CHAPTER 33 - MISSING HER TRACE

1.9K 236 8
                                    

JAVIER



"Gimana kalau kita persingkat saja. Apa motif kalian dibalik permainan hipnotis yang nggak masuk akal ini dan apa tujuan kalian sebenarnya? Karena yang kalian lakukan itu nyaris membuatku melepaskan jiwa pembunuhku," geramku sambil berusaha menahan emosi.

Sudah sekian belas menit lamanya aku berada di sini dan harus menghadapi ocehan tidak masuk akal mereka soal hipnotis, sejarahnya, cara pengaplikasiannya, dan beberapa testimonialnya dengan para pasien seakan-akan mereka adalah perusahaan sukses yang profitnya Aku sudah nyaris membacok kepala Mr.L dengan kapak yang ada di dekat pintu, tapi kutahan-tahan karena aku tahu aku masih membutuhkan si buncit minta mati ini dalam kehidupan hidup-hidup.

"Si bocah yang banyak berkorban tanpa disadarinya. Kamu salah satu yang memegang kunci terbesar, Javier Liem," kata Filly sambil tertawa kecil.

"Yah, Nyonya, kalau dampakku sebesar itu, aku tersanjung. Tapi saat ini, perkaramu dengan bosmu bukanlah perkaraku. Teman-temanku adalah tanggungjawabku saat ini. Jadi, hentikan semua yang telah kalian lakukan pada teman-temanku!"

"Kenapa sekarang meminta berhenti?" Kali ini Mr.L yang menyahut. "Bukankah kalian yang datang padaku sendiri?"

"Lebih baik Anda diam saja, manusia sok suci. Aku sudah tahu semua kebusukanmu. Daripada menghabiskan waktu untuk membela diri, lebih baik bertobatlah sebelum kamu masuk penjara."

Mr.L menggerutu. "Kenapa sih anak ini selalu menyebutku sok suci? Aku kan hanya memberikan mereka semua ketenangan batin dan membangkitkan apa yang selalu menjadi keinginan terpendam mereka."

"Keinginan terpendam?" Aku mendengus tidak percaya. "Itu semua di bawah kendalimu. Kamu yang menciptakan keinginan itu pada mereka. Kamu yang memperlakukan mereka seperti boneka."

"Sekali lagi, aku hanya memberikan mereka ketenangan batin, sehingga semua pikiran musnah dan hanya digantikan oleh sugesti-sugesti baik dariku."

"Membunuh orang kau sebut baik?" balas Ernest tidak percaya. "Rupanya, tetanggaku selama ini sinting."

"Sekarang, kalian menyebutku sinting. Padahal aku hanya berusaha melakukan yang baik," balas Mr.L tanpa sedikitpun kewarasan di perkataannya. 

Sam mendengus kesal. "Masih nggak sadar juga? Apa tinju akan membuat otakmu yang konslet itu kembali waras?"

Aku mendengar Mr.L menggeram kesal, tapi segera ditenangkan oleh Filly, asistennya yang menyebalkan, dengan serangkaian kata-kata manis yang membuatku harus menahan diri untuk tidak mengeluarkan isi perutku.

"Kalian ini sebenarnya sudah tahu motif kami, tapi pura-pura tidak tahu saja." Filly kemudian buka mulut. "Kalau begitu, kenapa tidak langsung melaporkan kami pada polisi? Kami sudah di depan mata, lho."

"Untuk ukuran orang dewasa, kamu payah banget bernegosiasi. Teman-temanku masih terperangkap dalam permainanmu. Setelah ini semua selesai, percayalah, aku bakal jadi orang pertama yang tersenyum bahagia ketika kamu berada dibalik jeruji," kataku, berusaha untuk sabar.

 Aku melihat perubahan ekspresi yang drastis pada wajah Filly. Wanita itu langsung berdiri dengan kasar dan berjalan menuju sebuah peti. Aku memerhatikan peti itu. Tidak besar, tapi cukup untuk memuat satu dua orang di dalamnya. Peti itu tampak berdebu dan jelas ada ukiran yang tidak aku ketahui di sisinya. Dia mengelus peti itu lalu berusaha membukanya. Tapi bukannya berusaha terus membuka, dia malah duduk di atasnya.

"Sebenarnya kami tidak bermaksud melakukan ini, tapi mau bagaimana lagi. Kami harus menjalankan tugas."

Tugas? Ada yang menyuruh mereka lagi? Oh, great , ini semakin ribet saja. Aku menggelengkan kepala dan maju beberapa langkah.

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang