One More Light

By HasegawaAoi99

80 7 2

Ia tidak dendam, namun sesuatu yang terpendam dalam dirinya berhasil ditarik keluar dan sekarang menuntut keb... More

Update story baru niy!

One More Light

66 7 2
By HasegawaAoi99


"One More Light"

Disclaimer : Kohei Horikoshi (Character)
Rate : T
Chara : Chisaki Kai (Overhaul), Kurono Hari (Chronostasis)
Genre : Tragedy, Friendship, a bit Gore.
Warn : Sedikit peringatan bagi yang phobia darah, sedikit aja.
.
Don’t like don’t read, ok ? Happy Reading ^^
.

.

.

"Kepalkan tanganmu! Bocah terkutuk!"

Terdengar jelas bagaimana cara seorang bocah lelaki yang diberi predikat "Bocah terkutuk" itu, menahan tangisnya sekuat tenaga. Ia menurut untuk mengangkat kedua tangannya ke atas sambil mengepalkan tangan. Ada beberapa isakan yang tak dapat terbendung. Namun ia tak mau merepotkan ibunya yang saat ini sedang memakaikan kaos hitam kesukaannya.

.

Should've stayed, were there sign, I ignored

Can i help you, not to hurt anymore ?

.

"T-tou-sama! Ampun! Kumohon maafkan aku!"

"KAU MEMBUNUH ANAK BUAHKU LAGI!"

CTAASSSSS

"AAAKHH! Tou-sama! Aku t-tidak sengaja... Itu bukan keinginanku"

Tubuh mungilnya menahan setiap cambukan ikat pinggang sang ayah setiap hari. Bahkan sampai usianya kini menginjak 12 tahun. Dia tegar, namun bukan karena keinginannya.

"Kau bisa mengembalikan tubuhmu seperti semula 'kan ? Sekarang cepat bersiap. Ada tamu penting sedang dalam perjalanan kemari."

Sang bocah hanya bisa mengangguk takut di tengah rasa sakit yang ia rasakan. Punggungnya serasa patah. Kemeja putih yang ia kenakan penuh darah dan sobek di bagian punggung. Tapi jangan khawatirkan dia...

.

We saw brilliance, when the world was asleep...

.

"Ahaha.. tenang saja. Kita sudah bekerja sama sejak bertahun-tahun. Rencana ini akan berjalan lancar."

"Kau benar, aku berharap kita mendapat untung lebih besar tahun ini."

Anak itu diam mengamati anak laki-laki sepantarannya yang duduk anggun dengan senyum kecil bak malaikat. Mereka berhadapan. Tanpa ada secuil keinginan pun untuk bersuara.

"Hari-kun sudah besar, ne ?"

Suara itu memanggil dari seorang pria yang duduk di sebrang sana bersama anak berambut coklat tanpa ekspresi.

Anak laki-laki yang mempunyai senyum malaikat itu tersenyum manis sebagai jawaban. Namun matanya tak lepas menatap lekat ke depan, di mana ada seorang anak kecil berambut coklat yang juga sedang memandanginya. Tanpa ampun, tanpa celah.

"Ah, ini anakku satu-satunya. Namanya Kai, Chisaki Kai."

.

.

.

Kedua anak yang baru bertemu tadi berbincang untuk yang pertama kalinya. Mereka berjalan-jalan di halaman belakang kediaman keluarga Chisaki. Meski keduanya berasal dari keluarga Yakuza, marga Chisaki lebih tinggi dibanding tempat, Kurono Hari.

Tunggu, teman ?

Apa Kai baru saja menganggap seseorang yang sekarang tengah makan ice cream di sampingnya ini sebagai teman ?

Seumur hidup, di umurnya yang sudah 12 tahun ini, ia baru merasa memiliki teman.

Atau hanya perasaan saja ?

"Chisaki-kun, kenapa wajahmu tegang begitu ? Santai saja, aku tidak menggigit kok."

Kai tersadar dari lamunannya. Ia melihat Hari tertawa pelan sambil menggigit stick ice cream miliknya. Lalu Kai tersenyum kecil. Oh Tuhan, sudah lama sekali pipinya tidak menarik senyum. Rasanya kaku sekali !

"Kau tidak takut padaku ?"
Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Kai. Ia sampai mengangguk pelipisnya sendiri saking kikuknya. Namun respon dari bocah berambut putih di sana malah membuatnya makin bingung.

Kurono tertawa lepas.

"Kau lucu sekali, kenapa aku harus takut padamu ?"

"AACKKK!"

Tanpa sadar tangan Kurono menepuk punggung Kai dan membuatnya seketika berjengit kesakitan. Luka di punggungnya memang sudah sembuh, namun rasa sakit serta refleks ketika punggungnya disentuh sesuatu secara mendadak masih terasa kuat.

Chisaki kecil sampai tersungkur menahan sakit, tanpa suara.

"CHISAKI-KUN ?! KAU KENAPA ?!! CHISAKI-KUN!"

Hari panik setengah mati. Ia mendekati kai sembari membalikkan tubuhnya.

"AARRGGHHHHT"

Kai terbelalak hebat. Sialnya ia malah mendorong Hari sekuat tenaga dengan kedua tangannya. Hatinya terasa dicubit, ia menyesal. Khawatir takut-takut kalau Hari akan berakhir seperti para anak buah sang ayah yang tak sengaja ia sentuh.

Bagaimana kalau Hari mati ? Apa tangannya telah menyentuh Hari ?? Apa Hari telah hancur lebur bersisakan darah pekat di sekitar tubuhnya sendiri ??

Tubuh Kai kaku tak dapat digerakkan. Napasnya berat, matanya tak sanggup melirik ke bawah karena ia tahu akan ada banyak cipratan darah Kurono membasahi tubuhnya.

Dirinya bersalah, dan harus dihukum lagi.

Ia memejam mata. Mungkin cambukan ikat pinggang Tou-sama nya telah menunggu menunggu malam ini dan akan berlipat jumlah mengingat orang yang telah dibunuhnya belum lama tadi bukan orang bawahan.

"Kau tenang saja, Kai... Aku tidak akan mati semudah itu."

Kai terbelalak, mencari ke sana-sini sumber suara tadi. Berharap yang didengarnya bukanlah pikirannya semata.

Perlahan ia melihat sosok Hari muncul sambil tersenyum hangat. Bocah berambut putih itu terlihat begitu tenang, seakan ketakutan Kai yang teramat tadi tidak ada artinya.

Chisaki takut kekuatannya akan membunuh Kurono. Dan Kurono tahu itu.

Bahkan Kurono membantu Chisaki duduk. "Tou-san sudah memberi tahuku siapa dirimu." Kemudian ia tersenyum.

Namun Kai malah mendecih tak suka. "Tch, apa yang kau tahu ? Tidak usah berpura-pura di depanku."

"Yah, kau benar, aku memang berpura-pura. Aku kagum padamu, Chisaki-kun. Meski sebenarnya aku kesal."

Kai mengangkat satu alisnya. Ia benar-benar tidak paham apa yang dikatakan Hari.

"Kau begitu hebat. Kau ditakuti. Namun sikapmu begitu polos sampai-sampai kau rela disiksa ayahmu setiap hari."

Ada perasaan terdalam dari lubuk hati Chisaki yang berteriak menyetujui perkataan Kurono. Perasaan itu ingin bebas. Begitu sulit memberontak dan akhirnya kini ada yang membawanya ke permukaan.

Namun sisi lainnya menolak. Bertolak belakang begitu kuat hingga tekanan dari sang ayah membantu untuk mengubur kembali perasaannya sampai hancur.

Apa yang harus ia lakukan ?

"Kau tahu ? Mungkin, ayahmu hanya menutupi rasa sayangnya padamu, alasannya tentu saja agar kau lebih disiplin. Pura-pura galak agar kau tidak lembek tepatnya."

Kai tahu itu. Ayahnya memang menyayanginya. Tidak mungkin seorang ayah tega melakukan hal keji pada anaknya sendiri 'kan ?

Namun setidaknya, perkataan Kurono dapat membuat dirinya tersenyum.
"Besok ulang tahun Kaa-sama. Aku berencana membuat surprise sendirian untuk semuanya-- kau bisa membantuku ?"

Ada aneh yang Kurono rasakan ketika Chisaki mengatakan 'sendirian'. Namun ia tetap menyanggupi sembari tersenyum yang mampu membuat Kai ikut tersenyum.

.

"There are things that we can have, but can't keep ..."

.

Dalam rumah Chisaki yang begitu megah, ada satu ruangan yang ia tahu- sangat disukai ibunya. Sekarang ruangan tersebut sudah dipenuhi balon-balon serta riasan pernak-pernik untuk perayaan ulang tahun dengan tema lavender, warna kesukaan sang ibu.

Ibunya akan datang malam nanti. Kai berpikir mungkin ibunya akan terharu kalau beliau tahu bahwa dirinyalah yang telah menyiapkan semua ini sendirian, yah.. dibantu Kurono sih.

Terlebih perlakuan sang ibu sudah berubah sejak beberapa tahun terakhir. Ibunya tak pernah lagi memukul, atau pun berkata kasar pada Kai. Senyuman lemah dan permintaan maaf penuh penyesalanlah yang sering didengar oleh Kai dari Kaa-sama nya.

"Chisaki-kun.. Apa ini tidak terlalu meriah ? Maksudku, ini sudah jam 9 malam tetapi ibumu belum juga datang."

Kai menoleh dengan senyum mengembang di wajahnya. "Kau tenang saja. Kaa-sama memang suka datang terlambat kok. Kuyakin dia akan datang.."

Kurono hanya bisa tersenyum kaku. Tapi ia mencoba percaya. Hingga berjam-jam lamanya, membuat hatinya terasa diremas dengan kuat melihat Kai yang masih menunggu sambil tersenyum polos.

Apa benar rumor itu--

BRAAKKK

Kai dan Hari terlonjak kaget, tatkala pintu ruangan didobrak tanpa basa-basi yang ternyata pelakunya adalah sang ayah sendiri.

"Tou-sama, ad--"

"APA YANG KAU LAKUKAN ANAK TERKUTUK ?!"

Selepas masuk, ayah Kai langsung menyuruh 4 anak buahnya untuk melepas seluruh aksesoris yang terpasang di ruangan. Kai memohon kepada ayahnya agar berhenti. Namun ia malah didorong hingga kepalanya membentur meja.

"CHISAKI-KUN!" Kurono segera membantu Kai untuk sedikit menjauh. Dan betapa terkejutnya ia melihat darah mengalir dari kepala temannya yang terbentur itu.

"Kurang ajar ! Kenapa kau selalu membuat ribut ?! Berapa banyak uang yang kau gunakan untuk membuat semua ini hah ?!!"

"T-tou-sama... A-aku sedang menunggu Kaa-sama. Kupikir Kaa-sama akan senang jika--"

"SIAPA YANG KAU MAKSUD ?! IBUMU SUDAH MATI SEJAK 5 TAHUN YANG LALU!! KAU YANG MEMBUNUHNYA!"

Kai terbelalak hebat. Ia merasa ayahnya sudah keterlaluan. Tidak seharusnya seorang pria terhormat sepertinya mengatakan hal yang tidak-tidak tentang istrinya sendiri.

"Tou-sama, jangan bercanda.. A-aku baru bertemu Kaa-sama kemarin malam. Lagipula, mana mungkin aku membunuhnya ? Aku bahkan hampir tidak pernah menyentuhnya."

"Tch, kau membela diri, bocah sialan ?" Pria paruh baya itu menatap penuh kebencian. "IBUMU SUDAH MATI! KAU YANG MEMBUNUHNYA! IBUMU BERUSAHA MENOLONGMU YAng .. hampir .. hanyut di sungai kala itu--"

Nada suaranya melemah seperti tercekat. Kai yang masih tidak percaya, sangat terkejut melihat ayahnya menangis.

"DIA MEMBENCIMU! Kau aneh dan punya kekuatan mengerikan. Itulah sebabnya tidak ada yang menyayangimu sejak lahir! Bahkan ibumu sendiri!"

Dada Kai terasa ditikam ribuan belati lalu dibelah menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Hancur. Seperti sampah, tidak diinginkan.

"Ck, aku serius baru kemarin malam aku bertemu dengannya! Tidak hanya kemarin, hiks.."

Sekarang sang ayah yang dibuat terbelalak. Pemimpin Yakuza itu mulai berpikir yang tidak-tidak.

"KAU GILA! Otakmu sudah tidak berfungsi dengan baik!"

Tangan Kai kemudian ditarik hingga tubuhnya terseret. Genggaman tangan sang ayah bahkan tak segan-segan. Kai merasa lengannya sudah tak tersusun rapi. Ia ditarik kekamarnya dan dikurung untuk beberapa hari.

Sementara di tempat sebelumnya, Kurono masih shock sampai tubuhnya bergetar. "A-astaga.."

.

Who cares if one more light goes out ?

In a sky of a million stars

It flickers, flickers ..

.

TOK TOK

TOK TOK TOK

Pening. Kepala Kai menangkap cahaya remang-remang yang makin lama makin terlihat jelas. Setelah perlakuan ayahnya, ia terguncang hebat. Namun ia tidak menangis.
'Laki-laki tidak menangis' kata ibunya dulu.

Namun kemudian ia mendengar suara ketukan dari jendela kamarnya. Rupanya tidur tidak membuat kondisinya membaik hingga ia harus berpegangan pada dinding agar dapat sampai ke jendela. Bahkan luka di kepalanya belum lama ia sembuhkan.

"Kuro..no ?" Kai membuka jendela besarnya dengan susah payah. Tenaganya terasa dihisap habis setelah kejadian tadi.

"Ayo kabur!"

Angin malam berhembus menusuk suasana dingin dan membawa pergi luka bersamanya.

.

.

.

"Kai, boleh aku memanggilmu begitu ?"

Kurono menatap Kai dengan senyum kecil. Namun yang ditanya tak merespon apa-apa.

"Kuanggap diammu sebagai 'ya' .." Hari terkekeh. Ia kemudian membersihkan darah yang masih menempel di kepala Chisaki.
Kai hanya diam. Pandangannya kosong. Namun Kurono tahu Kai mendengarkan.

"Aku membawamu ke sini-- ke tempat ini, bukan untuk menghiburmu."

Tangan-tangan Kurono cekatan membalut perban di kepala Kai.

"Kekuatanmu luar biasa, Kai. Seharusnya ayahmu bersyukur dikaruniai seorang anak sepertimu."

Anak yang diajak bicara itu tak acuh, kemudian memalingkan wajahnya.

"Soal aku mengagumimu, aku serius tentang itu. Seharusnya kau bisa mendapat apapun yang kau inginkan."

Jeda mengisi kekosongan di antara mereka. Di dalam tempat yang lebih mirip disebut markas rumah pohon ini, Kai dapat lebih tenang. Suasananya benar-benar damai. Membuat pikirannya kembali jernih.

"Kau berharga bagi klan-mu, Kai. Aku akan mendukungmu. Kau dapat mengendalikan keadaan."

Kini Kai menangkap inti pembicaraan ini. Ia mulai menatap Hari.

"Lagipula, perihal kerja sama yang dibicarakan Tou-sama mu dan Tou-san ku, aku tidak mendapat firasat baik apapun. Namun dengan kekuatanmu-- kau bisa menaklukan para kompetitor, Kai!"

Kai memutar otak dan memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

"Bukan hanya kompetitor, seluruh keluarga Yakuza akan tunduk padamu!-- dan tidak ada lagi yang akan menyakitimu."

Kini kai menyeringai.

"Yah .. Kalau ayahmu tidak setuju-- kau tahu apa yang semestinya kau lakukan bukan ?"

.

Who cares when someone's time runs out ?

If a moment is all we are

We're quicker, quicker

Who cares if one more light goes out ?

Well, I do.

.

Kurono melihat Kai keluar dari ruang kerja sang ayah dengan banyak darah menyiprat di sekujur tubuhnya. di sekeliling mereka, banyak mayat-mayat yang sudah tidak jelas wujudnya bergelimangan disertai darah segar menggenang.

"Sepertinya tidak berjalan lancar, ne ?"

Kurono tertawa simpul. Yang dijawab dengan seringai puas di wajah Kai.

"Ya"

.

In the kitchen, one more chair than you need, oh ..

And you're angry, and you should be, it's not fair.

Just 'cause you can't see it, doesn't mean it, isn't there..

.

.

.

Empat tahun berlalu. Nama keluarga Chisaki telah dikenal di seluruh penjuru karena kekuatan dan kekejamannya. Namun Kai berhasil membawa nama Chisaki berada di puncak urutan pertama hierarki Yakuza.

Dan kini mereka sedang berpesta.
Bukan pesta mewah bermandikan kerlap-kerlip cahaya lampu dan minuman ber-alkohol, namun sebatas penghargaan untuk para tangan kanannya yang telah bekerja keras.

Semua sudah berkumpul. Bersulang arak dan menyantap makanan. Namun ada satu kursi kosong di samping Kai. Dan hal itu menciptakan tanda tanya di benak masing-masing anggota yang hadir, bahkan Kurono sendiri.

"Kai.."

"Hm ?"

"Apa ada yang belum hadir ? Biar aku hubungi segera."

"Tidak perlu."

"...Lalu, kursi itu untuk siapa ?"

Kai tersenyum manis.

"Untuk Kaa-sama."

.

.

.

END

Yahhh, akhirnya ku re-upload juga di sini. Maaf kalau berantakan dan kurang terasa angst nya. Mind to give vote and some comments ?? Arigatou, readers-san~ ^^

Bagi yang ingin tau, fic ini terinspirasi dari lagu One More Light dari Linkin Park yang liriknya ikut hadir dalam fic di atas.

Salam hangat,
Aoi Hasegawa.

Continue Reading

You'll Also Like

372K 22.6K 27
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
29.2K 4.8K 17
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
57.4K 7K 33
"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti...
417K 30.7K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG