-kesenangan

duniawi yang ada di sekelilingku tidak akan lama memuaskan.

Semuanya hampa dan tak berguna, bagaikan sawah tanpa ada yang

mengairinya. Kemudian pada suatu malam aku terjaga, dan terus

terjaga, akhirnya aku keluar menuju ruang depan di mana kelihatan

dayang-dayang yang sedang tertidur nyenyak. Mereka yang seperti

bunga-bunga cantik di siang hari kini terbaring kacau-balau di atas

balai-balai dengan baju yang kusut dan kotor. Rasa duka yang teramat

dalam menyelimutiku. Apa yang biasanya kelihatan sangat indah bisa

menjadi sesuatu yang demikian menjijikkan. Aku tidak dapat

beristirahat lebih lama, kupakai sandal sepuhanku dan keluar

menembus gelapnya malam. Sesuatu yang tak kuketahui benar

membawaku ke Taman Rusa di Isipatana. Saat aku berjalan di malam

itu, aku merasa tidak pernah dapat beristirahat lagi. Apa arti kehidupan

bagiku jika di balik semua kemegahan ternyata yang ada hanyalah

kekotoran-kekotoran seperti yang melekat pada tubuh-tubuh itu? Tidak

ada ketenangan! Tidak ada kedamaian! Rantai kesengsaraan yang tak

putus-putusnya! Kubuang sandal sepuhanku dengan jijik. Tetapi

kemudian tiba-tiba aku merasakan udara yang sejuk penuh damai

menyelusup ke dalam sanubariku, seperti saat aku sedang kepanasan,

aku menyelam dalam sebuah danau yang sejuk dan jernih. Aku

mendengar sebuah suara lembut sebagai jawaban pikiran-pikiranku,

"Nirvana penuh kedamaian, sejuk dan bebas dari penderitaan."

Seperti terjaga dari sebuah mimpi aku menemukan diriku sendiri

duduk di samping seseorang yang tak pernah kukenal sebelumnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2009 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menelusuri Jejak Kaki Sang GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang