Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          	
          	Kemarin malam Zenal datang bersama keluarganya. Kebetulan mereka diundang orang tua Taki, sebab kami mengadakan perayaan kecil sebagai peringatan hari kelahiran Taki. Kami hanya makan malam bersama, dengan menu yang sederhana.
          	
          	Malam itu, entah mengapa Zenal nampak menjadi pendiam. Dia tidak banyak bicara kepada Taki, dan hanya makan dengan tenang. Hingga setelah acara makan selesai, Zenal menarik Taki dari tengah keramaian. Membawa Taki menuju teras belakang.
          	
          	"Kenapa, Nal?" heran Taki. Tak biasanya Zenal tidak berani menatap Taki. Anak itu memalingkan wajahnya ke arah tanaman milik papa.
          	
          	"Tunggu di sini sebentar," ujar Zenal. Kemudian dia pergi. Membuat Taki kebingungan.
          	
          	Sebenarnya ada apa dengan Zenal?
          	
          	Lantas, Taki duduk pada sebuah kursi rotan tua. Menunggu Zenal yang entah pergi kemana. Setelah beberapa saat kemudian, barulah lelaki itu muncul. Dia seperti membawa sesuatu di balik punggungnya.
          	
          	"Ini buat Taki." Zenal menyodorkan sebuket bunga mawar putih. Memberikannya kepada Taki.
          	
          	Begitu harum dan segar, Taki memang suka mawar putih. Taki terkejut dibuatnya, hingga rasanya jantung Taki seperti meloncat kegirangan. Dari sisi atas buket, Taki lihat ada selembar kartu ucapan yang tertancap. Tercetak tulis tangan Zenal yang berantakan di sana. Dia mengucapkan selamat ulang tahun dengan tinta.
          	
          	Baru kali ini Zenal melakukan hal yang mengejutkan.
          	
          	Taki tak menyangka jika Zenal akan memberi Taki sebuket bunga. "Terimakasih, Zenal. Taki suka hadiahnya," ucap Taki. Lagi-lagi mengendus aroma bunga.
          	
          	"Zenal sayang Taki."
          	
          	Lantas setelah itu, Zenal berbalik badan. Dia menegang. Dan, beranjak begitu saja.

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Kemarin malam Zenal datang bersama keluarganya. Kebetulan mereka diundang orang tua Taki, sebab kami mengadakan perayaan kecil sebagai peringatan hari kelahiran Taki. Kami hanya makan malam bersama, dengan menu yang sederhana.
          
          Malam itu, entah mengapa Zenal nampak menjadi pendiam. Dia tidak banyak bicara kepada Taki, dan hanya makan dengan tenang. Hingga setelah acara makan selesai, Zenal menarik Taki dari tengah keramaian. Membawa Taki menuju teras belakang.
          
          "Kenapa, Nal?" heran Taki. Tak biasanya Zenal tidak berani menatap Taki. Anak itu memalingkan wajahnya ke arah tanaman milik papa.
          
          "Tunggu di sini sebentar," ujar Zenal. Kemudian dia pergi. Membuat Taki kebingungan.
          
          Sebenarnya ada apa dengan Zenal?
          
          Lantas, Taki duduk pada sebuah kursi rotan tua. Menunggu Zenal yang entah pergi kemana. Setelah beberapa saat kemudian, barulah lelaki itu muncul. Dia seperti membawa sesuatu di balik punggungnya.
          
          "Ini buat Taki." Zenal menyodorkan sebuket bunga mawar putih. Memberikannya kepada Taki.
          
          Begitu harum dan segar, Taki memang suka mawar putih. Taki terkejut dibuatnya, hingga rasanya jantung Taki seperti meloncat kegirangan. Dari sisi atas buket, Taki lihat ada selembar kartu ucapan yang tertancap. Tercetak tulis tangan Zenal yang berantakan di sana. Dia mengucapkan selamat ulang tahun dengan tinta.
          
          Baru kali ini Zenal melakukan hal yang mengejutkan.
          
          Taki tak menyangka jika Zenal akan memberi Taki sebuket bunga. "Terimakasih, Zenal. Taki suka hadiahnya," ucap Taki. Lagi-lagi mengendus aroma bunga.
          
          "Zenal sayang Taki."
          
          Lantas setelah itu, Zenal berbalik badan. Dia menegang. Dan, beranjak begitu saja.

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Beberapa waktu lalu, Taki mendapat kabar dari teman Taki yang lain jika, Zenal sudah memiliki seseorang pacar.
          
          Taki agak terkejut mendengarnya, sebab Zenal tidak pernah memberitahu Taki apapun tentang perempuan. Taki merasa sedikit kecewa. Bukankah Taki juga temannya, tetapi mengapa Zenal tidak bercerita apapun pada Taki.
          
          Hingga suatu hari, Taki memutuskan untuk bertanya langsung kepada yang bersangkutan. Kala itu, kami sedang bersantai di rumah Zenal. Ya, Taki yang berkunjung ke kediamannya kali ini. Karena Zenal sudah tidak datang ke rumah Taki selama beberapa waktu. Entah, Taki kira mungkin karena Zenal sudah memiliki pacar.
          
          "Kamu kan mau dijodohin sama ibu. Jadi, aku juga mau nyoba nyari pacar," kata Zenal.
          
          Taki tidak terlalu mengerti, mengapa Zenal berkata begitu. Padahal, Taki sama sekali tidak ingin dijodohkan. Juga, kenapa Zenal harus mencari pacar dengan alasan Taki yang dijodohkan?
          
          "Kenapa Zenal gak beri tahu Taki soal pacar Zenal?" tanya Taki. "Padahal kan, Taki temennya Zenal. Iya kan, Nal?"
          
          "Ki, sekarang aku udah gak pacaran lagi."
          
          Taki mengernyit. "Putus?"
          
          Zenal mengangguk. Dia meneguk air sedikit, lantas melirik Taki. "Ternyata aku emang gak suka siapa-siapa," katanya. "Aku udah coba terima perempuan yang katanya suka aku, tapi rasanya dia asing, Ki."
          
          "Zenal, kamu terlalu terburu-buru. Mungkin sekarang asing, tapi nanti enggak. Kamu cuma perlu beberapa waktu buat jadi dekat."
          
          "Maksudnya, Taki mau Zenal bareng perempuan itu lebih lama lagi?"
          
          Taki mengangguk.
          
          "Taki mau Zenal pendekatan sama perempuan itu?"
          
          Taki mengangguk lagi.
          
          "Taki ... Kamu gak ngerti."

nusa_nr

@ Takoya_taki  JIAAAAKHHH TAKI LUCU AMAT LOOOO
Reply

Takoya_taki

Zenal merosot. Dia hampir tenggelam dalam sofa. Maniknya menonton televisi tanpa berbinar. "Zenal gak suka perempuan itu," gumam Zenal. Dia berakhir dengan berbaring. Memeluk sebuah bantal mungil. "Zenal suka Taki."
            
            Lantas Taki memergoki kedua retina Zenal yang menyoroti Taki. Dia seolah tak main-main dengan ucapannya. Membuat Taki menjadi membuang helaan nafas sesaat.
            
            Itu bukan pertama kalinya Zenal berkata begitu. Dia selalu bilang suka setiap kali memiliki kesempatan. Zenal selalu menggoda Taki. Dia tidak bisa jika tidak jahil walau hanya sehari.
            
            "Taki tahu--"
            
            "--Zenal serius, Ki."
            
            Taki menghela lagi. Sedangkan Zenal bangkit dari pangkuan sofa. Dia melempar bantal ke lantai. Zenal duduk bersila menghadap Taki, maniknya tak berhenti memaku atensi. Membuat Taki merasa grogi.
            
            "Tolong terima Zenal jadi pacar Taki."
            
            Wajahnya mulai memancarkan warna merah. Baru kali ini Zenal terlihat merona sekepala. Taki lihat, tangannya juga gemetar. Zenal segera menunduk ketika Taki mematutnya.
            
            Rasanya, ingin sekali Taki tertawa. Sebab Zenal nampak bak seekor kucing yang menciut. Pergi ke mana Zenal cerah yang biasanya?
            
            Taki memposisikan jemari di hadapan kening Zenal. Lantas menyentil nya sekali. Nampak Zenal menjadi bingung dengan ulah Taki. Akan tetapi, dia kembali memalingkan wajahnya. Zenal menghindari Taki.
            
            "Taki terima," kata Taki. Segera meraih tas selempang dan berdiri. Taki hendak pergi. Rasanya akan lebih baik jika Taki membiarkan Zenal sendiri.
Reply

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Sudah beberapa hari ini Taki mendapat teguran juga protes dari tuan manager. Beliau menyalahkan Taki atas kerugian yang dialami perusahaan. Beliau bilang, Taki juga tidak benar dalam melakukan pekerjaan. Katanya, jika ditotalkan, mungkin Taki tidak akan mampu untuk membayar kerugiannya.
          
          Padahal kan, bukan hanya Taki seorang yang bekerja di sini.
          
          Yang lainnya tidak bersalah. Hanya Taki saja. Yah, Taki pikir begitu. Memang Taki lah yang tidak becus dalam bekerja. Namun, kenapa tuan manager juga menyalahkan Taki atas hal yang bahkan tak Taki kerjakan? Jelas-jelas dia tahu siapa yang melakukan kesalahan, tetapi kenapa malah Taki yang dimarahi?
          
          Tuan manager, sepertinya anda hanya tidak menyukai saya.
          
          Sebab sudah bersusah-payah menahan ledakan kekesalan dan kecewa selama beberapa hari, kemarin malam Taki menangis. Ya, Taki memang cengeng. Sampai-sampai Zenal yang sedang mengendarai motornya terganggu. Dia bertanya apakah Taki sakit, sedang sedih, apa masalah yang memicu air mata Taki.
          
          Tidak Zenal, Taki tidak sakit. Melainkan sedih, hanya sedikit kesal mendengar perkataan buruk dari orang lain.
          
          Waktu itu Taki tidak dapat menjawab pertanyaan Zenal. Taki hanya mampu terisak saja. Hingga Zenal memutuskan untuk membawa Taki pulang ke rumahnya saja. Toh, di kediaman Taki sedang tidak ada siapa-siapa. Dia tidak mau jika Taki sendirian.

Takoya_taki

Zenal membiarkan Taki menangis begitu lama. Padahal kan, seharusnya dia menghibur Taki. Taki begitu malu disaksikan orang tuanya Zenal. Mereka heran dan khawatir melihat Taki terisak-isak.
            
            Setelah beberapa saat, akhirnya Taki menceritakan semuanya pada Zenal. Teman Taki itu hanya mendengarkan tanpa berkomentar. Dia malah menyeka ingus Taki dengan tissue. Zenal juga memberikan segelas air hangat, meminta Taki untuk meminumnya sedikit. Dia merentangkan tangannya.
            
            "Sesekali, kamu perlu dipeluk," katanya. Tetapi Taki menggeleng. Taki tidak mau. "Gak apa, Ki. Kamu kan lagi sedih. Capek, lagi," katanya lagi. "Biar orang itu bilang apa, kamu gak perlu peduli. Aku tahu, kamu udah berkorban banyak hal buat perusahaan. Kerugian perusahaan, bukan salah kamu. Taki itu hebat, iya kan?"
            
            "Hebat apa?"
            
            "Hebat, keren lagi. Soalnya bisa kerjain tugas yang berat dan banyak. Zenal iri sama Taki yang selalu perfeksionis soal kerjaan, selalu rela datang lebih awal dan pulang paling terakhir." Zenal mencuri atensi Taki. Dia menatap Taki lekat-lekat. "Gak apa sedih hari ini. Tapi kalau Taki belum berani bela diri sendiri, biar Zenal yang bantu jelasin ke manager."
            
            "Tapi kamu gak kenal manager. Tempat kerja kita kan beda."
            
            "Gampang, tinggal kenalan aja. Biar Zenal sentil sekalian, masa salahin Taki mulu?"
            
            "Zenal--"
            
            "Taki, kalau ada masalah tuh, jangan disimpan sendirian terus. Zenal ada, buat Taki."
            
            Zenal memang baik. Dia lelaki yang terbaik yang Taki temui. Tidak hanya pelukan penenang, Zenal juga memberi Taki perkataan yang menyenangkan untuk didengar. Dia memberi Taki semangat dengan kalimat lembutnya.
            
            Zenal, terimakasih. Taki sayang Zenal teramat sangat!
Reply

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Taki sedang merasa tidak baik saat ini. Sebab tangan dan kedua kaki Taki terluka. Beberapa jam lalu Taki terjatuh di jalanan sekitar rumah Jaenal. Taki tersandung sandal, lalu jatuh dan hampir tertabrak motor. Huuh, semua jajanan Taki berhamburan. Dan, Jaenal melotot terkejut menyaksikannya.
          
          Dia membeku sesaat, kemudian dengan cepat membantu Taki untuk bangkit. Jaenal tidak menghiraukan jajanan Taki yang berharga. Dia bilang, buang saja. Uh, Taki ingin menangis. Hampir setengah jam Taki menunggu jajanannya siap. Lalu, hanya terbuang begitu saja tanpa dicicipi.
          
          "Diam, jangan banyak gerak." Jaenal menyuruh Taki duduk diam di sofa rumahnya. Dia pergi ke luar. Entah ke mana.
          
          Lalu, tak berselang lama dia kembali bersama ibunya. Ibunya Jaenal nampak khawatir. Padahal, rasanya Taki baik-baik saja. Hanya terluka gores di tangan dan kedua lutut saja. Yah, walau mengeluarkan sedikit darah dan terasa nyeri, tetapi Taki yakin lukanya tidak parah.
          
          Taki diberi Jaenal segelas air dingin untuk minum. Sedangkan dia dan ibunya membantu membersihkan luka Taki. Mereka baik sekali.
          
          Taki sayang kalian, pokoknya!
          
          "Haduh, adek kenapa bisa jatoh gini, Nal?!" Ibunya Jaenal bertanya. Beliau membantu Jaenal memasang kasa di telapak tangan Taki.
          
          "Kayaknya kesandung, Ma."
          
          "Kok kayaknya? Kamu gak jagain adek ya, Nal?!" Ibunya Jaenal mengerutkan dahi. Menatap Jaenal, menghakiminya. "Lihat, tangan sama kaki adek luka. Kulitnya ngelupas sampai berdarah!" omelnya. "Udah tahu jalan lagi rame, pada agustusan. Gimana kalau adek beneran ketabrak motor?"
          
          Jaenal tidak menjawab. Dia menatap Taki dengan penyesalan. "Maafin Enal, Ki," katanya.
          
          Taki mengangguk. Sebenarnya tak enak mendengar Jaenal dimarahi. Karena memang, Taki lah yang ceroboh. Tidak berhati-hati ketika berjalan. Setelah ini, Taki benar-benar harus memerhatikan jalanan. Taki tidak mau jatuh lagi. Rasanya begitu perih!

itsgrafiaa

@Takoya_taki  Semoga lekas sembuh taki~♡ Senang melihat Jaenal menjaga kamu dengan baik.
Reply

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Ah, sekarang ini Taki sedang menghela nafas!
          
          Sejak beberapa hari lalu, ibunya Taki ingin sekali jika Taki berkenalan dengan anak dari temannya. Bukan hanya itu, beliau juga ingin Taki berhubungan baik, dalam artian 'pendekatan' dengan anak lelaki temannya. Ugh, kalau mengarah pada pertemanan, Taki mau saja. Namun ibu bilang, ternyata anak lelaki temannya itu, memiliki rasa suka kepada Taki!
          
          Ugh, kenapa?!
          
          "Kakak memang sudah punya pacar?" Kala itu ibu Taki bertanya. Ini adalah pertama kalinya ibu bertanya soal pacar.
          
          "Ada," jawab Taki sekenanya.
          
          Ibu malah menghela. Posisi kami saat itu sedang bersantai malam. Taki sedang nonton sembari memakan camilan. "Zenal bukan pacarnya kakak. Ibu tau, kakak gak punya pacar," kata ibu.
          
          Ya, memangnya siapa yang bilang jika makhluk emosian itu pacar Taki?
          
          Jaenal, juga ada bersama kami. Saat itu dia datang karena diundang papa. Para pria hendak berbicara soal kolam ikan buatan. Jaenal yang sedang menonton bersama kami, dia langsung menolehkan kepalanya. Dan, tiba-tiba saja terkekeh pada ibu Taki.
          
          "Bu, Taki mah gak mau pacaran," celetuknya. "Dia kan, sukanya orang Korean. Iya gak, Ki?" Dia menyenggol lengan Taki. Dan Taki mengangguk setuju.
          
          "Kalau Zenal, suka Taki gak?"
          
          Jaenal terkekeh lagi mendengar pertanyaan ibu. "Suka lah, Bu!" ujarnya.
          
          "Kalau Taki ibu jodohin, gimana?"
          
          "Sama Zenal, Bu?" Jaenal menunjuk dirinya sendiri. "Ya, mau lah!"
          
          Sontak saja Taki menolehkan kepala. Mereka itu ribut sekali. Ibu dan Jaenal ini, sebenarnya mereka kenapa sih? Masa, malam-malam begini mengobrol hal yang aneh.
          
          "Bukan sama Zenal. Anaknya teman ibu, dia suka sama Taki."
          
          "Loh?"
          
          "Iya, Nal. Anaknya baik banget, ganteng, taat beribadah, lagi."
          
          "Zenal gak setuju Taki dijodohin gitu!"

Areach_01

@ Takoya_taki  Taki, Zaenal suka kamu tuh hehehehe
Reply

Felix_via

@ Takoya_taki  Jeongwoo buat aku aja taki
Reply

Takoya_taki

Taki terkejut sedikit. Zenal mendadak meraih tangan Taki. Padahal, Taki kan hendak menyuap keripik pisang.
            
            "Anak ini harusnya milih pasangan sendiri. Ibu, Taki masih kecil, jadi gak boleh pacaran!" kata Jaenal. "Bilang aja ke orang itu, Taki nolak. Pokoknya Zenal gak izinin."
            
            Lantas, Taki diseret Jaenal ke luar rumah. Kami duduk di teras. Katanya, sembari menunggu papa datang. Jaenal, dia menatap tanaman di depan. Diam untuk sesaat. Hingga kemudian, bibirnya kembali berkata. "Emangnya, aku kurang baik, kurang ganteng?" Jaenal berbicara, tapi tidak menatap Taki seperti biasanya. Dia hanya memperhatikan dedaunan saja.
            
            "Hum?"
            
            "Kalau kamu gak suka orang itu, jangan dipaksain. Tolak aja."
            
            "Enal, Taki gak peduli. Taki belum mau punya pacar."
            
            "Jangan bilang gitu terus. Nanti kamu terlalu senang sendirian. Terus, gak mau punya pacar selamanya."
            
            Taki tertawa kecil. Jaenal itu selalu khawatir jika Taki akan sendirian. Sebab, teman-teman yang lain sudah punya pasangan. "Kalau nanti Enal punya pacar, Taki juga bakal cari pacar, deh!"
            
            Tangan Jaenal malah menepuk jidat Taki. "Gak gitu, ego!"
            
            Lalu, setelah malam itu berlalu, di pagi hari Taki teringat dengan mimpi yang baru saja Taki alami. Taki bermimpi, soal segerombolan orang yang datang ke rumah. Mereka ingin melamar Taki untuk anaknya. Dan, kalian tahu, anak yang ingin melamar Taki adalah Park Jeongwoo!
            
            Uh, untung hanya mimpi. Kalau tidak, mana bisa Taki menerima lamaran dari anak selucu Jeongwoo. Dia kan, akan lebih gemas jika menjadi bayinya Taki saja.
            
            Sudah deh, begitu saja curhatnya. Sebentar lagi Taki harus bekerja. (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)
Reply

Areach_01

Takiiiiiii, apa kabar? Gimana keadaanmu, sehat?
          
          Lama gak ada update dr Taki jadi kangen. Kangen berbalas komentar atau sekedar memberi vote dan baca karyamu. Semoga Taki yg sibuk ini sehat dan semangat terus ya. ♥️

Takoya_taki

@ Areach_01  Hi, Aira! Hm, karena Taki tidak tahu pasti nama kamu, jadi Taki panggil Aira saja, ya?
            
            Hari ini Taki baik, sangat baik. Lalu, bagaimana dengan kamu? Sebenarnya, Taki juga rindu memposting cerita. Hanya saja, rasanya akhir-akhir ini dunia nyata menjadi sedikit memusingkan. Oh, Taki tidak begitu sibuk, kok! Lihat saja, sebentar lagi Taki akan membawa sesuatu. Sampai jumpa, Aira (⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ
Reply

yukishu

Halo taki, mau tanya book hjw yg entahlah udah ditakedown kah??? ☹☹

yukishu

@ Takoya_taki  yah sayang banget , padahal aku suka banget sama buku itu. Siap menunggu kalau begitu. Salama kenal juga Taki 
Reply

Takoya_taki

@ yukishu  Hi, Yuki. Taki di sini. Buku Taki yang satu itu, sayangnya Taki tarik kembali karena suatu alasan. Maaf ya. Mungkin, nanti akan dipublikasi ulang setelah dirombak. Ah ya, salam kenal (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
Reply

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Kala itu, Taki ikut Jaenal ke kedai milik temannya. Katanya, dia diundang untuk merayakan hari pertama kedai itu buka. Ada banyak sekali orang di sana. Namun, kebanyakan dari mereka adalah--katanya, kaka tingkat kami. Ya, walaupun sebenarnya Taki sama sekali tidak familiar dengan mereka.
          
          Ketika Taki duduk bersama mereka, rasanya kecanggungan menyergap Taki. Itu karena, lingkungan yang luar biasa asing bagi Taki. Banyak perempuan yang mengobrol sana-sini, para lelaki yang juga ikut ramai. Ditambah, beberapa pasang mata menuju Taki, seakan mereka hendak menyerbu Taki.
          
          "Enal, tolong jangan tinggal Taki lama-lama!" Taki memohon dalam hati. Sebab sejak Taki duduk, Jaenal malah pergi menemui temannya di depan sana. Mereka asyik sekali mengobrol. Taki pikir, jika hanya untuk ditinggal saja, kenapa Jaenal mesti ajak Taki?
          
          "Ini yang datang sama Zenal kok, diem aja sih?" Seseorang berambut panjang mencolek lengan Taki. Dia cukup cantik, senyumnya yang pink pun nampak manis. Perempuan itu menyebut Jaenal dengan Zenal. Pakai huruf Z. Ya karena, memang seperti itulah ejaan asli nama teman dekat Taki itu.
          
          "Lu gak kenal gua, ya?" Perempuan itu bertanya, sebab Taki hanya tersenyum saja. "Padahal, gua sering liat lu, bareng Zenal terus. Kayak anak sama bapak tau, gak?"
          
          "Oh ya? Itu mungkin karena badan saya kecil?" Taki menyahuti perempuan itu. Dia menganggukkan kepala. "Zenal sering bilang, lu itu si mungil," katanya. "Dan ternyata emang bener ya, rumornya. Lu, kalo ngomong pasti formal. Baku banget." Dia terkekeh, tapi bukan mengejek Taki.
          
          "Ah, iya. Memang seharusnya begini."
          
          

Takoya_taki

"Lu tau abang-abang itu?" Si perempuan menunjuk ke seorang lelaki berkemeja. Yang tengah berjalan menuju tempat kami. "Katanya, dia naksir lu."
            
            Sontak saja Taki terkejut. Apalagi ketika lelaki yang sedang dibicarakan ikut bergabung. Dia menyapa Taki, lalu memberi Taki segelas es kopi. Taki menelan ludah, sembari berusaha untuk tersenyum kepadanya. Ah, kenapa juga perempuan ini bergosip hal aneh. Taki kan, jadi semakin canggung.
            
            "Diminum ya, biar seger," ujar lelaki itu.
            
            Taki mengangguk. Lantas, menyentuh permukaan gelas yang berembun. Hendak meneguknya sedikit untuk menghargainya. Namun, kala Taki mengangkat gelas itu dari meja, Jaenal yang entah sejak kapan datang malah merebutnya. Dia meminum setengah gelas sekaligus. "Seger!" ujar Jaenal. Dia ikut duduk bersama kami. Dan, tidak mengembalikan es kopi milik Taki. "Gak boleh minum kopi, ya. Anak ayam minum air putih aja." Dia memberi Taki jus--entah buah apa.
            
            "Ini jus, bukan air putih, Enal," sanggah Taki.
            
            "Iya. Minum ini aja. Kalo ngopi, nanti kamu insomnia," omelnya pada Taki. Lantas, tidak membiarkan Taki menyicipi es kopi yang nampak segar itu.
            
            Jaenal, dia ini kenapa sebenarnya?
Reply

Takoya_taki

Hi, Taki di sini!
          
          Kala itu, Taki ikut Jaenal ke kedai milik temannya. Katanya, dia diundang untuk merayakan hari pertama kedai itu buka. Ada banyak sekali orang di sana. Namun, kebanyakan dari mereka adalah--katanya, kaka tingkat kami. Ya, walaupun sebenarnya Taki sama sekali tidak familiar dengan mereka.
          
          Ketika Taki duduk bersama mereka, rasanya kecanggungan menyergap Taki. Itu karena, lingkungan yang luar biasa asing bagi Taki. Banyak perempuan yang mengobrol sana-sini, para lelaki yang juga ikut ramai. Ditambah, beberapa pasang mata menuju Taki, seakan mereka hendak menyerbu Taki.
          
          "Enal, tolong jangan tinggal Taki lama-lama!" Taki memohon dalam hati. Sebab sejak Taki duduk, Jaenal malah pergi menemui temannya di depan sana. Mereka asyik sekali mengobrol. Taki pikir, jika hanya untuk ditinggal saja, kenapa Jaenal mesti ajak Taki?
          
          "Ini yang datang sama Zenal kok, diem aja sih?" Seseorang berambut panjang mencolek lengan Taki. Dia cukup cantik, senyumnya yang pink pun nampak manis. Perempuan itu menyebut Jaenal dengan Zenal. Pakai huruf Z. Ya karena, memang seperti itulah ejaan asli nama teman dekat Taki itu.
          
          "Lu gak kenal gua, ya?" Perempuan itu bertanya, sebab Taki hanya tersenyum saja. "Padahal, gua sering liat lu, bareng Zenal terus. Kayak anak sama bapak tau, gak?"
          
          "Oh ya? Itu mungkin karena badan saya kecil?" Taki menyahuti perempuan itu. Dia menganggukkan kepala. "Zenal sering bilang, lu itu si mungil," katanya. "Dan ternyata emang bener ya, rumornya. Lu, kalo ngomong pasti formal. Baku banget." Dia terkekeh, tapi bukan mengejek Taki.
          
          "Ah, iya. Memang seharusnya begini."