CHAPTER 25 - THE BLINDY ATTACK

2K 232 9
                                    


Sierra



Aku sedikit senang mendengar keputusan Ethan, tapi juga khawatir. Cowok itu menyuruh Belle berdiri didekatnya, berdampingan denganku yang diam-diam merasa bersalah karena tingkat kepoku yang bisa saja menyeret orang lain ke dalam masalah. Aku tidak berharap ada adegan dramatik seperti yang ada di film-film, membuka pagar dengan penuh hati-hati dan gerakan slowmo yang menambah poin dramatis (tidak ada gunanya membuka pagar pelan-pelan, pagar itu tidak akan menolongmu kalau kau mampus).

 Aku langsung membuka pagar dan tetap menjaga agar pagar itu terbuka. Aku melihat Belle membuat suara-suara menjengkelkan, yang pasti bakal membuatku keluar dan mulai mengata-ngatainya kalau aku menjadi pemilik rumah. Ethan ikut membantunya, dan mereka kelihatannya terlatih sekali melakukan ini. Aku tidak tahu apakah mereka sudah terbiasa merusak rumah orang, seperti Belle, yang menurut ceritanya sering banget terlibat dalam vandalisme ringan selama bersekolah dan berteman dengan teman-teman satu gengnya yang nakal di Amerika sana, tapi si tukang kebun langsung  muncul dari balik rumput. Tampang marah terlihat dari wajahnya. Si tukang kebun mendekati kami dan mulai menyumpah-nyumpah.

"Demi Tuhan, apa sih yang kalian mau? Kenapa kalian nggak henti-hentinya menerorku?! Mau minta apa lagi kali ini?!" bentak si tukang kebun kasar.

"Pak, maaf sebelumnya, kita cuma mau ngomong sebentar, dan ini cukup penting," kataku berusaha tenang.

Si tukang kebun rupanya tidak bisa tenang. Dia masih tetap marah seperti saat dia menyambut kita tadi.

"Apa lagi?! Kemarin belum cukup banyak?!"

Ethan mendekati si tukang kebun dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku dengar. Tapi tampang si tukang kebun langsung pucat. Tidak hanya pucat, sepertinya beliau juga sedikit marah. Aku melihat tangannya yang langsung mengepal. Melihat itu, Ethan langsung maju ke sampingnya. Aku dan Belle memutuskan untuk mundur saja. Aku masih mencoba mencari tahu apa yang dikatakan Ethan pada si tukang kebun, tapi aku tidak bisa.

"Apa yang mereka omongin, Sier?" tanya Belle disampingku dengan wajah pucat.

Aku menggelengkan kepala. "Aku nggak tahu, Belle. Barangkali itu bisa membuat kita lebih cepat mendapat informasi."

"Tapi, muka si tukang kebun langsung berubah aneh. Aku benar-benar..."

Lalu mendadak kabut yang amat tebal keluar dari seluruh sisi rumah. Kabut yang begitu tebal dengan warna keunguan, dan aku bersumpah kabut itu dapat membutakanku dalam hitungan menit kalau aku tidak segera kabur dari sini.

 Aku menarik napas kaget, dan langsung menggandeng Belle supaya berada dekat denganku. Ethan yang menyadari itu langsung mundur selangkah, dan lucunya, dirinya ikut menarik tukang kebun itu. Seandaikan kami semua terperangkap, sang maestro dibalik perangkap ini bakal geli banget melihat tukang kebunnya ikut kena perangkap. Kabut itu keluar semakin banyak, semakin tebal sehingga pandanganku mulai terhalang. Aku mencoba mundur karena  tahu letak pagar. Aku bisa memegang pagarnya, hanya tinggal selangkah lagi sampai aku bisa meninggalkan rumah ini. Tapi tidak, teman-temanku masih di sana. Aku berusaha memanggil Ethan, yang tidak lagi aku lihat. Sialan, apa kami terjebak?

Seakan itu belum cukup, Belle mendadak melepaskan tangannya dariku.

"Belle! Jangan lepaskan tanganmu!" teriakku panik.

Aku masih tetap memegangi pagar. Aku berharap Belle bisa kembali padaku, terus membuat keributan sehingga cewek itu sadar total dan bisa menemukanku.  Aku mendengar suara Ethan  yang berteriak memanggil namaku, tapi aku tetap tidak bisa menemukannya. Yang terpenting adalah tanganku yang lain masih memegang pagar. Seandainya tiba-tiba aku dirasuki roh Hulk, pagar itu bisa lepas dari sana dan bisa kulemparkan pada siapapun yang berniat mengerjai kami saat ini. Bakal kupastikan tubuhnya penyet tidak bersisa.

TFV Tetralogy [3] : Lego House (2014)Where stories live. Discover now