Bab 36

345 27 5
                                    

36. YANG DINANTI?!

Bara panik. Sambil merangkul Emilia, dia menepuk pelan pipi gadis itu. "Mil, Mili!" Tak ada respon, Emilia benar-benar tak berkutik.

Tanpa pikir panjang Bara segera membawa Emilia ke ruang Usaha Kesehatan Sekolah setelah memungut ponsel gadis itu. Sesampainya di ruang UKS, Emilia dibaringkan dan diberi selimut. Namun Bara merasa aneh saat melihat baterai pada layar ponsel milik Emilia yang sekarang ada ditangannya. Baterainya masih penuh ketika ponsel itu dinyalakan. Tadinya Bara mengira bahwa Emilia lupa mengisi daya ponselnya. 

Apa dia sengaja mematikan ponselnya? Pikirnya, memandang Emilia dan ponsel itu bergantian. Namun Bara belum mau berpikir lebih negatif lagi tentang Emilia, karena sekarang dia masih pingsan.

Bara menghela napas, kembali menatap Emilia dan mendekatinya. Tangannya mulai bergerak ingin menyentuh kening Emilia sekali lagi, tetapi sebelum tangannya menyentuh Emilia, gadis itu mulai terbangun. Oh! Bara terkesiap, begitu pula Emilia saat melihat Bara dengan jelas di matanya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Bara begitu melihat Emilia menatap ke arahnya, kemudian menyentuh kening gadis itu dengan telapak tangannya.

Dan lagi-lagi, Emilia merasa frustasi saat keningnya disentuh cowok itu.

"Lo nggak demam." Kata Bara memandang Emilia. "Kenapa bisa pingsan?"

Emilia menarik napas, kemudian meraih pergelangan tangan cowok itu sambil menggerutu dalam hati, gara-gara ini nih, nih! katanya, kemudian menyingkirkan tangan Bara dari keningnya. Sungguh Emilia tidak sanggup menahan perasaan aneh yang menyelimuti hatinya setiap kali Bara menyentuh keningnya.

"Mungkin karena gue belum makan dari tadi siang." Jawab Emilia sekenanya, seraya melepaskan tangan Bara. 

Bisa-bisanya gue pingsan, malu-maluin banget! lanjut Emilia menggerutu. Selain perasaan malu, Emilia juga masih tak percaya kalau dia tiba-tiba suka pada cowok di depannya ini, cowok yang sebelumnya dia benci dan yang tidak boleh disukainya. Dan kini Emilia meringis karena teringat pada Bella, dia merasa bersalah karena tidak bisa menepati janji.

Gue juga nggak mau ini terjadi. 

"Well!" Sekarang cowok itu menarik kursi yang ada di sebelah kanannya dan duduk mendekat ke Emilia yang kembali menatapnya. "Sebenarnya gue nyariin lo sejak pagi untuk ngucapin terima kasih." kata Bara. "Bokap dan Nyokap gue suka dengan hadiah yang lo pilih. Tapi seharian ini batang hidung lo nggak kelihatan, lo juga nggak bisa dihubungi."

Emilia tersenyum kecut mendengarnya. "Sorry.." sahutnya merasa bersalah. "..gue seharian ini nggak kemana-mana, di kelas doang. Soalnya gue nggak mau diganggu sama siapapun."

Bara mengangkat alisnya mendengar jawaban Emilia. "Kenapa? Lo nervous?" tanya Bara, seraya memangku kedua tangannya.

DEG!

Emilia terkejut. Kelihatan, ya? serunya dalam hati.

"Karena kita mau ujian semester.." Lanjut Bara, karena saat ia masuk ke kelas Emilia tadi, papan tulis di kelas itu dipenuhi dengan soal-soal Kimia beserta jawabannya. "..sampe-sampe lo nggak mau diganggu dan nggak makan?"

Emilia mengerjapkan mata berulang kali, lalu meraba dahinya sambil menghela napas, "Iya, karena itu." dia pikir Bara tahu kalau dia nervous karenanya.

"Padahal gue juga nyariin lo untuk tugas selanjutnya." Lanjut Bara, membuat Emilia terkesiap karena sadar dia tidak bisa menghindari cowok ini sesuka hatinya. Karena perjanjiannya belum berakhir.

Oh, sial! Keluh Emilia dalam hati.

"Baiknya kita obrolin di bus aja." Kata Bara berdiri, meraih tas Emilia yang diletakkannya tadi di atas kursi, dan membantunya membawanya. "Sebelum itu, lo harus makan dulu."

DELUVIEWhere stories live. Discover now