Bab 37

415 26 9
                                    

37. Masih dirahasiakan

Bara bergidik, mendadak menyesal dengan ucapannya.

Duh, gimana nih? Bara tidak ingin menjelaskan bahwa, sebelum hari terakhir ujian semester, ketika ia hendak mengembalikan buku Fisika milik Emilia—setelah ia menandakan beberapa soal yang harus dikerjakan gadis itu, tanpa sengaja ia melihat dan membaca tulisan Emilia di halaman belakang buku tersebut.

Ayo Emilia, semangat belajar! Lo harus berusaha mendapatkan prestasi di kelas! Demi harga diri lo! Dan demi menyadari keberadaan lo di hadapan doi.

Buktiin ucapan cowok belagu si Bara itu salah-kalau lo bukanlah cewek jelek yang nggak tahu malu di sekolah. Demi lo pantas menyukainya, supaya lo nggak dihina doi seperti yang dilakuin cowok belagu itu.

Toh dia sendiri yang mau bantuin lo belajar, kan? Ini kesempatan emas. Jadi lo harus lebih bersemangat lagi. Ayo semangat!

Entah kenapa hatinya terasa ngilu setelah membaca tulisan itu. Selain karena Emilia menilainya sebagai 'cowok belagu', juga karena alasan gadis itu belajar bersungguh-sungguh, ditambah saat Bara melihat mereka berjabat tangan di depannya.

"Maksud gue.." seru Bara ragu-ragu.

"HEI KALIAN!" teriak seseorang menyela, juga memotong pembicaraan Bara dan Emilia, keduanya pun menoleh ke pemilik suara.

Noel datang menghampiri Bara dan Emilia begitu ia melihat mereka di depan pintu Aula, hal itu membuat Bara merasa bersyukur, karena Noel mengganggu di saat yang tepat.

"Selamat buat lo Bar, bertahan di peringkat yang sama." katanya pada Bara, kemudian berbalik menoleh ke Emilia. "Dan lo, peringkat sembilan dari empat kelas?!" tuturnya tak percaya sambil menaikkan salah satu alisnya—tanpa memberi selamat pada gadis itu.

Emilia hanya diam sambil menatap Noel heran.

"Boleh gue lihat?"

"Lihat apa?"

"Rapor lo."

Dahi Emilia mengernyit sebelum ia menyerahkan rapornya pada Noel. "Nih," serunya seraya melirik Bara sesaat, cowok itu mengedikkan bahu.

Noel segera mengambilnya, bersamaan membuka rapornya sendiri. Apa kalian tau apa yang dilakukannya? Ya, Noel membandingkan hasil nilai yang tertulis di rapornya, dengan nilai Emilia yang disebutkan Pak Pras di podium tadi.

"Wah, nggak adil!" protes Noel tiba-tiba. "Lihat, nilai rata-rata gue lebih tinggi satu poin dari nilai lo, tapi kenapa malah lo yang dapat peringkat sembilan? Harusnya kan, gue."

"Idih, mana gue tahu." Sahut Emilia sewot, "Datang-datang protes. Protes noh, ke wali kelas."

Noel menarik napas masih tidak terima, sedangkan Bara menghela napas melihat tingkahnya.

"Lo kira dapat peringkat-dari hasil nilai rata-rata aja?" seru Bara seraya menutup dan merebut rapor Emilia saat Noel masih mengamatinya, "Ada perhitungan kalkulasinya. Intinya nilai rapor kita diperoleh dari nilai latihan, ulangan, dan ujian." Jelasnya sambil menyerahkan rapor itu pada Emilia. "Ah, masa lo pura-pura nggak tahu soal ini?"

Noel mendelik, kemudian menyipitkan matanya ke arah Bara begitu Emilia mengambil rapornya kembali. "Dan lo percaya gitu aja-kalau dia nggak nyontek dalam satu semester ini?"

Bara menahan nafas, sedangkan Emilia kesal mendengarnya. Bagaimana mungkin Bara tidak percaya pada Emilia? Selama ini dialah yang membantu Emilia belajar dan membahas soal bersama. Hanya saja Noel tidak pernah tahu dan sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberitahunya—atau bahkan tidak penting untuk diberitahu.

DELUVIEWhere stories live. Discover now