My Every "First" With You

By KacamataSenja

348K 25.4K 5.9K

(Completed || Warning!! 21+++) Jatuh cinta pada padangan pertama?? Kalau kata kebanyakan orang sih "meh, man... More

Wow!
Alice to the Rescue
Tameng
Katanya sih Kebetulan...
Gun Lihat!
Bermula dari Keram
Off dan Tay si Primadona
Som Tum dan Salep
Joss...
Pertama Kali Ngebentak Dosen...
Off Jumpol Ngeselin!!
Gun Aneh.
Gun dan Syaraf Syaraf di Otaknya
Pertama Kali Nangis di Depan Orang...
Aku Nggak Bakal Pergi...
Akhir Perjuangan.
Perjuangan Baru dimulai...
Jarak Lima Meter
Tau kalau disayang...
Cemburu Tanda?
Gun Punya PR...
Jawaban PR Gun.
Off Menyesal.
Mereka Memang Aneh.
Bodoh Banget Marah Sama Off.
Jangan dibuat Ribet Kayak Drama Televisi (18+)
Super Sibuk : Pasangan Aneh yang Menjijikkan
Super Sibuk: Tumbang.
Ngambek.
Jangan Kayak Gini Lagi Ya...(20+)
Pergi dari Zona Nyaman.
Mr. Jumpol (21+++)
Salah Paham.
Kekacauan Kecil Lainnya.
Keceplosan karena Mulutnya Bodoh.
Aula I'm in Love (21+++)
Ada Begitu Banyak Cinta untuk Gun.
Baru Juga Hari Pertama.
Hobby Cari Masalah.
Ancaman Baru??
Gagal Lagi...
Pitt vs OffGun = 1:0 (21+++)
Cinta tidak selalu Rainbows and Butterflies
Je T'aime Aussi Mon Amour...
Hukuman...
Kebetulan Tidak Masuk Akal Lainnya.
Hari yang Santai...
Gempur (21+++)
Nggak jadi Berlayar?
Get to Know Off...
Kalau udah Panggil Sayang, Luluh deh...
Jadinya Suka Siapa Sih?
Momay...
Kenapa Sih?
Momay Ngeselin? Yakin?
Bayar Hutang (21+++)
Selalu Ada Ada Aja...
Another Surprises???
Till We're Grey and Old
Another Pair.
Apart... (S1 Last Chapter)
PENGUMUMAN

Gun dan Cinta itu Musuh Bebuyutan

4.7K 483 42
By KacamataSenja

Bangkok, Chulalongkorn University
Juli, 2020

-----------------------------
17 November 2020
-----------------------------

"Tay..."

"Off?"  Tay yang baru menyelesaikan mandi malamnya sontak terkejut mendapati 27 panggilan tak terjawab dari Off.

"Halo, Off."

"Aku di depan dormitorimu."

"Dari tadi?"

"Hmm..."

"Astaga, tunggu aku turun." Tay mengambil kunci dan berlari secepat kilat menuju halaman dormnya.

"Woy, Off! Kamu kena..."

"Aku patah hati lagi, Tay..." Ucapnya pelan sambil menatap Tay sedih.

"Hah?"

"Aku patah hati, patah Tay..."

"Gun?"

"Hmm..."

"Masuk dulu Off. Takut digrebek satpam malam malam di pagar gini." Mereka kemudian berjalan dalam diam menuju ke kamar Tay di lantai empat.

"Kenapa lagi sih Off?" Tanya Tay pada Off yang meringkuk lelah di atas kasur Tay.

"Joss kasar sama Gun tadi, trus aku bantuin. Tapi trus aku dimarahi, Tay. Disuruh pulang sama Gun." Lalu Off terdiam.

"Hmm? Gitu aja?"

"Kog gitu aja sih? Aku nih sedih lho ditolak terus terusan sama Gun..."

"Oh jadi kamu mau nyerah, oke oke."

"Ih, siapa yang bilang mau nyerah sih. Aku tuh cuman patah hati."

"Kamu mau patah hati sampe berapa kali sih biar nyadar kalau Gun tu ngga suka sama kamu, Off?"

"Nggak tau, Tay..."

"Jadi?"

"Ya ngga ada jadi jadinya. Ke sini cuma mau kasi tau aja kalau aku lagi patah hati. Palingan besok pagi udah lupa juga."

"Yeeee, kebiasaan ya. Udah ah sana balik. Istirahat yang banyak. Jangan mikirin Gun terus. Kuliah aja belum ya elah."

"Bye Tay." Pamitnya lalu dengan mandiri keluar dari kamar Tay.
####

Pagi ini lagi lagi Gun tampak menyeramkan. Kernyitan di dahinya sejak tadi tidak berpindah tempat. Jangankan panitia lain, Alice saja tidak berani mendekati Gun karena terhempas aura seramnya.

"Trus ini gimana? Kita kalau ngomong bisa tambah murka ngga sih." New dari tadi menarik narik lengan baju Alice cemas."

"Tapi Gun mesi tahu."

"Kamu aja deh Al kalau gitu. Nyerah aku kalau udah kaya gini."

"Tapi kamu jangan kemana mana."

"Iya aku di sini." New meyakinkan Alice dengan anggukan berkali kalinya. "Semangat!" Ucapnya mengiringi perjalanan Alice ke Neraka.

"Ehm. Gun." Alice sedang mengumpulkan semua keberaniannya selama hidup 19 tahun di dunia ini.

"Hmm?" Gun yang sedang menulis sesuatu sama sekali tidak mendongakkan kepalanya.

"Ada hal penting yang kamu mesti tahu."

"Apa?" Barulah dia mengangkat kepalanya menatap Alice seram.

"Ini." Alice menyerahkan ponselnya pada Gun memperlihatkan foto ruang evaluasi yang terletak di lantai satu dalam keadaan kacau balau dengan dinding yang dicoret cat berwarna merah bertuliskan,

"Go to the HELL, Atthaphan. Manusia pengecut sombong yang mendapatkan semuanya dengan embel embel jabatan rektor ayah tersayangnya."

"Joss..." Desis Gun membuat Alice dan New saling bertatap bingung.
####

"Minggir minggir minggir." Teriak New pada puluhan manusia yang berumpun di depan ruang evaluasi berusaha membuka jalan untuk Gun dan Alice yang ada di belakangnya.

"Semua panitia yang tidak berkepentingan silahkan kembali ke ruangan." Suara Gun bergema membuat mereka bergidik ngeri dan memilih untuk membuyarkan kerumunan.

Begitu mereka bertiga tiba di ujung barisan...

"Off?" Pekik New dan Alice bersamaan.

Pria jangkung itu sedang berusaha menghilangkan tulisan sialan di dinding dengan kapi di tangannya. Rambutnya sudah kacau berbalut serbuk cat berwarna merah dan putih, begitu juga dengan baju ungunya.

"Tolong kamu dan Alice kembali ke ruangan trus bawa mereka semua" New mengangguk lalu dengan cekatan melayangkan tatapan membunuh pada panitia yang masih bersikeras untuk menonton drama di depan mereka ini.

"Kamu ngapain di sini, Off?" Tanya Gun setelah keadaan sudah tenang.

"Ngga keliatan ya kalau aku lagi ngilangin tulisan sialan ini."

"Maksudku kamu ngapain ngilangin tulisan ini? Kamu hari ini ada pertandingan renang. Band juga. Kenapa waktunya ngga dipakai buat latihan?"

"Udah bisa, Gun. Ngga perlu latihan lagi." Off tidak mengindahkan Gun, sekarang dia justru menginjak anak tangga untuk menghilangkan tulisan yang tidak bisa dia gapai tadi.

"Kalau gitu balik ke ruangan sekarang, Off." Perintah Gun

"Nggak!" Off menghentikan pergerakan tangannya menunggu apa yang akan Gun katakan.

"Off..."

"Aku udah ngga peduli lagi Gun. Kamu mau pake nada seserem apapun buat ngancem aku, aku udah ngga peduli. Kamu mau dorong aku sejauh apapun aku bakal tetep balik. Aku ngga akan pergi Gun. Kalau kamu ngga mau lihat aku, kamu boleh pergi. Tapi kalau kamu ngga mau pergi, please jangan dorong aku ngejauh. Aku ngga bisa. Aku juga ngga mau." Off kembali bekerja tanpa sekalipun melirik ke arah Gun.

Dia keceplosan. Jujur dia takut Gun memilih untuk pergi meninggalkannya karena jika sampai itu terjadi, Off tidak tahu lagi pecahan hati yang semalam belum sembuh hari ini akan bertambah separah apa.

Off tidak tahu pria mungil itu sedari tadi menggenggam tangannya erat erat berusaha menahan emosinya. Bukan pada Off, tapi pada sisa tulisan yang masih tercetak di sana.

Gun menghela nafasnya dalam dalam lalu mulai mengambil kapi lain yang terletak tidak jauh dari sana dan mulai bekerja dalam diam. Off tersenyum puas.

"Makasih udah ngga pergi."

Lalu tetap hening.

Tidak apa. Setidaknya Gun tidak memilih untuk pergi.

"Gun..." Panggil Off begitu pekerjaan mereka hampir selesai.

"Hmm..." Jawabnya singkat.

"Menurutmu apa ini ulah Joss?"

"Aku ngga tahu. Jangan bilang ini sama siapapun sebelum ada bukti."

"Tapi aku yakin ini pasti ulahnya."

"Aku juga." Jawabnya singkat sambil mulai menyapu serpihan serbuk yang terjatuh di atas terpal.

"Ya kan? Kamu juga pasti mikir Joss kan?" Off memekik kegirangan melompat cepat mendekat ke arah Gun.

"Stop, Off. Kamu bikin serbuknya terbang kemana mana lagi nih." Kesal Gun.

"Sorry..."

"Udah kamu balik aja. Lagian udah selesai."

"Tapi kan kamu mas..."

"Balik Off. Aku tahu harusnya kamu latihan band sekarang."

"Kok?"

"Kok apanya? Aku ini ketua panitia Off. Aku tahu semuanya. Cepet!"

"Gun..." Rajuknya.

"Off." Kali ini Gun melirik Off dengan tatapan membunuh andalannya.

"Iya aku balik, makasih ya udah biarin aku bantu kamu." Ucapnya manis sambil tersenyum lebar.

"Hmm." Jawab Gun sambil terus menyapu.

"Eh Gun, nanti nonton aku tanding kan?"

"Hmmm."

"Pasti ya?"

"Hmmmmmmm."

"Jan.."

"Off. Jangan karna aku biarin kamu bantu aku, trus kamu pikir kamu bisa ngelunjak ya. Balik sekarang." Tegasnya sambil menatap Off kesal.

"Oke Gun, oke. Aku balik dulu. Bye..." Off melambaikan tangannya. Gun hanya menatap Off sebentar sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Cih! Dingin banget!!!" Goda Off lalu berlari secepat mungkin menghilang dari hadapan Gun.
####

"Kamu baik baik aja Gun?" Tanya Alice prihatin sekembalinya pria kecil itu dari drama pagi hari.

"Hmm. Aku ngga papa." Lalu Gun mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. "Joss beneran ngga muncul lagi?"

"Hmm." Alice mengangguk. "Omong omong Gun..."

"Al, nanti aja ya..aku ngga mau bahas ini dulu hari ini masih ada final beberapa pertandingan. Nanti malam aja aku cerita."

"Tau aja aku mau tanya apa."

"Ketulis di dahimu semua tuh."

"Ya udah kalau gitu, sekarang aku ke ruangan dance dulu. Mau urus administrasinya."

"Hmmmm"
####

Off yang baru saja tiba di ruang band langsung dikerumuni oleh anggota lain yang penasaran apa yang sebenarnya terjadi pagi tadi.

"Jadi ketua panitia kita itu beneran anak pak rektor, Off?" Sing yang sedang duduk di depan keyboard benar benar ingin tahu.

"Kalau iya kenapa, kalau enggak kenapa?" Jawab Off sambil membuka sarung pembungkus gitar bassnya.

"Ya nggak papa penasaran aja. Lagian emang ketua panitia kita serem sih. Aku kemarin ngobrol sama temen aku di fakultas lain katanya sih fakultas kita emang ketuanya yang paling jutek." Timpal Win sambil bersimpuh di atas gitarnya.

"Sombong kali, bukan jutek. Kan anak rektor. Lagipula kemarin aku denger katanya dia ngerengek sama pak rektor biar P'Joss turun jadi wakil tuh, jadi dia naik ke posisi ketua. Kesel banget kan. Kalau sampai dia dapet posisi ketuanya ya berarti emang bener dia anak pak rektor!" Preaw si vokalis bermulut lemas ikut memanaskan suasana.

"Ssssttttt! Kan belum tentu juga sih." Sing berusaha menetralkan suasana saat melihat Off mulai tidak nyaman.

"Boleh kita mulai aja latihannya?" Off yang mulai panas berusaha sebisa mungkin untuk tidak meledak mendengar Gun di bicarakan seperti ini.

"Oke oke, yuk yuk yuk! Kita mulai latihan aja daripada ngomongin orang. Kurang dua jam lho." Sing menepuk nepukkan tangannya berusaha membuat suasana yang sempat gelap kembali cerah. Gawat jika tidak, perlombaan mereka bisa kacau balau.
####

Perlombaan band dillaksanakan di lapangan parkir yang sudah disulap sedemikian rupanya bak tempat konser artis artis besar. Gun, New dan Alice tiba di sana saat peserta ke tiga hampir menyelesaikan lagu mereka. Ramai sekali seperti pasar malam di tengah kota. Mereka lalu mencari tempat rindang sejauh mungkin dari panggung agar tidak terlalu terpapar sinar matahari yang dibenci oleh Gun.

"Kita urutan keberapa?" Tanya New.

"Setelah ini, makanya aku ngajak kalian berangkat waktu deket deket aja."

"Bagus." Alice tersenyum bangga mendengar pujian Gun.

"Eh itu mereka!" Pekik New heboh saat melihat Sing muncul dari sisi panggung.

"Ya Tuhan!!!!" Alice terpesona saat melihat Off muncul dengan gitar bass yang tersampir di bahunya. "Gun Gun Gun Gun!" Alice menepuk nepuk bahu Gun terlalu bersemangat.

"Al, sakit tau!!"

"Tapi Off keren!!!!"

"Iya aku tahu dia keren, tapi jangan tepuk tepuk!"

Ups...Alice dan New yang mendengar itu sontak menatap Gun terpana terkejut terpesona.

"Apa Gun????" Goda New sambil bersedekap.

"Ak...emangnya aku bilang apa?" Balasnya ketus seperti tertangkap basah melakukan kejahatan.

"Nih ya, kamu bilang kamu tahu kalau Off itu keren!!!!" Teriak Alice di telinga Gun.

"Ha? Kalian sakit kali kupingnya..aku tu bilang iya aku tahu kalau menurutmu dia keren. Bukan aku bilang dia keren. Kalian ini ya." Gun lalu membuang mukanya menatap panggung menghindari tatapan geli New dan Alice.

"Iya iya, kita yang kupingnya lagi rusak." New menimpali sambil terkekeh.

"Udah ah diem, udah mau mulai nih!" Gun menutup pembicaraan yang menegangkan ini.

"Cih..." Alice mau tidak mau tersungging menyindir.

Begitu Praew sang vokalis mencekal mic, lapangan parkir sontak berangsur angsur sunyi. Setelah memberikan kata pembuka, suara instrumen yang pertama kali memulai jalannya lagu adalah gitar bass milik Off.

"Shit! Off buat aku aja, please Gunnnnn." Alice tidak tahan untuk tidak berkomentar melihat lincahnya jari jemari Off menari nari di atas senar gitar. Gun memutar matanya kesal pada Alice walau hati kecilnya setuju bahwa Off terlihat luar biasa indah dari sini.

"Indah? No no, mahir maksudku." Begitu batin Gun.

Lalu kemudian lapangan kembali riuh saat Praew meminta mereka untuk bernyanyi bersama sama. Alice dan New melompat mengikuti alunan lagu Hysteria milik Muse. Dan sepertinya dari ratusan orang yang berjejal di sana, hanya Gun yang berdiri diam dengan sombongnya menatap ke atas panggung. Menatap Off mungkin?

"Kalau ngga juara satu ngga tahu lagi sih ini." Puji seorang mahasiswa yang berdiri tepat di depan trio psikologi membuat bibir Gun tertarik angkuh.

Dan benar sekali prediksinya, fakultas mereka keluar sebagai bukan hanya juara satu melainkan juga juara favorit seluruh Universitas. Terima kasih pada Sing yang menyelamatkan teamnya dari aura aura kegelapan.

Sekembalinya mereka dari lapangan, New segera membawa kotak makan siangnya lalu pergi berlari ke ruang rapat. Para seksi kesehatan akan mengadakan rapat sekaligus makan siang. Sedang Gun hari ini menerima tawaran Alice untuk makan siang bersama di dalam ruangan briefing setelah wanita cantik itu mengancam aku mengadukan Gun pada bibi Nart jika Gun memilih untuk naik ke atas.

"Puas?" Tanya Gun kesal.

"Banget!" Alice terkekeh.

"Habis ini aku ke kolam, kamu ke dance ya?"

"Aw, kenapa ngga kamu ke dance aku ke kolam?" Alice menggoda Gun. "Aku kan juga pengen banget liat otot otot di perutnya Off." Rengek Alice sambil menahan senyum.

"Al..."

"Oke oke okeee, posesif amet sih."

"Aku ngga pos..."

"Ssssstttttt! Aku becanda doank. Udah ayo makan!" Alice memotong Gun tidak ingin melanjutkan pertikaian mulut yang akan semakin panjang jika diteruskan.
####

Tay yang sudah bebas dari segala macam kegiatan akhirnya memiliki kesempatan melihat pertandingan berenang Off. Sejak tadi dia menatap cemas ke sekeliling arena berharap New tidak datang. Namun sayang sekali karena pada menit kesekian, dari pintu masuk, Gun datang diikuti New di belakangnya.

"Sial!" Pekik Tay justru bersapu pandang dengan New saat dia berusaha memalingkan wajahnya. "Jangan ke sini jangan ke sini." Rapalnya di dalam hati sambil menatap ke bawah mencari pengalihan.

Tapi sampai pada detik detik berikutnya pun Tay tidak merasakan kehadiran mereka. "Eh?" Benaknya justru bertanya tanya. Tay lalu memberanikan diri untuk melengokkan sedikit kepalanya kebelakang menggunakan mata elangnya untuk mencari keberadaan dua orang itu. Ternyata mereka memutuskan untuk duduk jauh di atas.

"Baguslah..." Tay menghela nafasnya lega sembari kemudian matanya menangkap bayangan Off berjalan keluar dari ruang ganti di dekat kolam.

"Off!" Pekik Tay sambil melambaikan tangannya. Off benar benar tampak menggiurkan jika tidak menggunakan apapun. Tapi jangan harap Tay berfikir demikian, nyatanya tumbuh besar bersama Off sama sekali tidak membuatnya sekalipun pernah berfikir temannya memiliki tubuh yang indah.

"Cih! badanku lebih bagus Off." Rutuknya saat melihat Off seperti dengan sengaja memamerkan tubuh indahnya pada siapa lagi jika bukan pada pria kecil yang duduk jauh di belakangnya.

"Kamu harus bawa piala pulang!" Teriaknya sekali lagi membuat beberapa wanita yang khusus datang untuk melihat Off terkekeh geli.
####

"Kamu udah baikan sama Off gara gara kejadian tadi pagi?" New memulai pembicaraan tidak penting mereka.

"Siapa yang bilang?"

"Kata orang orang kalian keliatan akur waktu bersihin dinding tadi."

"Oh. Aku cuma males berdebat aja makanya aku biarin dia di situ."

"Ada kemajuan nih?" Goda New.

"Kami sendiri sama Tay gimana? Udah berani ngomong belum?" Gun tidak mau kalah.

"Ih kan malah mengalihkan pembicaraan nih." New merajuk

"Jadi?"

"Ya ngga ngomong, Gun. Kalau udah ngomong aku ngga bakal ada di sini sekarang. Udah nempel di punggungnya kali."

"Apa sih yang bikin kamu suka sama dia?"

"Bukan suka, cuma kagum aja gara gara dia keren berkudanya."

"Cuman gara gara berkuda?"

"Emang ngga boleh?" New bertanya ketus.

"Ya ya, boleh. Terserah kamu aja."

Lalu setelah pembicaraan tidak penting itu selesai, mereka mulai mengembalikan konsentrasi pada pertandingan yang akan segera dimulai.

Jujur saja Gun gugup sejak tadi malam. Bukan karena teringat ucapan Mrs. Siu atau takut mereka tidak memenangkan perlombaan, Gun lebih khawatir Off akan melukai kakinya lagi.

Gun mengaku bahwa dia memang khawatir. Off adalah pria pertama paling keras kepala yang pernah dia temui setelah dirinya sendiri. Gun tidak menyangka bahwa ternyata ada orang yang hampir bisa menandingi keras kepalanya.

Tadi sebelum berangkat ke gelanggang, Gun sudah menghubungi Mr. Dean memastikan Off dalam keadaan baik. Tentu saja tanpa sepengetahuan semua orang, kecuali mereka bersusah payah melacak panggilan Gun. Hanya orang kurang kerjaan yang akan melakukan itu.

Lalu Gun tersadar dari lamunan karena suara pistol start mengejutkannya. "Ah, Off ada di posisi kedua." Gun mendesah menggelitik New untuk berkomentar.

"Kamu tahu kan kalau hampir mustahil bisa juara satu, Gun?"

"Aku mendesah bukan gara gara aku takut dia juara dua, tapi aku malas meladeni segala ocehannya nanti kalau sampai dia juara dua. Kamu tahu kan kalau dia pengen juara satu buat fakultas kita?"

"Ya udah kalau gitu siap siap aja denger rengekannya."

"Udah biasa."

"Ngomong ngomong, Gun. Mental Off kuat juga ya digituin sama kamu. Kalau aku mah dari hari pertama udah mundur kali ya."

"Emang aku gimana?"

"Nyebelin pakek banget. Judes. Jutek. Ngeselin. Semuanya deh."

"Segitunya?"

"Lebih dari itu. Cuma orang yang mentalnya baja kayak Off bisa tahan."

"Kamu nyindir New?"

"Pikir aja sendiri. Udah ah mau nonton lagi." New menyudahi percakapan mereka sepihak membuat Gun terkekeh.

Sejauh ini Off masih ada di posisi kedua dengan 24 kali putaran. Masih ada enam putaran lagi dan Gun yakin mereka memang akan berakhir di posisi kedua.

Sejak tadi Tay yang duduk di depannya tidak berhenti bersorak menemani para mahasiswa baru yang meneriakkan yel yel fakultas mereka. Ingin sekali Gun menepuk kepalanya dari belakang karena sebagian besar yang dia teriakkan sama sekali tidak benar. Kesal sekali mendengarnya.
####

Off yang masih berjuang di arena pertandingan bisa merasa bahwa dia tidak mungkin mengejar lawan terberatnya. Tapi Off tahu dia pasti akan kecewa jika tidak mampu mempersembahkan emas untuk fakultas mereka, terlebih untuk Gun.

Kurang tiga putaran lagi tapi Off sama sekali tidak bisa memperpendek jarak mereka. Dia sudah mengerahkan seratus atau bahkan seratus lima puluh persen kemampuannya, tapi tetap saja tidak bisa. Sepertinya dia harus mulai belajar menerima bahwa juara satu bukan miliknya.

Dan benar saja, begitu kepalanya terangkat dari air saat tangannya sudah bisa menyentuh dinding di depannya, papan waktu menunjukkan dia kalah 5 detik dari Boom. Masih dengan kacamata berenangnya yang terpasang, Off Menatap Gun dari kejauhan.

Walau tidak langsung menatap mata Off, Gun tahu pria jangkung itu kecewa. Gun mengangguk sedikit seolah berusaha menyampaikan pada Off bahwa dia tidak apa apa. Entah mengapa tapi Gun rasa dia perlu melakukan itu.

Off keluar dari kolam sambil menundukkan kepalanya. Dia berjalan tertatih menghadap Mr. Dean yang menepuk pundak Off lalu memeluknya bangga. Mereka semua tahu mengapa Off tampak tidak bahagia, dan sumber ketidakbahagiaan Off sekarang sedang berlari meniti tangga turun tertatih karena ditarik terlalu cepat oleh New.

Tay yang melihat dua sekawan itu berlari kebawah mengikuti dengan cepat di belakang mereka.

"Off." Kali ini Gun memanggil Off tanpa tepukan dari New.

'Gun..." Sekarang sudah nampak jelas kesedihan di wajah Off.

"Lagi lagi kamu hebat." Ucapnya membuat New dan Tay terpana.

"Tapi aku udah janji juara satu."

"Memangnya kamu janji sama siapa."

"Eh? Sama kamu kan?"

"Aku ngga ngerasa tuh. Nih!" Gun tiba tiba saja menyerahkan selembar kertas yang terlipat pada Off. "Kamu ngga perlu mengalahkan siapapun buat jadi yang terbaik. Kamu sudah buktiin kalau kamu udah jadi yang terbaik buat diri kamu sendiri. Aku pergi." Ucapnya cepat lalu berbalik badan dan pergi menjauh. New menepuk pundak Off sambil mengucapkan selamat lalu berlari mengejar kawannya dengan melewati Tay begitu saja.

Sepeninggal dua panitia itu, Off membuka kertas yang di berikan oleh Gun.

Catatan waktu Off

Penyisihan 16:45.12
Perempat Final 16:41.37
Final 16:38.01

Good Job...

Sebuah senyum kebahagiaan merekah dari bibir Off yang bergetar kedinginan.

"Tay..." Panggilnya dengan tatapan terharu.

"Yuk nanti dulu senang senangnya, ganti baju dulu Off." Tay mengingatkan.
####

Jam sudah menunjukkan pukul 12.37 malam ketika para panitia benar benar selesai membereskan semua kekacauan yang mereka buat selama dua minggu ini. Malam ini adalah malam terakhir sebelum besok semuanya akan berangkat menuju ke Hua Hin untuk melewati malam penerimaan mahasiswa baru.

Mereka sekarang sedang duduk diam memperhatikan dengan seksama Alice, si seksi acara yang sedang memaparkan jadwal kegiatan besok.

"Sampai di sini jelas ya?" Para panitia mengangguk serempak.

"P'Alice, maaf kalau Mind terdengar lancang. Tapi kejadian di dinding ruang evaluasi tadi pagi sejujurnya membuat kami bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apakah boleh kami tahu? Maksudnya agar kami bisa membela jika ada yang menjelek jelekkan P'Gun."

"Ah, itu..." Alice menatap Gun.

"Tidak perlu kalian pikirkan. Aku tidak perlu dibela. Aku baik baik saja. Tidak perlu mengungkit masalah ini lagi. Ulah orang yang tidak bertanggung jawab tidak akan membawa mereka kemanapun." Gun dengan sengaja menatap Joss yang bersandar di ambang pintu. "Tapi terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Lalu Gun tersenyum membuat beberapa panitia wanita terpesona karena baru kali ini melihat ketua mereka tersenyum.

"P'Gun, sering seringlah tersenyum. Lesung pipimu membuat ketampananmu meningkat seratus persen." Goda Ploy membuat semua panitia tertawa riuh.

"Sudah sudah. Jangan menggodaku sekarang kalian pulang dan beristirahatlah. Jangan lupa besok jam 5 pagi semua sudah harus berkumpul di aula."

"Siap!" Jawab mereka serempak lalu membubarkan diri.

"Kalian juga pulang. Cepat!" Perintah Gun pada Alice dan New.

"Memangnya kamu nggak pulang?" Alice menatap Gun bingung.

"Aku masih harus buat trus cetak daftar bus mahasiswa dan para dosen. Aku janji langsung pulang setelah itu. New tolong temani Alice, ya..." New mengangguk.

"Tapi kan kita bisa temani kamu dulu Gun, kan cum..."

"Al, udah malem..." Gun menatap Alice tajam.

"Oke oke, kita pulang. Kamu hati hati ya." Alice tidak berusaha membantah lagi

Setelah dua temannya pergi, Gun berkutat sibuk di balik laptopnya lalu menggunakan printer yang ada di pojok ruangan untuk mencetak lembaran lembaran kertas yang akan di tempelkan di kaca bus besok.

Begitu semuanya selesai dan Gun melangkah melewati ambang pintu,

-BRAK-

Pria kecil itu terdorong ke arah dinding di luar ruangan evaluasi.

"Joss!" Gun memekik terkejut sembari menahan sakit karena lengannya di cekal keras oleh Joss.

"Awas kalau kamu sampai bawa bawa nama aku dikejadian tadi. Kamu tahu aku bisa nyakitin kamu lebih dari ini Gun." Joss semakin mengeratkan cekalannya pada kedua lengan Gun. "Awas kamu!" Pekiknya kencang sambil menghempaskan tubuh Gun kembali ke dinding di belakangnya. Joss pergi begitu saja setengah berlari meninggalkan Gun mengusap lengannya yang berdenyut sakit.
####

Gun baru saja menyelesaikan mandi malamnya saat ponselnya tiba tiba berdering.

"Bibi Nart..." Sapa Gun pada wanita tua yang sedang tersambung dengannya.

"Gun sudah makan?" Suaranya damai membuat Gun tersenyum.

"Sudah bibi, tenang saja. Ada apa telfon Gun tengah malam seperti ini? Apa karna mama sama papa berantem lagi?" Gun tahu, bibi Nart selalu tidak bisa tidur sehabis mendengar kedua orang tuanya bertengkar.

"Hmmmm. Akhirnya nyonya tahu kalau tuan punya wanita lain." Ucapnya lirih.

"Berarti sekarang tinggal papa yang harus tahu kalau mama juga punya pria lain." Timpal Gun santai seolah bukan masalah besar.

"Gun baik baik aja?"

"Tentu...sejak kapan Gun nggak baik baik saja. Memangnya bibi pernah lihat Gun nangis?" Jawabnya sambil membelalakkan matanya mendapati lebam yang melingkar di kedua lengannya akibat ulas Joss.

"Pernah kok."

"Eh?" Gun terkejut lalu berusaha mengingat kapan dia pernah menangis saat berada di rumah.

"Dulu waktu bibi ngga sengaja makan roti kismismu." Godanya membuat Gun mendesah lega. "Ya sudah, bibi cuma mau dengar suara Gun saja. Pulang ya nak kalau sempat. Bibi rindu sekali..."

'"Iya bi, setelah semua acara selesai Gun akan sempatkan pulang. Oke?" Jawabnya sambil memikirkan cara yang tepat untuk menyamarkan lebam di lengan yang bisa dipastikan akan bertambah biru esok hari.

"Oke..." Lalu sambungan pun terputus.

Gun kemudian duduk di tepi kasurnya sambil terus mengeringkan rambutnya yang masi basah.

Bibi Nart, asisten rumah tangga puluhan tahun jauh terasa seperti ibunya daripada ibu kandung Gun sendiri. dia jauh lebih paham dengan apa yang sedang Gun rasakan. Gun bahkan lupa apa sebenarnya tugas ibunya selain bertanya apakah dia memiliki teman atau tidak. Lalu peran ayah? Jangan pernah tanyakan. Gun tidak pernah memiliki ayah. Setidaknya itu yang dia rasakan.

"Cinta? Cih! Palsu, semuanya palsu. Hanya bibi Nart yang benar benar asli di hidupku." Bagi Gun, semuanya selain bibi Nart hanyalah sebuah fatamorgana di gurun pasir, kumpulan genangan air yang sebenarnya tidak pernah ada. Hanya sebuah tipu muslihat.
______________________________💚

Continue Reading

You'll Also Like

161K 3K 22
105K 4.5K 31
Where Off just wants to go out with Gun but Gun avoids him, thinking he is a heartbreaker. (November - December 2020)
139K 4.6K 78
𝙊𝙛𝙛 𝙞𝙨 𝙖 𝙛𝙖𝙢𝙤𝙪𝙨 𝙖𝙘𝙩𝙤𝙧. 𝙂𝙪𝙣 𝙞𝙨 𝙊𝙛𝙛'𝙨 𝙗𝙚𝙨𝙩 𝙛𝙧𝙞𝙚𝙣𝙙 𝙖𝙣𝙙 𝙗𝙤𝙮𝙛𝙧𝙞𝙚𝙣𝙙. 𝙊𝙛𝙛 𝙖𝙣𝙙 𝙂𝙪𝙣 𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙛𝙤𝙧 �...