CHAPTER 32 - END OF ANXIETY

1.8K 220 6
                                    


Sierra



Aku tahu tindakanku ini sungguh bisa diklasifikasikan sebagai tindakan bunuh diri, karena aku berusaha untuk pergi dari rumah itu untuk mencari Belle yang hilang entah ke mana, dan berpencar dengan anak-anak yang ada. Karena sejak tadi Ethan dan yang lain berdebat entah apa tujuannya, waktu semakin menipis. Tidak mungkin kan, aku membiarkan Belle lompat ke sungai saat kami sibuk berdebat, bisa-bisa aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri. 

Aku sempat menangkap mata-mata di ruangan tempat kami bertengkar dengan Salim dan Tracy, yang sama sekali tidak memperhatikanku. Aku melihat Carlo sedang berusaha untuk melumpuhkan Salim, dan  melihat Tracy yang kesakitan sedang berhadapan dengan Bri yang sepertinya sedang perang mulut dengan wanita itu serta dibantu oleh Melissa yang setengah hati membantu cowok itu, serta Ethan yang sedang berusaha memeriksa keadaan teman-teman kami di atas. 

Aku tahu, satu-satunya yang bisa kulakukan adalah mencari Belle. Cewek itu mendadak tidak terlihat. Karena takut sesuatu terjadi padanya, aku ingin segera mencari dan memastikan kalau dia baik-baik saja. Yang benar saja, dia itu sepupuku yang terdekat dan papanya sudah berpesan padaku dan Sam untuk memastikan kalau anak perempuan satu-satunya yang dititipkan tidak terluka sedikit pun.

Jadi, saat Ethan, Carlo, Melissa, dan Bri menoleh ke arah yang lain, diam-diam aku melewati pintu segitiga aneh yang menghuni rumah lego itu, lalu keluar dengan mengendap-endap dan menjauh dari sana. Aku sadar, mungkin Tracy atau Salim melihatku, tapi aku yakin mereka tidak bakal menjerit dan sebagainya karena mereka sedang diserang. Jadi dalam satu menit, aku sudah berada di luar pagar rumah itu untuk mencari Belle.

Aku akui, mencari seseorang saat keadaan sedang genting dan cuaca sedang tidak mendukung sangatlah tidak menyenangkan. Dengan kondisi fisik yang serba kekurangan dan kabut yang menghalangi pemandangan, pekerjaan ini bakal menjadi lebih sulit. Sambil sesekali menoleh ke belakang untuk memeriksa keadaan, aku berjalan pelan mendekati jalan setapak yang mengarah ke danau.

Aku bersumpah, bulu kudukku berdiri sekarang. Tentu saja aku takut dengan kemungkinan makhluk halus yang bakal menemuiku secara mendadak, lalu membuatku pingsan dan diambil oleh Mr.L lalu dijadikan tumbal untuk ritual sekte anehnya, tapi ini bukan saat yang tepat untuk ketakutan. Aku berusaha untuk menarik napas sambil tetap berjalan, mengabaikan suara-suara menganggu seperti batu yang dilempar ( aku bahkan tidak ingin tahu siapa yang melemparnya), dengan menaikkan tudung jaketku, saat aku mendengar sebuah suara yang familiar, yang membuatku langsung menoleh ke arah suara itu.

Sosok Belle tampak lusuh dengan luka yang parah di sekitar tangannya, dan luka itu tampaknya sangat menyakiti Belle. Dari jauh, aku tidak melihat adanya pengaruh hipnotis yang menguasai cewek itu, jadi dengan keberanian yang entah kudapat darimana, aku mendekati cewek itu dengan cepat. Semakin dekat, aku semakin ingin memeluknya, memberitahunya  bahwa semuanya akan baik-baik saja, karena melihat wajahnya yang ketakutan, aku tahu benar kalau sesuatu telah terjadi dengannya.

Berada tepat di depan wajahnya, aku melihat adanya bekas air mata yang mengering dan mata yang merah, selain itu, darah mengalir segar dari dalam mulutnya.

"Belle," ujarku sambil memeluk sepupuku itu, yang dibalas dengan isakan tangis yang menyakitkan hati.

"Aku benar-benar  tidak mau melakukan hal ini, Sier. Aku tidak mau mengalaminya."

Ada sesuatu yang aneh dari Belle saat dia mengatakan hal itu. Seperti takut akan sesuatu. Raut wajahnya terlihat sedih, tapi tingkat kesedihannya seakan melebihi rata-rata. Aku bisa melihat tubuhnya bergetar hebat, entah berusaha menahan rasa sakit atau sedang ketakutan. Aku mengangguk sambil mengelus punggungnya, menenangkannya.

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Where stories live. Discover now