8. SENIN

1.6K 164 3
                                    


Warning!

Jangan terlalu halu pada tokoh di sini.
Jadikan setiap tokoh di sini menjadi pacuan kita untuk semakin lebih baik lagi.

°°°°°

Hari ini adalah hari Senin, Sekar sudah bersekolah seperti biasa setelah dua hari yang lalu libur karena memang jadwalnya libur. Kabar pernikahannya dengan Zayyan baik-baik saja. Bahkan ia tak menyangka jika sikap Zayyan akan selembut itu padanya.

Ia kira Zayyan akan membosankan dan dingin seperti yang ia baca di dalam cerita-cerita novel. Tapi ini tidak. Pria itu justru berperilaku sangat lembut padanya, bahkan hal-hal kecil sering Zayyan ingatkan, dan itu cukup membuat Sekar bahagia.

Jika ditanya apakah ia mencintai Zayyan, maka jawabannya iya. Ia sangat mencintai suaminya. Ia tak menyangka bahwa seorang seperti Zayyan, Allah kirimkan untuk menjadi pendamping hidupnya. Ini sungguh di luar dari apa yang Sekar bayangkan.

Saat ini gadis itu sedang berdiri di bawah terik matahari, sembari memperhatikan kepala sekolah yang sedang memberikan sambutan di depan. Terhitung sudah setengah jam kepala sekolah memberikan sambutan di depan, dan itu membuat Sekar merasa jengkel.

"Ya Allah panas banget," keluh Lina yang mengibaskan tangannya.

Lina memang beda kelas dengan Sekar. Namun jika upacara, gadis itu selalu masuk dalam barisan kelas Sekar dan tidak ada yang keberatan akan itu. Mereka juga tahu bahwa Sekar dan Lina adalah sahabat dekat, jadi mereka tak keberatan.

"Kar, gimana sekamar sama Mas Zayyan? Kamu udah— "

"Sssstt! Belum. Aku masih perawan," potong Sekar yang sudah tahu arah pembicaraan sahabatnya.

Lina tersenyum lebar. "Ya kali aja udah nggak perawan lagi."

Sekar memutar bola matanya malas. Setelah cukup lama kepala sekolah memberikan sambutan, kini upacara hari ini telah selesai. Semua siswa bergegas menuju kelasnya masing-masing, tak terkecuali Sekar.

Gadis itu mendudukkan dirinya di bangkunya. Ia meneguk air putih yang sudah ia bawa dari rumah, cuaca hari ini terasa sangat panas.

"Kar, kamu udah ngerjain tugas belum?" tanya Puput teman sebangkunya.

Sekar menoleh ke arah Puput. "Emangnya ada tugas?"

"Ada sejarah, disuruh merangkum dari halaman seratus dua puluh sampai seratus tiga puluh."

Sekar menepuk dahinya dengan tangan kanannya. Ia lupa jika ada tugas dari Pak Budi, guru sejarah. Belum lagi pria itu masuk jam pelajaran pertama, sudah dipastikan jika ia akan dihukum karena tak mengerjakan tugas.

"Aduh aku lupa, Put."

Puput menggelengkan kepala lalu memberikan bukunya pada Sekar. "Ini lihat punya aku aja. Nggak panjang kok, cuma lima lembar."

Sekar mengelus dadanya sabar. Tidak panjang, tapi lima lembar? Oke mungkin saja itu tidak ada apa-apanya untuk seorang Puput Permatasari.

"Oke, makasih!"

Gadis itu dengan cepat menyalin catatan Puput di bukunya. Ia tahu jika ini akan sia-sia, tapi setidaknya ia sudah berusaha untuk menyelesaikan tugas dari Pak Budi. Sekar juga berharap supaya Pak Budi tidak masuk kelas hari ini. Semoga saja.

"Selamat pagi semuanya," sapa seorang guru yang baru saja memasuki kelas.

"Pagi, Pak!" balas seisi kelas.

"Kar, Pak Budi!" bisik Puput yang melihat Pak Budi yang sudah memasuki kelas.

"Bentar Put, aku baru nulis lima baris ini. Masih kurang banyak," katanya yang masih menghiraukan kedatangan Pak Budi.

Promise MeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora