CHAPTER 34-1 - DESTROY THEM INSIDE OUT

2K 233 9
                                    

Javier





Jadilah kami kejar-kejaran dengan keempat orang psycho yang berada cukup jauh di depan kami sambil berharap Melissa dan Ernest yang pergi lebih dulu telah menemukan jejak.  Aku berusaha menahan rasa sakit yang menghantam kepalaku dan terus mengikuti mereka sampai ke sungai. Tunggu, mereka mengarah ke sungai?  

Aku menembus pohon-pohon yang tinggi dan jalanan yang cukup licin karena lumut. Aku melihat kabut mulai keluar dari rumah lego itu, bersiap melahap kami tanpa ampun seperti ombak yang menyerang pemukiman. 

"Semua, lari lebih cepat! Kabut mulai memenuhi rumah, lompati pagar!"

Aku lalu melompati pagar dan segera mengejar Mr.L dan anak buahnya yang tentu saja mengarah ke sungai. Aku tidak melihat apa yang terjadi di belakangku, tapi aku rasa mereka cukup bisa melewati kabut itu, karena aku masih dapat mendengar suara langkah kaki. Tentu saja aku sadar kalau suara langkah kaki itu adalah gabungan antara langkah kaki betulan dan langkah kaki mereka. Aku tidak mau bergaya-gaya saat menyebut mereka, karena saat ini aku sangat tidak ingin berurusan dengan roh-roh yang penasaran dengan apa yang kulakukan dan lebih parahnya, tertarik untuk ikut berada di sekitarku. 

Kupastikan diriku fokus dan tidak terpengaruh, tapi astaga, siapa sih yang bisa mengabaikan hantu pria tanpa kepala di depanku saat ini?! Hampir saja aku mengumpat, tapi kutelan bulat-bulat semua makianku itu, karena Carlo tiba-tiba berada di sampingku bagaikan malaikat penyelamat. 

"Aku tahu itu bikin kaget banget." Cowok itu berusaha menyamai langkahku dengan kecepatan yang mengagumkan. "Aku juga kaget tadi, dia muncul di sebelahku tahu." 

Hatiku lega mendengar ada orang yang sependapat denganku, karena aku bisa malu sendiri kalau ketakutan ketika sedang berada di depan cewek atau apalah. 

"Kadang aku bersyukur memiliki teman seperti kamu yang bisa melihat. Aku sudah hampir gila setiap pagi diganggu wanita di kamar mandiku itu." 

Aku mengingat-ingat peristiwa yang selalu membuat pagiku penuh dengan kejutan itu. 

Carlo mengangguk sambil membayangkan rupa hantu wanita berusia ibu-ibu yang selalu mengikutiku ke mana-mana selama di rumah itu. 

"Yah, dia memang nempel banget sama kamu, tapi dia nggak ganggu kok. Cuma mau jaga."

Entah aku harus lega atau malah menangis mendengar penuturan Carlo yang tenang, membuatku bersyukur memiliki teman sepertinya.

"Pokoknya, jangan dihiraukan, fokus aja dan baca doa." 

Aku mendengar suara Ethan dan Sam yang masih ngobrol entah soal apa, juga Pak Petrus yang menyumpah-nyumah karena bajunya yang sobek terkena ranting pohon yang cukup tajam.

Dalam lima menit, kami sudah berada di wilayah sungai. Aku nyaris terpeleset saat sampai di sungai, dan di sana aku melihat Mr.L berhenti dan berdiri dengan santainya, disertai para asistennya, Filly, Tracy, dan Salim. Aku melihat dua orang lagi di belakang, tapi tidak mengetahui siapa orang-orang itu. Aku menyuruh anak-anak untuk berhenti berlari dan waspada, karena aku melihat salah satu di antara para asisten itu memegang sebuah chainsaw yang sudah dinyalakan. Kalau sampai badan kita dimutilasi dengan ganas di sini, aku bakal langsung masuk Neraka karena sudah berbuat jahat sebelum mati.

Aku melihat tampang Mr.L yang tampak santai sekali. Di sebelahku, Pak Petrus berdiri dengan napas terengah-engah, dan aku sedikit terbujuk untuk menyuruhnya tenang.

"Ada apa ini?! Kok berhenti?!" kata Bri di belakang, disusul oleh Melissa yang muncul entah darimana bersama Ernest.

"Rupanya mereka kemari. Sengaja menjauh dari pemukiman."

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Where stories live. Discover now