Part. 3 - A Horny Rainbow

294K 8K 77
                                    

Konten dalam cerita ini dilindungi oleh Undang-undang yang berlaku. Plagiat akan dipidanakan.

Promo POHON SERIBU BANGAU

Happy Reading ^_^

♡♡♡

Hari ini Pelangi berencana akan menemui bagian administrasi kampusnya. Ia ingin berkonsultasi dengan pegawai yang menangani beasiswa atau semacamnya dengan harapan bisa memberinya bantuan dalam masalah yang sedang dihadapinya kini.

Kedua kakinya yang terbalut dengan sepatu kets made in kota Bandung melangkah menyusuri koridornya yang panjang.

30 menit yang lalu seorang wanita bernama ibu Sriani yang biasa mengurusi administrasi pembayaran mahasiswa memberitahu agar Pelangi menemui pak Dewo saja. Karena pak Dewo-lah yang selama ini menangani beasiswa Pelangi yang dibayarkan oleh partai sialan itu.

"Pak Dewo-nya sedang tidak ada ditempat mbak." Jawab seorang wanita yang menempati sebuah meja didepan ruangan yang bertuliskan Dewo Priambodo dipintunya.

"Jam berapa pak Dewonya kembali ya mbak?" Tanya Pelangi dengan sedikit resah.

Ya ampun! Tentu saja ia resah, karena 15 menit lagi adalah jam kuliahnya Mr. Cullen a.k.a Mr. Killer. Bisa bahaya kalau Pelangi sampai terlambat masuk kelas.

"Mbak tunggu aja, sebentar lagi pak Dewo-nya balik. Kebetulan beliau harus mengajar kelas administrasi sebentar lagi."

"Ehg..." Kini Pelangi benar-benar bimbang. Antara tetap menunggu atau langkah seribu menuju kelas Mr. Killer.

"Mbak tunggu aja, barusan ada sms dari pak Dewo, beliau sudah ada digerbang kampus." Kata wanita itu.

Pelangi hanya mengangguk dengan perasaan tak yakin. Dua-duanya adalah prioritas yang sama penting. Tidak tahu harus mengorbankan yang mana.

"Saya tunggu mbak." Kata Pelangi lalu melangkah mendekati sebuah kursi dan duduk.

Semoga Mr. Killer nggak nonggol dikelas hari ini. Hanya itu doanya dalam hati.

♡♡♡

Dentuman musik yang menghentak memenuhi tempat yang disebut dengan diskotik ini.

Bau alkohol dan rokok hampir tercium disetiap sudut ruangan.
Manusia dari segala kalangan dan profesi tumpah ruah disini. Pria dan wanita berbaur dengan intimnya tanpa rasa malu.

Sore tadi Pelangi mengiyakan ajakan Stella, salah satu teman sekelasnya yang sedang berulang tahun.

Awalnya Pelangi enggan untuk memenuhi undangan itu. Tapi setelah kejadian pagi tadi diruangan pak Dewo, alangkah lebih baik jika Pelangi bisa menemukan pelampiasan atas kekecewaannya itu.

Mungkin dengan berdansa mengikuti iramanya yang cepat bisa melegakan sesak didadanya.

Pak Dewo yang sudah ditunggunya hampir selama 1 jam itu akhirnya muncul juga.
Setelah menceritakan permasalahannya dengan seseorang yang diyakini Pelangi bisa memberikan solusi malah membuatnya harus menelan pil pahit.

Pak Dewo tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang dari awal, Pelangi bukan mahasiswa program beasiswa yang diadakan dari kampusnya.

Partai yang memberikan beasiswa pada Pelangi itu merupakan program yang tidak pernah bekerjasama dengan pihak universitas sebelumnya.

Dan poin pentingnya adalah...
Tetap membayar uang sisa semester.

"Minum apa loe?" Tanya Irene, mahasiswa perantauan dari Medan.

"Apa aja Ren." Sahut Pelangi. Ia sendiri juga tidak tahu harus memesan apa.

"Ya udah. Gue pesenin ya." Balas Irene lalu beranjak menuju meja bartender.

Virgin For SaleWhere stories live. Discover now