First Meet, First Love, First... - Mello's

34.7K 1.2K 105
                                    

~This is our first meet, huh? Is there any Cupid flying arround here?~

***

Mello

“Memangnya siapa calon suamiku?” aku masih penasaran dan kembali bertanya pada lelaki aneh kemarin. Oh, sepertinya aku harus segera mengubah sebutan lelaki aneh kemarin dan menggantinya dengan sebutan lelaki tampan. Kenapa? Kyaaaa…karena dia tampan sekali saudara-saudara! Tampan euy! Yihaaaa… Aku mati-matian menahan keinginanku untuk tidak berhula-hoop merayakan kesenangan ini. Lebih parah lagi, aku takut di serang keinginan untuk ber-Gangnam Style yang sejak tadi rasanya menggelitik sekujur tubuhku. Aku memalukaaannnn…

“Siapapun orangnya, tidak boleh ada komentar apapun. Mengenai pribadinya terutama. Itu ada dalam perjanjian, mengertikan Mello?” si tampan ini menyahut. Aaah perjanjian itu lagi. Bodohnya aku, kemarin aku begitu saja menandatangani kertas itu tanpa membaca isinya hanya karena tawaran yang diajukan orang ini. Hiks. Matilah aku sekarang. Bagaimana kalau lelaki itu seumuran kakeknya mbak Reina? Atau seperi eyangnya Mita yang genit itu?! Aku benar-benar mati Tuhaaannn…

“Iya. Aku mengerti, tampan,” sahutku pasrah. Apalagi? Perjanjiannya sudah sah dan kalau aku melanggar pasal dalam surat perjanjian itu, maka aku harus membayar ganti rugi 2 kali lipat. Uang darimana coba? Tujuanku menyetujui nikah-nikahan ini kan buat cari uang.

“Tampan?”

Hah? Aku mengangkat wajahku untuk melihat lelaki yang sekarang juga sedang memandangku sekilas. Apa? Apaan? Apanya yang tam…? Astagaaa. Ba-barusan aku bilang apaaaaa? Aduh, kenapa mulut dan otakku terlalu sinkron sampai-sampai yang aku pikirkan keluar begitu saja dari bibirku.

“Kau tadi bilang aku tampan?” ia mengangkat sebelah alisnya. Emaaakk, dia semakinn kelihatan tampan.

“Aku bilang begitu? Tidak. Tidak ada. Kau pasti salah dengar, hehe. Sana..liat ke depan. Lanjut nyetirnya. Ntar nabrak lho,” aku nyengir malu lalu cepat-cepat menempelkan wajahku ke kaca mobil. Tidak baik lama-lama melihat mukanya. Bisa-bisa aku beneran ber-Gangnam Style di mobil ini. Isshh, jangan sampai deh. Mau di taruh dimana mukaku?

Aduh, mobil ini bagus sekali ya. Aku mengelus-elus pinggiran dashboardnya. Katanya orang ini tadi asisten. Kalau mobil asisitennya sebagus ini, bagaimana boss-nya? Pasti lebih bagus. Benar-benar seperti mimpi. Aku dapat suami kaya masaaa. Meskipun pakai masa kontrak sih. Tapi lumayanlah. Lagian si tampan ini bilang, tidak ada keharusan kontak fisik kok. Jadi aku bebas dari tindakan grepe-grepe dari calon suamiku nanti. Serem kan.

“Mmhh, Pak…”

“Abi. Aku kan sudah bilang jangan panggil pak. Jadi panggil aku Abi saja, oke?” dia memotong ucapanku dan tersenyum. Aduh mak, aku heran kenapa si tampan ini tidak di rubungi semut. Senyumnya manis amat. Kalau diabetes bisa di sebabkan senyum yang manis begini, aku pasti sedah terserang diabetes akut sekarang.

“Oke pak Abimayu…” jawabku.

“Hah? Abimayu?” tanyanya heran.

“Memangnya bukan Abimayu? Biasanya yang namanya Abi itu nama lengkapnya Abimayu kan? Tetanggaku begitu. Dosenku juga di panggil Abi. Nama lengkapnya Abimayu Wardhana. Terus ada juga teman SMP-ku. Abimayu juga, terus…”

O ow…sepertinya aku kembali mengatakan hal yang bodoh dan tidak penting. Memangnya apa urusan segala macam Abi itu dengan Abi yang ini? Hiks. Kalau begini rasanya omongan Mita benar. Keahlian utamaku adalah mempermalukan diri sendiri. Aku sudah suskes melakukannya dua kali. Suatu pencapaiana yang, sayangnya, tidak patut di banggakan. Lagi-lagi aku menempelkan wajahku ke kaca mobil. Wahai bumi, telan aku…

Caramello Kiss-OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang