Kekuatan petir fase ke-6 malam itu membuat dirinya kehilangan kekuatan lagi untuk menahan sakitnya dan membuat fase yang sebelumnya lenyap ditambah dirinya mulai terpental karena koordinasi tubuh yang berantakan dan semprotan darah dari perut yang terus menyembur selama dia di udara.
Sial, apakah aku harus mati sekarang? Tapi, Rembulan malam ini indah juga ya, suasana dingin ini saja aku masih lupa, sejak tanding tadi...Pikir Reho yang sudah mengigau dan kesadaran yang mulai menurun.
"Kak, Reho, jangan menyerah ya," sebuah suara dari gadis kecil berhasil membuat dirinya yang nyaris tak sadarkan diri itu melihat adiknya yang tersenyum manis padanya ditengah ladang.
Tidak, mungkin aku dalam kondisi berat, tapi semangat tak boleh ikut berat, Hiya! Walaupun tak bisa berdiri atau merangkak, aku akan mengesot, walau aku tak bisa berteriak, aku akan berusaha, aku tak ingin susan mati sia-sia, aku masih harus membalas kematiannya, harus, harus, harus.... Teriak Reho dalam hatinya sambil terus menggerakkan tangannya walau anggota geraknya mati rasa, hingga saat tangan meloncatkan dirinya ketengah jalan itu.
"Semangat Kak, ayo lebih tinggi lompatnya, ayo kak, sekarang harus 20 kali lompat ya kak," semangat susan yang melihat Reho yang memainkan lompat tali hingga 20 kali.
"Yeay, akhirnya kakak bisa, jangan lupa latihan ya kak," senyum manis Susan yang dibalas senyuman manis Reho kecil, namun sebuah kata ditengah ladang itu, "Oke kak aku pergi dulu ya kak, aku tunggu kakak nanti ya disana," tunjuk susan ke langit diatas mereka dan tersenyum manis sambil terangkat dirinya, "Aku sayang kakak, Hati-hati ya kak, tetaplah hidup, nanti kita ketemu lagi kak, dadah kak," ucap Susan yang naik terus dari di tengah-tengah ladang itu.
"Susan."
#32 kepenulisan (26.03.21)All Rights Reserved